Pinnacles Desert jaraknya sekitar 197km dari kota Perth. Untuk kesana pilihannya adalah ikut tour atau rental mobil. Kami memilih rental mobil saja, biar punya pengalaman nyetir di negara orang. Ikut tour selain dibatasi oleh waktu, kebanyakan menghabiskan waktu di tempat-tempat belanja. Selain itu biayanya cukup mahal sekitar 1,7juta perorang termasuk makan siang yang belum tentu halal. Mending rental mobil meski bersusah payah mencari arah jalan namun sensasinya beda. Banyak pengetahuan yang di dapat.
Saya booking mobil di Avis karena satu-satunya rental mobil yang mobil kapasitas 8 seaternya masih available pada waktu itu. Rekomendasi beberapa blog, Thrifty yang tarif sewa mobilnya yang paling murah. Website Avis lagi error, jadinya bookingnya lewat vroomvroom.com website khusus seluruh penyedia jasa rental mobil. Harganya 91aud, bayarnya nanti pada saat ambil mobil.
Kami juga setuju untuk menambahkan biaya asuransi all risk sebesar 30aud. Kalo pengen nyewa GPS, biaya sewanya 11 aud. Kami gak nyewa GPS, cukup pake google map dari handphone. Si petugasnya minta kita cek kondisi mobil sebelum dipakai kalau-kalau ada lecet-lecet atau kerusakan body. Kalo cuman scratch atau goresan gak apa-apa, tapi kalo scratch plus penyok harus segera dilaporkan biar gak jadi beban kita.
Mobil yang kami dapat adalah Hyundai Imax Matic terbaru, bisa dipakai selama 24 jam. Tapi kami mengembalikan hari ini juga soalnya besok kami sudah mengambil tiket ferry yang jadwalnya jam 07.15 pagi. Petugasnya bilang, parkir saja mobil di kantor Avis, trus drop kuncinya di Concierge hotel Pan Pasific yang gak jauh dari situ.
Sebenarnya cara nyetir mobil di Indonesia maupun di Australia sama saja. Hanya saja harus menyesuaikan diri untuk menjadi sangat tertib, karena berlaku tilang otomatis. Kamera pengintai dan kamera pengukur kecepatan ada di mana-mana. Apalagi kecepatan di dalam kota dibatasi 40km. Setiap ada persimpangan, harus berhenti (give way) meski jalan dalam keadaan kosong. Alhasil semua yang dimobil jadi pengawas si driver..hehe. Saling mengingatkan agar semua menggunakan safety belt. Kecepatan kendaraan juga diperhatikan karena setiap area beda-beda batas kecepatannya. Semakin mendekati kota, semakin lambat pula laju kendaraan, rata-rata 40-60km/jam. Kecepatan tertinggi hanya di 110km/jam itupun pada saat di highway.
Caversham Wildlife Park
Yang masuk ke ke Caversham cuman Ishak n amel saja. Yang lain gak masuk karena udah pada punya foto dengan koala dan kangguru pada trip ke Sydney tahun lalu. Kami nunggu di sekitaran whiteman park. Di dalam kawasan Whiteman Park ini, lengkap dengan fasilitas piknik, sarana untuk bermain air bagi anak-anak, cafe dan motor museum.

bersama kangguru

koalanya lagi pada bobo’
Margaret Chocolate Factory
Disini bisa beli coklat khas Australia dengan berbagai turunan produknya. Yang unik, tester coklatnya bisa dimakan sepuasnya. Hehehe. Disekitar sini juga ada perkebunan anggur yang sedang berbuah, sayang kami gak sempat mampir.
Lancelin
Google map mulai agak-agak error. Kami sampai di kota Lancelin, namun gak jelas dimana lautan pasir tempat orang sering melakukan sand boarding. Kota ini dikelilingi oleh sand dunes (lautan pasir). Kami juga kebingungan dimana tempat sewa sandboarding. Hasil searching, ada toko yang namanya L seven, tempat nyewa sandboarding yang paling murah, namun bingung dimana toko tersebut. Kami lalu mencoba berkeliling dan akhirnya ketemu dengan toko itu. Harga sewa sandboard 10Aud untuk pemakaian selama 2 jam, dan kami ngambil 2 sandboard saja dan gantian makenya. Western Australia terkenal dengan langit birunya yang paling cantik. Perpaduan antara langit biru dan pasir putih sungguh mengagumkan. Cuaca memang lagi hot-hotnya, tapi gak seterik cuaca di Indonesia, jadi masih bisa ditahan. Anginnya gak berhawa panas, pasir pun gak panas. Kami semua menikmati kesenangan bermain sandboarding.
Bekal yang kami siapkan dari apartement dihabiskan disini, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Lumayan jugaloh bekal kita, ada anggur n apel, nasi kuning, nasi putih, telur rebus, abon ikan dan tuna mayonaise. Sengaja kami siapkan bekal, karena kuatir gak ketemu tempat makan yang representative dan halal bagi kami dan supaya kegiatan berburu sight seeingnya tidak terganggu dengan kegiatan untuk mencari tempat makan.
Pinnacles Desert
Perjalanan kami teruskan ke arah Pinnacles Desert yang masih sekitar 65km dari Lancelin. Lagi, google map rada error. Kami sebenarnya sudah berada di jalan yang benar, namun google mapnya menunjukkan ke arah lain yaitu masuk ke kota Cervantes. BBM kami sudah dibawah ½, sekalianlah kami nyari tempat isi BBM. Sempat bingung juga BBM mobil Hyundai ini jenisnya apa? Lupa nanya pada saat ambil mobil, Premium atau Solar? Kalo pake feeling harusnya premium. Untuk memastikannya, kami bolak-balik buku manual. Pertamax disana istilahnya unleaded, solar = diesel. Kami mengisi sendiri secara penuh dengan unleaded gasoline kemudian melakukan pembayaran di kasir toko sejumlah 71Aud. Harga unleaded gasoline 1,5Aud/liter.
Sudah jam 6 sore, kasir tokonya memberikan petunjuk arah ke Pinnacles Desert dan minta kami cepat-cepat kesana sebelum gelap. Beruntung kami masih bisa menikmati suasana Pinnacles Desert dan mampir di beberapa tempat di dalam sana. Tampak banyak kangguru berkeliaran di area Pinnacles Desert. Masuk ke area Pinnacles Desert, karena sudah tidak ada orang di dalam pos masuk, kami nitip uang masuk 12Aud di kotak deposit yang sudah disediakan sesuai petunjuk. Tertib saja meski gak ada yang jaga, tapi yakin deh pasti ada cctvnya. Kan gak seru kalo ternyata setelah di survey ternyata orang Indonesia yang paling banyak kecenderungan untuk tidak membayar.
Jam 10 malam kami tiba di Perth, ngantar anak-anak kembali ke apartment. Lalu saya n Ishak mengembalikan mobil. Baliknya jalan kaki ke apartment. Lumayan juga jalannya tapi malas naik bus mending nikmati suasana malam hari kota Perth. Sepanjang jalan banyak ketemu dengan orang mabuk tapi gak mengganggu. Cafe-cafe sudah pada tutup.
Mudah-mudahan gak dapat kiriman surat tilang..hihi. Saya udah wanti-wanti sama teman-teman bahwa siap-siap aja dapat tagihan kalo saya dikirimi surat tilang. Sebenarnya gak ada kejadian khusus, hanya kuatir kalo-kalo kecepatan melebihi batasan, sempat juga Ishak gak menyalakan lampu di malam hari dan baru nyadar pada saat di lampu merah.
Reblogged this on The Foot Steps… and commented:
Kurangggg. Kurang foto2nya.
Asik juga ya keliling naik mobil.
seruuu…wah kapan2 ngetrip brg mbak Dewi…aamiin