Trekking Annapurna Base Camp

Begitu tiba di Nepal, banyak traveler biasanya memilih untuk beristirahat dulu di Kathmandu, menikmati suasana kota tua Thamel sebelum melanjutkan perjalanan ke Pokhara. Tapi tidak dengan kami. Ada alasan kuat kenapa kami memutuskan langsung menuju Pokhara tanpa menginap semalam pun di Kathmandu: kami belum tahu sejauh mana kemampuan trekking kami. Saya khawatir waktu yang tersedia tidak cukup, jadi sebaiknya kami langsung menuntaskan highlight perjalanan ini lebih dahulu, trekking ke Annapurna Base Camp (ABC).

Setelah menghitung-hitung, waktu kami di Nepal memang cukup mepet. Trekking ABC umumnya memakan waktu enam hari, sedangkan jadwal kepulangan kami sudah dekat. Akhirnya kami memutuskan mencoba menyelesaikannya dalam lima hari saja, keputusan yang di awal terdengar ambisius, tapi ternyata penuh cerita tak terduga.


Menuju Titik Awal Trekking

Pagi itu kami bangun lebih awal dan sarapan nasi goreng sayuran serta telur mata sapi yang kami pesan dari hotel Golden Lake, tempat kami menginap di Pokhara. Porsinya besar, cukup untuk kami bertiga. Sebagian pakaian kotor kami laundry dan barang-barang yang tidak dibawa trekking kami titipkan di hotel.

Golden Lake saya pesan secara spontan lewat booking.com saat masih di dalam bus menuju Pokhara. Harganya hanya 10 USD per malam untuk satu kamar bertiga, review-nya bagus, dan yang paling penting: mereka mengizinkan penitipan barang selama trekking. Fasilitas sederhana, kipas angin plafon, ada AC tapi tersedia remote AC meskipun begitu kamar bersih dan nyaman. Malam di Pokhara cukup dingin.

Sekitar pukul 9 pagi kami keluar mencari ATM dekat hotel untuk menarik uang sebesar 40,000NPR. Jadi total uang Nepal yang saya pegang adalah 75,000NPR setara IDR8,8juta. Lalu naik taksi InDrive menuju Harichowk, titik keberangkatan jeep ke Motyu jeep station, dekat Jhinu Danda. Karena sudah lewat pukul 10, tidak mudah mencari orang untuk jeep sharing, jadi kami harus mengambil jeep private seharga 6.000 NPR (kapasitas 7 orang, akan jauh lebih murah jika bisa berbagi). Seharusnya kami datang lebih pagi jika ingin sharing jeep. Sebelum berangkat kami membeli air mineral 1L seharga 25 NPR, dan baru sadar betapa murahnya harga itu setelah tahu di Chomrong bisa mencapai 120 NPR!

Perjalanan berlangsung sekitar tiga jam, termasuk berhenti di checkpoint untuk pengecekan izin ACAP. Sesampainya di Motyu, kami harus melanjutkan trekking sejauh 3 km ke jembatan baru Jhinu Danda karena jalan menuju sana longsor. Dari situlah trekking kami resmi dimulai.


Malam Pertama: Panorama Lodge, Chomrong

Kami tiba di Chomrong sekitar pukul lima sore dan memilih menginap di Panorama Lodge. Keputusan yang sangat tepat, pemiliknya ramah, pemandangannya indah, dan fasilitasnya nyaman. Kamar bertiga hanya 500 NPR. Bahkan kami ditawari kamar yang lebih besar tanpa biaya tambahan, lengkap dengan colokan listrik di kamar.

Malam itu kami makan cheese pizza, spaghetti, dan telur rebus. Rasanya sederhana tapi nikmat setelah seharian jalan. Kami juga menitipkan beberapa barang dengan rencana akan menginap lagi di sini di malam keempat, namun ternyata rencana berubah, kami tak sempat kembali karena memilih menginap di Bamboo. Si Bapak pemilik lodge bahkan membantu memesankan jeep untuk perjalanan pulang ke Pokhara nanti.


Hari Kedua: Menuju Himalaya

Kami mulai trekking pukul 07.45, melewati ribuan anak tangga naik dan turun, jalan setapak, dan air terjun yang menawan. Demi efisiensi waktu, kami tidak berhenti makan siang, hanya menyeduh pop mie terakhir dan makan biskuit. Sebagian besar trekker berhenti di Dovan, tapi kami ingin terus ke Himalaya. Saya perhatikan yang menggunakan guide kebanyakan itinerarynya lebih dari 6 hari jadi perjalanan agak santai

Dihari pertama, kami masih saling tunggu-tungguan. Di hari ini kemampuan trekking mulai terlihat. Saya dan Nay relatif seimbang, meski saya mulai mulai kelelahan, sementara Nay masih segar bugar. Aya juga agak kewalahan. Aya nafasnya pendek jadi harus sering-sering istirahat. Siang menjelang, kami mulai berjalan terpisah. Aya minta ditinggal aja. Saya jalan berdua sama Nay. Jam 15.30 begitu sampai Dovan saya minta Nay untuk tungguin Aya untuk bareng-bareng karena kemungkinan akan sampai Himalaya saat hari sudah gelap. Saya meninggalkan mereka supaya bisa sampai duluan ke Himalaya. Jam segitu, jalanan sudah sepi banget, sudah jarang ketemu dengan orang lain. Sepanjang perjalanan keluar semua doa-doa saya meminta keselamatan. Jam 18.00 saya sampai di Himalaya, itu sudah gelap. Matahari terbenam jam 17.50. Ada sedikit penyesalan, kenapa memaksakan sampai di Himalaya, kenapa gak berhenti saja di Dovan untuk menginap.cuman saya. Aya dan Nay masih berjuang naik dan jalan dalam kegelapan. Saya lalu minta tolong sama orang di teahouse untuk bantu nyariin. Alhamdulillah mereka mau, ada 2 orang yang turun mencari. Tak lama kemudian, saya dikabari sudah ketemu dan dalam perjalanan menuju ke Himalaya. Sekitar 1jam kemudian atau sekitar Jam 19.30 mereka tiba. Alhamdulillah. Orang yang membantu mencari, juga sekalian bawain carrier mereka, jadi saya memberikan tip sebagai ucapan terimakasih. Mereka sebenarnya tidak berdua saja, tapi ada 4 orang lain yang juga kemalaman dan jalan berbarengan. Sinyal hp dijalur trekking timbul tenggelam, baru ada lagi kalo sudah berada di area tea house. Jadi tidak mengandalkan komunikasi melalui hp.

Biaya menginap di Himalaya 250NPR/orang. Saya ambil sekamar bertiga. Disini jika butuh WIFI juga tersedia tapi berbayar. 

Kami mulai minum Zolomide, obat anti AMS (Altitude Mountain Sickness), dua kali sehari sejak di Dovan dan berhenti setelah turun dari ABC. Obat pereda nyeri juga jadi penyelamat saat kepala atau otot mulai berdenyut dan tenggorokan mulai nyeri.


Hari Ketiga: Menembus Dingin ke MBC

Kami berangkat pukul 07.00 pagi dari Himalaya menuju MBC (Machhapuchhre Base Camp). Aya sempat menangis dan minta maaf karena memperlambat perjalanan. Kami menenangkannya dan sepakat jalan sesuai kemampuan. Saya sama Nay jalan duluan sampai Deurali dan mampir istirahat sekaligus brunch di salah satu teahouse disana.. Kurang lebih sekitar 1 jam kami menunggu Aya disitu. Setelah istirahat di Deurali sambil makan nasi goreng bertiga (yang tetap tak habis saking banyaknya), kami lanjut menuju MBC. Jalur Deurali–MBC luar biasa menantang: tanjakan tanpa akhir, udara menipis, dan suhu yang mulai menggigit.

Kami menunggu Aya di MBC tapi bukan di area teahouse melainkan di jalur trekking. Kuatir salah jalan dan gak ketemu sama Aya karena disitu ada persimpangan. Ternyata Aya lama sekali, baru sekitar 1.5jam baru kami ketemu. Dan waktu sudah menunjukkan jam 17.00. Saya sudah kedinginan padahal udah pakaian lengkap plus sarung tangan, Aya pun sudah sangat kelelahan. Jalur Deurali-MBC jalur yang sangat sulit menurut saya. Kebanyakan naik tangga tanpa henti. ABC masih sekitar 2-3jam lagi. Jadi kami memutuskan untuk istirahat menginap di MBC. Biaya menginap 400NPR/orang padahal lihat di menu mereka sebenarnya tarifnya sama dengan Himalaya 250NPR/orang. Sebenarnya malam itu gak pengen makan. Cuman pengen memesan untuk sarapan. Tapi orang di teahouse bilang tanggung banget kalau Cuma pesan 1 porsi untuk jam 6pagi. Saya gak jadi pesan buat sarapan, tapi pesan pizza buat makan malam sama telur dadar 2 buah dimakan sama nasi goreng siang tadi. Eh ternyata pas bayar pemilik lodge yang baik hati akhirnya hanya menagih biaya makan dan beli  air panas, beli air minum dan charger powerbank. Sebenarnya kemarin tuh saya nyaris tidak memilih menginap disini tapi memilih penginapan disebelahnya karena sebelah agak ramai sementara disitu sepi. Si Bapak itu sudah berdiri di depan penginapan melambaikan tangan. Karena itu kami memilih penginapan ini. Rata-rata pengeluaran kami di setiap teahouse berkisar 2500-3500NPR.


Hari Keempat: Sampai di Annapurna Base Camp!

Pagi jam 6 kami mulai trekking terakhir menuju Annapurna Base Camp (ABC). Jalannya cukup landai, dan udara pagi masih jernih. Puncak Annapurna berkilau keemasan diterpa sinar matahari, pemandangan yang sangat menakjubkan. Namun saat kami tiba sekitar jam 9 pagi, awan sudah mulai menutup puncak gunung. Dua helikopter berputar di udara meninggalkan ABC, membawa wisatawan yang ingin sampai tanpa repot trekking. Kami banyak bertemu trekkers yang awalnya bareng-bareng dari Chomrong tapi mereka menginap di ABC dan sudah perjalanan turun.

Setelah puas menikmati suasana ABC, kami turun kembali ke MBC, mengambil carrier, lalu lanjut hingga Himalaya di tengah hujan gerimis. Kami sempat makan siang di sana sambil menunggu hujan reda, lalu melanjutkan perjalanan malam ke Bamboo. Sebagian besar jalan turunan, jadi sangat mudah buat Aya dan Nay. Saya harus hati-hati karena tidak ingin lutut terlalu terbebani. Gantian mereka jalan duluan meninggalkan saya. Kami nekat jalan malam sampai Bamboo supaya di hari kelima kami masih punya kemungkinan kembali ke Pokhara. Tiba sekitar pukul 19.15 dalam keadaan lelah luar biasa. Sebenarnya malas makan, tapi menu diantarkan ke kamar meminta kita memesan makan. Kami hanya memesan kentang goreng sebelum tertidur.

Malam itu kami sadar, ternyata perhitungan hari kami salah. Harusnya bisa trekking 6 hari, tapi kami paksakan 5 hari. Tapi sudah terlanjur, dan kami hanya bisa tertawa lelah sambil membayangkan mandi air hangat di Pokhara nanti. Pengen segera rebahan dikota bukan di gunung. Kami tidak mandi selama trekking, hanya menyeka badan dan mengganti baju setiap hari. Beberapa tea house menyediakan hot shower berbayar, tapi kami memilih tidak supaya tubuh tidak kedinginan.

Hari Kelima: Perjuangan Pulang ke Pokhara

Hari terakhir kami mulai jam 06.20 pagi. Jalurnya lagi-lagi penuh tanjakan, kali ini menuju Chomrong. Kami sempat istirahat di Sinuwa untuk secangkir kopi hangat, lalu lanjut hingga Panorama Lodge, tempat kami menitipkan barang. Sambil makan siang ringan, kami meminta bantuan pemilik lodge memesankan jeep untuk kembali ke Pokhara.

Hujan deras mengguyur setelah kami menyeberangi jembatan Jhinu Danda. Jalanan semakin parah karena longsor. Kami harus berjalan sangat hati-hati sebelum akhirnya bertemu jeep yang menjemput. Kali ini biaya 5.000 NPR, sedikit lebih murah dari sebelumnya. Ada dua penumpang lain yang ikut menumpang, termasuk seorang perempuan dari Pokhara yang menyerah dan pulang karena tidak sanggup melanjutkan trekking. Kami tidak keberatan berbagi tempat. Yang penting, kami sudah menuntaskan trekking ini dengan selamat.

Kami tiba kembali di Pokhara sekitar pukul 8 malam. Tanpa pikir panjang saya langsung booking kembali hotel Golden Lake. Rasanya luar biasa akhirnya mandi, rebahan, dan bisa kembali bernapas lega setelah lima hari penuh perjuangan.


Perjalanan ini mengajarkan kami banyak hal: tentang batas fisik, ketangguhan mental, dan kebersamaan. Kadang keputusan spontan seperti langsung ke Pokhara tanpa berhenti di Kathmandu  justru membawa pengalaman paling berharga. Kami mungkin bukan pendaki profesional, tapi kami berhasil menaklukkan Annapurna Base Camp dengan langkah kami sendiri.
Kaki lelah, tapi jauh lebih banyak rasa syukur dan bangga. Annapurna bukan sekadar tujuan, tapi perjalanan menuju diri kami yang lebih kuat.

Evaluasi perjalanan trekking kami seperti ini.

Day

Rencana

Realisasi

Gap

1

Pokhara-Motyu-Jhinu Danda-Chomrong (2170Mdpl)

Pokhara-Motyu-Jhinu Danda-Chomrong (2170Mdpl)

Sesuai

2

Chomrong-Sinuwa-Bamboo-Dovan-Himalaya (2700Mdpl)

Chomrong-Sinuwa-Bamboo-Dovan-Himalaya (2700Mdpl)

Sesuai

3

Himalaya-Deurali-MBC-ABC (4130Mdpl)

Himalaya-Deurali-MBC (3900Mdpl)

Tidak Sesuai

4

ABC-MBC-Deurali-Himalaya-Dovan-Bamboo-Sinuwa-Chomrong (2170Mdpl)

MBC-ABC-MBC-Deurali-Himalaya-Dovan-Bamboo (2310Mdpl)

Tidak Sesuai

5

Chomrong-Jhinu Danda-Motyu-Pokhara

Bamboo-Sinuwa-Chomrong -Jhinu Danda-Motyu-Pokhara

Sesuai



Leave a comment