SUNRISE DI BULETHI PAGODA, SUNSET DI SHWESANDAW PAGODA, BAGAN (MYANMAR #8)

20150515_182403

Sunset at Shwesandaw Pagoda

20150515_182151

Sunset at Shwesandaw Pagoda

Tiba di Terminal Shwe Pyi High way, kami langsung di kerubuti driver yang menawarkan mobilnya untuk berkeliling kota Bagan. Saya langsung menepi di dalam kantor JJ Express sambil mencari Mr Chit Ko. Mr Chit Ko baru datang setengah jam kemudian. 2 orang teman satu bus kita ajak untuk bergabung setelah meminta izin dengan Mr Chit Ko. Continue reading

Advertisement

PIRING DARI ROTAN (HANDYCRAFT)

20150524_163501[1]

awal membuat

Ini juga tuntutan si Dede yang punya tugas bikin prakarya berupa piring dari rotan. Hadeuh. Tadinya saya juga nyerah, nyari di om gugel gak nemu step by step bikinnya, yutubnya juga gak ada yang spesifik. Si Dede lalu nyoba minta tolong sama temannya, tapi temannya itu belum ngasih kabar udah selesai atau belum. Cari yang sudah jadi juga gak ada sesuai keinginannya si Dede. Jadinya balik lagi jadi tanggung jawab emaknya buat menyelesaikan. Beli segulung lagi rotan, lalu cari yutubnya secara serius. Nemu yutub dari luar yang pas disini. Medianya bukan rotan tapi kurang lebih sama caranya. Continue reading

KLIA2 DAN TUNE HOTEL KLIA

20150514_052022

20150514_060925

ruang tunggu di sekitar Q19

Bulan ini KLIA2 genap 1 tahun beroperasi menggantikan bandara LCCT. Bandara ini luasnya 4x lipat dibanding LCCT. Saya baru 3x mampir di bandara ini. Pertama kali setahun yang lalu saat baru pindah dari LCCT, waktu mau ke Sydney. Waktu itu gak sempat explore bandara, karena buru-buru ngejar pesawat berikutnya. Sekarang bandaranya sudah semakin cantik dan tertata rapi. Dan ada waktu untuk sedikit explore.
Buat yang akan layover di KLIA2, beberapa info yang penting mengenai KLIA2:
Continue reading

ITINERARY YANGON-BAGAN DAN BIAYA-BIAYA (MYANMAR #7)

20150516_102420

Di bagian akhir, saya selalu membuat rekapan pengeluaran dan itinerary biar kalo ada yang nanya-nanya bisa kilas balik.

Itinerary:

Day 1 Fly to KL. Stay at Tune Hotel KLIA2

Day 2 Fly to Yangon. Sight seeing in Yangon then go to Bagan by night bus

Day 3 Arrive at Bagan. See sunrise, sunset and sight seeing in Bagan then go back to Yangon by night bus

Day 4 Arrive back at Yangon. Sight seeing in Yangon then fly to KL. Stay at Tune Hotel KLIA2

Day 5 Fly back to home town. Some to Makassar, and the others to Jakarta Continue reading

MAKAN-MAKAN DI (MYANMAR #6)

Travelling kali ini libur masak-masak.Secara di Myanmar gak booking kamar sama sekali, jadi gimana mau masak. Kami cuman tidur di bus saja selama 2 malam itu. Barang bawaan pun kami buat seringkas mungkin. Udah saya wanti-wanti sama semua teman yang ikut untuk pake ransel yang gak terlalu besar. Tapi sebenarnya ada baiknya menyiapkan cadangan makanan seperti abon, sambal sachet atau bawa noodle cup 1 biji. Di Yangon, tempat makan halal banyak bertebaran tapi di Bagan susah nyarinya. Jadi kalopun gak ketemu tempat halal, bisa pesan nasi putih dan makannya dengan abon.
Di Yangon selain nyoba makanan di Toba Restaurant, kami mencoba nasi Briyani oleh beberapa blog dan juga direkomendasikan sama Mr Ko Ye, driver mobil sewaan kami di Yangon. Nilar Restaurant namanya. Halal guaranteed. Harganya gak terlalu mahal berkisar 2-3USD untuk seporsi nasi Briyani. Total berlima makan dan minum sekitar 13,000kyats/13 USD.
Continue reading

YANG KHAS DARI MYANMAR (MYANMAR #5)

1. Longyi. Kebanyakan masyarakat Myanmar baik pria maupun wanita menggunakan longyi. Longyi untuk pria sejenis sarung bermotif kotak-kotak pengganti celana panjang. Cara menggunakannya juga unik, diikat di bagian depan. Sedangkan longyi untuk wanita sejenis kain panjang yang dililitkan kemudian diikat di samping. Motifnya bermacam-macam. Ada yang bilang mereka sudah tidak mengenakan apapun di balik longyi. Karena penasaran, saya sempat bertanya sama Mr Ko Ye driver kami di Yangon, apakah masih menggunakan dalaman di dalam sarung tersebut. Katanya sih iya.Hehehe. Tapi kata Pak Damar, chefnya Toba Restaurant, banyak juga yang gak pake underwear. Penggunaan celana panjang disosialisasikan di Toba Restaurant, agar lebih aman beraktivitas di dalam dapur. Alhasil sebagian sudah mau menggunakan celana panjang, sebagian lagi masih pakai longyi dengan alasan gatal pakai celana panjang. Saya sempat beli longyi untuk perempuan, biar ada kenang-kenangan dari Myanmar. Di airport, yang pakai longyi sisa para driver yang sedang mencari penumpang yang ingin ke kota. Continue reading

Tentang Rinjani

Rinjani indah sekali.

Meski diawal banyak diselimuti keragu-keraguan secara ini pertama kalinya mendaki gunung dan usia juga udah di kepala 4 (koreksi: I’m 22 years old with 18 years experience). Sanggupkah jalan lebih dari 7jam, sanggupkah gak mandi berhari-hari, sanggupkah nginap di tenda 4 malam, sanggupkah menahan dinginnya gunung secara saya sedikit alergi dingin? Sejumlah pertanyaan di kepala. Tapi gak dicoba ya gak tau rasanya. Dan kapan lagi ke Rinjani kalo bukan sekarang. Mumpung ada teman yang ngajakin dan mumpung masih kuat.

Meeting pointnya di masjid bandara Lombok. Jam 3 sore setelah peserta berkumpul semuanya, kami mulai berangkat ke desa Sembalun Lawang. Sempat mampir sebentar untuk makan sore di Nasi Balap Puyung Inaq Esun dan ke supermarket membeli keperluan logistik untuk masing-masing grup. 1 grup terdiri dari 4 orang untuk berbagi tenda, makanan dan saling menjaga. Jam 9malam kami mulai jalan ke pos 2. Disana kami akan menginap, gak lama jalannya cuman sekitar 2 jam. Keesokan harinya, mulai dari jam 9 pagi kami jalan nonstop sampai jam 5 sore tiba di Plawangan Sembalun. Paling berhenti untuk istirahat sejenak, mengatur nafas dan makan. Setelah itu, diberikan kesempatan untuk istirahat tidur di tenda sebelum proses muncak jam 2 pagi. Gak semua peserta ikut, Ryan memilih gak ikut, nyadar diri katanya. Medan untuk ke puncak lumayan berat. Berpasir, sehingga untuk melangkahkan kaki pun terasa berat. Bentar-bentar saya berhenti untuk mengatur nafas lagi. Jujur saja saya hampir putus asa dan sudah gak punya energi. Matahari udah mulai ngintip. Normalnya menikmati sunrise saat di puncak gunung.  Pada saat udah mau berhenti, alhamdulillah ada panitia yang menyemangati dan menawarkan bantuan. Ditarik pake tali (webbing ya istilahnya), ujung tali yang satu saya pegang, dan ujung yang lain ada sama panitia tersebut. Setidaknya bikin saya bangkit kembali. Kuat juga tuh orang menarik, padahal badannya kecil. Maafkan saya lupa namanya, but thank you. Setelah setengah jam akhirnya sampai di puncak. Alhamdulillah. This is the best ever moment in my life. Continue reading

TOBA RESTAURANT, YANGON (MYANMAR #4)

Niatnya kami mau memanfaatkan shuttle bus JJ Express, hanya 500kyats per orang udah sampai di Sule Pagoda. Ternyata kalo mau memanfaatkan shuttle bus tersebut, harus turun sebelum masuk terminal di pemberhentian pertama. Di Bus kami ketemu lagi sama 2 traveler asal Palembang, Wira dan Anton. Mereka juga akan sepesawat dengan kami menuju Kuala Lumpur. Jadinya di terminal, kami nego 2 taxi @12 USD untuk mengantar kami bertujuh ke guesthouse di sekitar Bogyoke Market dan Sule Pagoda. Kami pengen ngambil 1 kamar buat refreshing diri dan taruh barang. Sisa hari ini hanya pengen ke Bogyoke Market sambil menunggu waktu ke airport. Guesthouse gak ada yang mau nerima kalo cuman sewa 1 kamar. Ketentuannya 1 kamar hanya boleh 2 orang. Harga perkamar 25USD. Huh, ogah, berat diongkos.

Kepikiran untuk nongkrong di Masjid Jamek Bengali Sunni yang berada dekat situ tempat kami sholat di hari pertama, lalu Wira ngasih ide untuk ke Restoran Toba, restoran Indonesia satu-satunya di Yangon. Saya sempat menyimpan catatan alamatnya, oleh taxi kami diantar kesitu. Minimal ada tempat rehat buat sarapan dan makan siang. Syukur-syukur bisa nitip tas disana jadi bisa jalan-jalan sebentar ke Bogyoke Market.

20150516_123446

with the chef, Mr Damar

Continue reading