Kami sepakat hadiah uang tunai yang didapat kantorku Desember kemarin, dipergunakan untuk outing kantor. Biar berasa kenangannya. Memory lasts forever. Jika dibagi dalam bentuk duit, lenyap tak berasa. Jika dibagi dalam bentuk barang, belum tentu semua butuh barang tersebut. Pada sepakat ke Bangkok, mumpung modal hadiahnya besar sehingga kontribusi pribadi gak terlalu besar. Kebetulan pula, pas ada promo diskon 400ribu Jakarta-Bangkok jika beli return dan pake kartu kredit tertentu. Sisa bayar 1.3juta pp. Memang gak semua dapat di harga tersebut tapi setidaknya bisa ngirit. Lebih cepat lebih baik, anak-anak kantor butuh refreshing setelah jor-joran kerja di akhir tahun. Mumpung juga masih awal tahun, aktivitas belum padat. Saya pun butuh momen ke Jakarta untuk mengurus visa UK. Sambil menyelam minum air. Biar tiketnya gratis. Hehehe. Continue reading
Category Archives: Thailand
DAMNOEN SADUAK FLOATING MARKET
01 Mei 2011
Jam 06 pagi, kami sudah keluar hotel. Sengaja pagi-pagi banget, karena kami akan keluar kota ke Damnoen Saduak Floating Market. K Idrus n anak-anak tidak ikut, so kami dengan leluasa bisa naik taxi dengan argo ke Sai Mai Tai Terminal. Untuk ke Floating market itu harus naik bis dari Southern Bus Terminal, Sai Mai Tai Terminal. Dengan argo, ongkos taxi hanya sekitar 110bht. Padahal lebih jauh 3x lipat ketimbang jarak dari Grand Palace ke Hotel naik taxi kemarin.
Jadi jika anda ke Bangkok maximal berempat, kemana-mana naik taxi aja yang penting ber-argo ketimbang dari Metro, BTS dan sebagainya. Murah.
Untuk ke Damnoen Saduak, gak perlu masuk kedalam gedung terminal. Cukup cari tempat mangkal bisnya dan langsung naik di bis. Bis yang ke pasar ini adalah bis nomor 78.
Terminal Sai Mai Tai ini merupakan pangkalan bus yang menuju kota-kota di Thailand bagian selatan, antara lain : Damnoen Saduak, Phuket, Krabi, Surat Thani, dan Hat Yai.
Floating Market di Thailand banyak sekali diantaranya yang terkenal adalah Damnoen Saduak dan Amphawa Floating Market. Kami memilih Damnoen Saduak karena Amphawa Floating Market baru rame sore hari sampai malam hari, sementara sebentar sore kami sudah akan terbang ke KL. Bukunya Ariyanto merekomendasikan ke Amphawa, lebih orisinil dan masih alami.
Perjalanan ke Damnoen Saduak memakan waktu hampir 2 jam. Pasar terapung itu terletak di Provinsi Ratchaburi, sekitar 110 km dari Bangkok. Di perjalanan, banyak juga candi-candi bagus, seperti Wat Phra Chedi yang hanya kami pandangi dari dalam bis. Dan sang kondektur mulai menagih ongkos bis seharga 64Bht. Beberapa kali naik bis, kondekturnya selalu perempuan, lemah gemulai dan pake rok. Kalau di Indonesia, mana berani perempuan jadi kondektur, bisa habis badannya dicolek-colek. Kalaupun ada wanita yang mau jadi kondektur, biasanya wanita preman alias wanita yang ditakuti juga oleh laki-laki. Itu satu indikator bahwa Bangkok merupakan kota yang aman, dan profesi kondektur tidak harus melulu laki-laki.
Kami tiba di pelataran parkir Damnoen SAduak dan disambut oleh coordinator perahu yang akan ke Floating Market. Kami terkejut saat disebut tariff perahu 500Bht/orang. Gimana gak, uang di dompet hanya tersisa sekitar 900Bht. Rasanya mau kabur pulang. Saya bilang aja terus terang sambil membuka dompet bahwa sy cuma bawa duit 900 Bht dan itu termasuk ongkos pulang ke Bangkok. Pelan-pelan harganya diturunkan sampai akhirnya 200bht/orang, sy tetap gak mau dengan harga segitu, kalau 500bht/bertiga baru deal. Saat kami akan berjalan keluar, akhirnya dipanggil untuk naik ke perahu.
Inilah akibatnya, kalo tidak detail informasinya sementara duit pas-pasan. Hehehe.
Perahu pun mulai menyusuri kanal-kanal selebar 2 meter. Dikiri kanan tampak kios yang sudah permanen menjual berbagai souvenir. Sekitar 15 menit kami sampai ke pasar terapung, rame banget dengan pedagang dan pengunjung. Saking ramenya jadi macet. Pedagang buah, pedagang minuman, pedagang makanan dan kue-kue jajanan pasar yang langsung di buat di perahu, bahkan pedagang souvenir sibuk berkeliaran kesana kemari untuk menjajakan dagangan. Ada juga sih semacam hall tempat kumpul-kumpul untuk duduk makan dan minum bahkan belanja. Kita tinggal menyampaikan kepada tukang perahunya untuk berhenti sejenak disini.
Tukang perahunya sibuk menawarkan untuk singgah membeli souvenir ataupun makanan, namun kami menolak dan menyampaikan bahwa kami hanya ingin melihat-lihat saja. Kalau soal harga, kelihatannya gak murah-murah amat, contoh jambu merah ditawarkan 100bht untuk 3 buah.
Di Damnoen Saduak, kami juga diajak ke Coconut Sugar Farm, yaitu pusat pembuatan gula kelapa. Welcome drinknya berupa es nira. Disini didemonstrasikan secara langsung proses pembuatan gula kelapa dan banyak souvenir berupa makanan dari gula kelapa dan kerajinan dari tempurung kelapa.
Kembali ke kota Bangkok juga butuh sedikit perjuangan, karena bus gak ada yang ngetem di damnoen Saduak. Hanya boleh naik di terminal resmi sekitar 800m dari Damnoen Saduak.
Tiba di hotel langsung check out dan segera ke Rajpraprop station. Ada masalah lagi disini, ternyata duit kami gak cukup, kurang 10 Bht untuk bisa sampai ke airport. Didompet hanya ada ringgit, USD, SGD, Vietnam Dong. Periksa semua kantong untuk cari duit kecil ini, gak berhasil. Bertanya tentang atm terdekat adanya sekitar 300meter. Ogah. Lagian masak gara-gara 10 bht, sy harus narik atm dan kena charge penarikan 150baht . Jadi sy mencoba membujuk penjual tiketnya untuk bisa beli 6 tiket dengan 150bht dan uang USD2 dan berhasil meski penjual tiket sedikit gak rela. Hahaha.
Amel dan Nayla terbang duluan ke KL, sementara kami menunggu penerbangan berikutnya. Malam ini kami akan menginap di Tune Hotel LCCT, karena besok jam 1 siang udah harus terbang ke Makassar.
Go HOME
02 Mei 2011
Jam 05 pagi, saya sama Kajol berangkat ke Kota Kualalumpur, tujuannya untuk menemani Kajol melihat-lihat KL. Naik Aerobus ke KL Sentral kemudian kami ingin mencoba kereta yang ke Batucaves. Kereta api ini baru beroperasi sejak pertengahan tahun lalu. Wow ternyata stasiun kereta api Batucaves persis di sebelah Batucaves ini. Ada alternative yang lebih baik ketimbang taxi atau bis.
Tadinya mau ke Petronas juga, tapi kami mengurungkan niat dan memilih balik ke airport.
End of trip.
BIAYA-BIAYA
Agak sulit memilah-milah biaya/orang untuk trip selama 8 hari 7malam ini, karena kami keluarga. Jadi biayanya campur baur. Apalagi emang dari awalnya, gak terlalu detil dalam merencanakan. Sy coba hitung-hitung sebagai berikut:
total biaya perjalanan diluar tiket pesawat Rp 12,125,000 untuk 4 org dewasa n 2 anak-anak.
Kalo dibagi ke 4 dewasa menjadi sekitar Rp 3,100,000/orang starting dari Makassar.
Tiket pesawat untuk 5x terbang (Makassar-KL, KL-Phuket, Phuket-Bangkok, Bangkok-KL, KL-Makassar) Rp 550,000/orang kecuali Kajol karena beli belakangan kena tiket di harga Rp 800,000
CHATUCHAK WEEKEND MARKET & WAT ARUN
30 April 2011
Hari ini, kami mau ke Chatuchak Weekend Market, Wat Arun, Wat Pho dan Grand Palace. Tiga tempat terakhir sudah pernah saya kunjungi, namun gpp diulang lagi, buat mereka yang belum kesana.
Di depan hotel, ada penjaja makanan halal, kami menyempatkan untuk membeli bekal untuk makan siang kami nanti.
Dari Stasiun Rajraprarop, kami menuju ke Stasiun Phaya Tai, station yang terkoneksi dengan BTS untuk menuju ke Mo chit Station. Keluar dari Mochit station dan melewati Chatuchak Park, kita sudah berada di area Chatuchak Weekend Market (CWM). Enak juga berbelanja disini, semuanya ada dan murah. Namun kami tidak berbelanja banyak disini, maklum persediaan Baht sudah mulai menipis dan kami tidak mau repot dengan berbagai macam bawaan. Kalau harga baju kaos, masih murah kaos Thailand yang sy beli di Carrefour Phuket, juga masih murah beli di depan hotel ketimbang disini.
Pada saat masuk ke CWM, Amel dan Kajol memisahkan diri dan janjian ketemu di Chatuchak Park jam 12 siang. Kami sendiri gak terlalu lama berada di CWM, anak-anak pengennya main di Chatuchak Park itu.
Kami menyewa tikar di Chatuchak Park seharga 20 Baht sampai selesai pake. Sambil tidur-tiduran mengawasi anak-anak yang bermain di taman bermain yang ada disitu. Setelah Amel dan Kajol datang, kami pun memakan bekal kami. Hehehe. Jauh-jauh ke negeri orang pergi piknik di taman. Bagi kami, no problem coz prinsipnya act like local dan save your money. Kami gak mau bangkrut gara-gara pergi berlibur.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Wat Arun. Sebenarnya pengen naik taxi, namun di tolak terus sama taxinya, karena kami ber-enam (padahal 2 diantaranya kan anak kecil). Meski, kami tak keberatan untuk bayar lebih atau gak usah pake argo. Eh gak ada yang mau. Baiklah kalau begitu, kami naik MRT/metro sampai Station Hua Lampong kemudian setelah sampai mencoba lagi menahan taxi untuk menuju ke pier Sungai Chao Prhaya. Gak ada taxi yang mau, huff Be-te. Apalagi ada lagi yang mencoba mendekati kami, tapi gak kami gubris. Kami pindah tempat, dia juga ikut. Kami ke 7-11 membeli air minum sekaligus bertanya cara ke pier, setelah keluar dia masih ada juga. Kami jalan beberapa saat, dia masih ikut dibelakang kami. Huhu, langsung sy dengan ketus ngomong ke dia: Why do you follow us???? Jawaban dia, memang kenapa? Sy bebas kemana aja sesuai dengan keinginan hati, kata dia. Nyerocos terus, lalu kami tinggalkan dia yang masih memelototi kami. Bangkok scams is everywhere. Just beware of it if you come to Thailand.
Kami berjalan dan akhirnya sampai di pier yang ada di mall. Lumayan jauh juga jalannya sekitar 1 kilometer. Sayangnya pier yang ada di Rivercity Mall ini hanya untuk carteran bukan untuk umum. Carter ke wat Arun sekitar 500Baht one way. Untuk ke pier yang umum ada disebelah mall ini gak jauh.
Akhirnya kami berada di pier yang benar, kami naik perahu menuju pier Tha Tien tanpa milih-milih untuk menghemat waktu. Padahal sebenarnya, besar kecil ongkos naik perahu ditentukan dari jenis perahu yang dinaiki yang dapat dilihat dari jenis bendera yang ada di perahu. Bendera orange, merah, hijau atau kuning.
Di pier Tha Tien ada perahu khusus ke Wat Arun dengan harga 6 Bht sekali jalan. Di Wat Arun, hanya Amel, Kajol n dede yang naik ke candi. Kami hanya keliling kompleks Wat Arun dan duduk-duduk ditempat yang teduh. Wat Arun merupakan pagoda tertinggi yang ada di Thailand yang terletak di sisi seberang dari Sungai Chao Prhaya
Dari sini kami kembali ke pier Tha Tien dan berjalan ke Wat Pho, The Temple of Reclining Buddha. merupakan patung Budha yang terbesar (panjang 46m dan tinggi 15m) dan dengan pagoda yang terbanyak di Thailand dengan jumlah 99 pagoda.
Dari sini, kami bertanya arah ke Grand Palace pada kondektur bis kota yang sedang ngetem disamping wat pho. Kami malah diajakin naik bis, gak berapa lama bis jalan dan hanya kami penumpangnya, dan gak berapa lama kemudian kami diturunkan di depan Grand Palace tanpa bayar. Baik ya tapi percuma juga ke Grand Palace secara waktu sudah menunjukkan jam 4sore dan Grand Palace sudah tutup. Kami memutuskan pulang ke hotel dan kami beruntung ada taxi yang mau ditawar 250 bht untuk sampai di hotel.
Taxi itu tidak mengantar kami sampai depan hotel melainkan hanya menurunkan kami di pinggir jalan besar di depan jalan kecil menuju hotel. Ya saya gak bayar full jadinya. Tapi memang suasana di sekitar hotel menjadi tambah crowded, mungkin karena ini adalah hari sabtu sore menjelang malam minggu. Jadi agak sulit turun persis di depan hotel. Bagus juga sih diturunkan di situ, karena di jalan besar itu terdapat mall Platinum dan Pantip Plaza, IT Plaza tempat jualan elektronik. Jadi tahu jalannya.
K’Idrus dan anak-anak memilih berenang di hotel, kami lanjut ke mall Platinum untuk melihat ada apa disitu dan makan di food courtnya. Sayang mall ini pun juga cepat tutup. Jam 08 udah mulai beres-beres. Kami memilih makan di KFC, coz food courtnya sepenglihatanku gak ada halal.
Keluar dari mall Platinum, kami melakukan proses tawar menawar dengan supir tuk tuk. Sebenarnya khawatir kena tuk-tuk scam, tapi pengen nyoba tuk tuk. Dapat saran dari hasil browsing-browsing, jangan menawar pada tuk-tuk yang lagi mangkal kemungkinan itu Bangkok scam, jadi kalo pengen naik tuk tuk, stop tuk tuk yang lagi jalan. Kami mau ke MBK Mall, tepatnya Hard Rock Café. Karena HRC berada di dekat MBK. Akhirnya deal dengan 160 Bht pp sampai di hotel.
Begitu nyampe di HRC, sopirnya gak mau menunggu dan minta dibayar. Sy membayar 80 Bht. Di HRC ini kami hanya ke Rock Shopnya, membeli kaos made in Hard Rock Café Bangkok. Lalu kami jalan ke MBK Mall yang sy tau tutupnya sekitar jam 10 malam.
Kalo dipikir-pikir, hampir semua moda transportasi di bangkok sudah dicoba, mulai dari tuk tuk, song taew, taxi, bis kota, BTS, Metro sampai kereta apinya.
BANGKOK & AYUTTAYA
FLY TO BANGKOK FROM PHUKET
28 April 2011
Alhamdulillah, pagi ini semua masih segar bugar, padahal kemarin main air dan berangin-angin dengan kondisi baju basah seharian. Sambil menunggu waktu di jemput Mr Kom untuk diantar ke bandara, kami jalan-jalan ke Patong Beach untuk terakhir kalinya.
Kami berbeda pesawat dengan Kajol pada penerbangan ke Bangkok ini. Soalnya, tiketnya Kajol dibeli belakangan dan untuk pesawat yang sama dengan kami harganya kena mahal. Tp karena Cuma berbeda sekitaran sejam, check in dan masuk ruang tunggunya masih sama-sama. Tiba di bandara Suvarnabhumi, giliran kami yang menunggu dan untungnya pesawatnya Kajol juga tiba tepat waktu. Kami naik kereta Airport City Line menuju hotel kami di Bangkok. Airport City Line harganya Cuma 40Bht perorang, ada juga opsi Kereta Airport Express Line 150Bht. Keunggulan Airport Express ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Bangkok ke Airport karena gak singgah di stasiun kereta manapun. Kami turun di Rajpraprop, stasiun terdekat dengan hotel yang kami booking, Baiyoke Suite Hotel. Dari station udah keliatan mana hotel kami, kami sisa mengira-ngira jalan menuju hotel tersebut meski melalui jalan-jalan kecil. Sekitar 10 menit jalan, kami tiba di hotel. Hotel Baiyoke Suite Hotel meski berlantai 43, tapi lingkungannya gak terlalu mendukung. Terlalu crowded, berada di jalan yang gak terlalu besar dan terintegrasi dengan pusat perbelanjaan sekelas mangga dua. Di depannya juga ada pusat grosir Indra Regent Pratunam. Pada sore hingga pagi hari, jalanan tersebut menjadi area jualan seperti pasar malam.
Hal tersebut sudah saya ketahui pada saat membaca review hotel ini dan sy tetap memutuskan untuk membook hotel ini. Pertimbangannya sy mencari hotel yang ada kolam renangnya (buat nyenengin anak-anak) dan murah, untuk kamar executive suite 3 malam ditawarkan di websitenya seharga 4,719 Baht, late check out sampai jam 04sore, plus sarapan pagi untuk 2 orang dan 1 anak. Executive suite 46m2 dimana ruang tidur dan ruang tamu terpisah dimana untuk 4 orang dewasa n 2 anak-anak rasanya cukup tanpa perlu tambah extra bed.
Manalah tau kenyataan berkata lain. Sy harus menambah biaya 3600 baht untuk 2 extra bed selama tiga hari setiba disana. Huhuhu. Seperti biasa, kalo milih nginap di hotel dan bukan hostel dan lebih dari 2 orang dan hanya memesan 1 kamar, untuk menyiasati agar gak diminta nambah extra bed, yg check in hanya 2 orang sisanya ngumpet dulu, entah di kamar mandi, duduk di lobby jika rame atau nunggu di luar hotel. Kalau sudah beres check in-nya baru masuk dikamar.Rupanya pada awal masuk, sudah ada petugas yang memberikan informasi tentang tamu yang akan check in. Lobbynya berada 2 lantai dari entrance hotel dengan menggunakan lift. Kami naik semua, cuman sebagian memisahkan diri masuk ke kamar mandi. Sy ama K idrus yang checkin. Lobbynya sepi banget. Ini diluar perkiraan sy, hotel berlantai 43 harusnya lobbynya gede dan rame. Jadi asumsi sy, harusnya susah merhatiin orang satu-satu. Pada saat check in ditanyain berapa orang yang bersama saya. Dan saya, dasarnya susah berbohong, bilang kami ber-5 (masih bohong sih, karena kami ber-enam sebenarnya hehe). Ternyata di cross check ama petugas yang di bawah. Jadi managernya bilang harus nambah extra bed. Sy masih tetap mencoba bilang, bahwa kami tidak butuh extra bed. Sia-sia, daripada ngotot, dan memang kita salah karena udah tau policy hotel 1 kamar hanya untuk berdua, ya sudah dibayar aja.
Kami dikasih complimentary berupa fasilitas 1x dinner buat berdua dan anak saya yang satu juga dikasih bebas sarapan.
Di phuket kemarin, kami mesan 2 kamar jadi tidak masalah pada saat check in.
Anak-anak segera berganti baju, sudah gak sabar untuk berenang. Selesai berenang, kami ke food court indra regent pratunam, sayangnya foodcourt hampir tutup padahal baru jam 08 malam. Satu-satunya yang masih buka adalah kedai makanan arab. Kami memesan take away nasi kuning dan ayam kari plus burger dengan harga 300 Baht untuk 3 porsi. Setelah itu, sy n Amel ke lantai 43 untuk memanfaatkan voucher makan malam gratis kami. Makanannya enak-enak dan komplit, namun masih ada rasa ragu untuk memakannya, soalnya b2 juga dihidangkan di meja yang sama.
AYUTTAYA & BANGKOK SCAMS
29 April 2011
Kami belum memutuskan mau kemana pagi ini. Trip kali ini, sy gak nyusun itinerary secara tertulis. Browsing-browsing pun hanya sekedarnya, itu pun tidak dikompilasi. Alhasil jadi bingung mau kemana dan tujuan mana yang menjadi prioritas. Untung Amel bawa buku 1 jutaan Keliling Thailand dalam 10 hari yang ditulis oleh Ariyanto, jadi ada referensi. Dan kami memutuskan untuk ke Ayuttaya dan mampir ke Wat Traimit yang berdekatan dengan stasiun kereta api Hua Lampong.
Keluar dari hotel jalan kaki menuju Rajprarop station, kami menemukan jalan pintas, namun kelihatannya hanya sementara karena kami memotong jalan kereta api yang seharusnya gak boleh. Cuman karena gak ada pagarnya. Dari Rajraprarop ke Makkasan, kemudian jalan sedikit menuju Metro Station Petchaburi.
Meski Bangkok boleh dibilang super lengkap sarana transportasinya, sayangnya kurang terintegrasi. Metro/subway, Skytrain, Airport Railway Link manajemennya masing-masing yang menyebabkan sulit untuk membeli kartu terusan. Berbeda dengan MRT di Singapore atau MTR di Hongkong, bahkan naik bis pun bisa menggunakan kartu yang sama dengan kartu terusan MTR/MRT.
Di Petchaburi station Metro, kami menuju ke Hua Lampong Station. Area dimana terdapat Wat Traimit dan Hua Lampong Bangkok Railway Station. Di pintu keluar Metro, kami bertanya jalan menuju Wat Traimit kepada seseorang. Orang itu dengan ramah menunjukkan jalan menuju kesana dan bertanya kenapa mau kesana, Wat Traimit-nya belum buka katanya. Sy segera sadar Bangkok Scam sedang terjadi, dan dengan melengos kami segera pergi meninggalkan orang itu yang bengong melihat kami tiba-tiba berubah cuek.
Kami jalan ke wat Traimit sekitar 10 menit. Wat Traimit adalah candi dimana Patung budha yang terbuat dari emas murni dan berat emasnya 500kg. Feb lalu, sy sudah mengunjunginya. Setelah itu kami jalan menuju Station Kereta Hua Lampong. Station ini seperti Stasiun Gambir. Hampir kena lagi Bangkok scam disini. Sy tidak mengerti kenapa Bangkok scam ini tidak diberantas, padahal operasinya terang-terangan.
Dua orang wanita mendekati dan memperkenalkan dirinya sambil menunjukkan kartu identitasnya (lupa job titlenya apa, semacam pemandu lah), dan bertanya mau kemana. Saya bilang, kami mau ke Ayuttaya. Mereka lalu menunjukkan time table kereta yang akan ke Ayuttaya. Mereka mengatakan kereta yang ke Ayuttaya baru ada lagi jam 02 siang, perjalanan 1 ½ jam kesana, sementara obyek wisata yang disana tutup jam 04 sore. Katanya lagi, akan buang-buang waktu saja jika ke ayuttaya naik kereta. Amel sedikit terpengaruh, tapi sy gak terlalu percaya, saya bilang bahwa sy mau ngecek dulu ke dalam. Sebelum masuk ke dalam, singgah beli KFC buat persiapan makan siang. Takutnya susah cari makanan disana.
Nanya informasi, ternyata ada kereta yang akan berangkat pukul 11.20 alias 10 menit lagi. Nah kan, wanita itu bohong. Bergegas kami membeli karcis kereta dan mencari peron lokasi kereta tersebut.
Murah harga karcisnya hanya Rp 4500/sekali jalan/dewasa, Rp2500/anak-anak. Ternyata itu karcis untuk kereta api kelas 3. Kereta apinya ya gitu deh seperti KRL. Hehehe. Tapi bersih dan semua dapat tempat duduk. Masih ada penjaja keliling tapi gak banyak dan tidak terlalu mengganggu. Anak sy diajak bicara ama ibu tua yang didepan kami. Rupanya ibu itu menyangka kami orang Thailand. Memang kalo gak bicara, typical orang Indonesia sangat mirip dengan typical orang Thailand.
Jarak Bangkok Ayuttaya 70 km, ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit. Tiba disana, kami langsung duduk di kursi tunggu stasiun Ayuttaya, istirahat sambil melihat situasi sekitar dan makan siang. Sayang banyak anjing di stasiun kereta, membuat makan kami kurang terasa nikmat, sampai pindah 2kali tempat duduk. Kami lalu melakukan proses tawar menawar dengan sopir tuk-tuk song taew (sejenis bemo kecil) dan deal dengan 500 Baht untuk diantar ke beberapa tempat wisata di Ayuttaya sampai balik lagi ke station jam 4 sore. Gak tau itu kemahalan atau kemurahan. Biar saja. Sopirnya cewek. Sy sebenarnya masih was-was dengan kejadian Bangkok Scam tadi. Makanya sebelum berangkat, sy memastikan ke dia akan kemana aja dan sy tidak mau ketempat lain selain tempat yang ditunjuk. Cewek itu menyatakan dalam waktu 2 jam, kita akan diajak ke 4 tempat sesuai foto yang dia tunjukkan kepada kami.
Alternatif lain untuk keliling Ayuttaya bisa nyewa sepeda atau motor di depan stasiun kereta Ayuttaya. Sayang sedang gerimis, yang membuat kami memutuskan naik tuk tuk.

Tuktuk di Ayuttaya yang kami sewa, supirnya perempuan lho
Ayutthaya, kota tua yang kaya akan candi (dalam Bahasa Thailand disebut wat) dan bangunan-bangunan tua nan cantik, yang termasuk dalam Daftar World Heritage Sites UNESCO. Kota yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Thailand selama 417 tahun. Perjalanan ke kota tua Ayutthaya menjadi suatu pembelajaran untuk diri kita sendiri, bagaimana rakyat Thailand sangat menghargai kebudayaan dan sejarah mereka dengan menjaga warisan leluhur mereka serta menghormati Sang Budha sebagai penuntun hidup mereka.
Wat Yai Chai Mongkol, candi ini terkenal oleh patung budha besar yang sedang berbaring, dibangun oleh King U Thong (Ayutthaya’s first ruler) pada tahun 1357, candi ini juga dikenal dengan nama “Chao Phaya Thai Temple” dan mempunyai 1 stupa/Chedi yang sangat besar sekali.

Wat Yai Chai Mongkol
Wat Mahathat, diyakini dibangun pada tahun 1374 dalam masa pemerintahan King Borom Rachathirat 1 berlokasi di depan istana, dekat jembatan Pa Than Bridge. Dulunya tempat ini adalah biara kerajaan dan pusat spiritual Ayutthaya. Akibat perang, semua patung Budha yang ada ditempat ini kepalanya hilang karena diambil oleh Burma. Ditempat ini kita bisa melihat pohon besar yang tumbuh diseputar kepala Budha.

Wat Maha that
Di Wat ini, karcis masuknya dibedakan antara foreigner 50 bht dan local hanya 10 bht. Kajol dengan pede-nya act like local, setelah kursus bahasa Thai singkat sama cewek supir tuk tuk, jadi berhasil hanya bayar 10 bht.
Wat Phananchoeng, Kuil ini sudah ada sebelum Ayutthaya menjadi ibukota Siam. Patung Buddha setinggi 19 meter (disebut “Phrachao Phananchoeng”) dibangun tahun 1325. Disebelah kanannya wat ini ada wat yang kami lewatkan. Selain sudah kenyang melihat wat-wat yang ada di ayuttaya, untuk masuk ke wat ini juga harus bayar lagi.
Amel n Kajol tertarik untuk mencoba naik gajah di Ayuttaya. Gajahnya sudah dihias lengkap dengan payung kerajaan. Penjual karcisnya awalnya gak mau menjual karcis keliling gajah selama 10 menit, rata-rata karcis yang dijual adalah untuk 20 menit. Namun si supir tuk-tuk berhasil membujuknya. Harga karcisnya 200 baht. Lebih murah disini ketimbang naik gajah di Phuket.

Stasiun Kereta Ayuttaya
Kami lalu balik ke stasiun, jam 17.30 kami tiba kembali di stasiun Hua Lampong, kemudian naik taxi ke hotel gak pake argo 100bht.
Untuk makan malam, kami beli beras, mie instant dan ikan kaleng di 7-11 dan membeli tambahan ayam goreng dari resto Arab yang berada disekitar hotel. Memang enak tinggal di area ini, gak kesulitan dengan makanan halal, karena banyak sekali restoran Arab disini dan gerai 7-11 ada 3 buah disini. Di gerai 7-11 selain bisa beli makanan instan dan air mineral, sy juga suka beli satu gelas gede ovaltine yang hanya seharga 18Bht.
Malam ini hanya kami habiskan di sekitar hotel, melihat-lihat night street market yang ada di Pratunam, ada juga pasar subuhnya, karena pada malam hari belum ada, pagi-pagi jam 09 tampak mereka membongkar tenda-tendanya.
PHUKET
CITY TOUR IN PHUKET & ELEPHANT TREKKING 26 April 2011
Penerbangan kurang lebih 1 jam 30 menit plus perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari waktu Malaysia. Mr. Kom sedikit terlambat menjemput kami di bandara, kami sudah khawatir jangan-jangan Mr Kom ingkar janji. Mr.Kom adalah orang lokal sana yang direkomendasikan ama teman untuk keliling Phuket. Awalnya, sy hanya deal untuk antar jemput bandara aja, 1200 Bht pulang pergi. Untuk keliling phuket, rencana awal mau rental motor saja, tapi akhirnya sy setuju dengan penawaran Mr. Kom seharga 1200Baht keliling Phuket selama 8 jam.
Kami check in di hotel, Hotel Bel Aire Resort yang kami book via http://www.agoda.com dengan harga 250rb/malam, kamarnya lumayan. viewnya asik, meski hasil review mengatakan hotel ini berisik. Berisik karena di luar hotel banyak bar mini yang membunyikan musik keras-keras. Tapi gak ngaruh sama kami, kami tetap tidur nyenyak karena kecapekan. Rehat sebentar memakan bekal kami sambil menunggu Ame, K’Idrus dan Kajol mandi. 1 jam kemudian kami siap keliling-keliling.
Cuaca sangattttttttttt puanassss. Gak ku-ku apalagi kacamata dan topi ketinggalan pula di hotel. Perjalanan dimulai ke pantai Kata, trus ke pantai Karon, Karon View Point trus ke Elephant Trekking- view point, Promthep Cape, pantai….,Big Buddha, Wat Chalong, makan siang, grosir baju kaos Thailand.
Di Elephant trekking Koh Chang, sy dan aya mengambil paket trekking 20 menit seharga 900Bht. Gajah itu ternyata kuat naik turun gunung, namun sepertinya gajah yang kunaiki agak ogah-ogahan jalan, entah capek diekploitasi atau lapar. Beberapa kali, dia gak mau jalan di jalur yang udah ditentukan kadang juga berhenti. Oleh pawang gajah, dipukul dengan martil tajam. Kesian liatnya, tp mungkin kalo dipukul biasa, gak berasa saking tebalnya kulit gajah.
Puas merasakan sensasi naik gajah, kami melanjutkan perjalanan. Disepanjang phuket, tersebar banyak pantai yang semuanya indah. Tipikal phuket yang berbukit-bukit membuat kita bisa menikmati keindahan panorama pantai phuket dari ketinggian. Kami sedikit kehabisan energi akibat teriknya cuaca. Untung saja keliling phuket naik mobil, sehingga bisa ngadem dikit di mobil. Mungkin kalo rental motor, kami gak bisa menikmati semua dan il-fil duluan sehingga memilih ngadem di kamar.
Kami diajak makan siang di Bangmud restoran. Untuk kesini harus naik perahu, karena restoran ini adanya ditengah laut. Dan semuanya fresh, disini kita bisa melihat ikan-ikan laut, udang, kepiting, kerang dan lain-lain yang masih hidup. Kami memilih sup tom yum goong, telur dadar udang, ayam goreng tepung, ikan bakar, cumi goreng tepung. Semuanya enak. Ini kali pertama sy makan tom yum yang enak, langsung suka rasanya. Di indonesia rasanya tidak selezat ini, jadi malas makannya. Sy bayar 1400bht, lebih banyak dari sewa mobil Mr. Kom, tapi sebandinglah dengan rasanya dan untuk 5 orang besar n 2 anak kecil. Lain kali kalo berkesempatan kesini lagi, gak usah pesan ikan bakar, mahal sekitar 500Bht, menu yang lain rata2 180B.
Setelah makan, Mr Kom menawarkan ke tempat mutiara. Cuman sy bilang gak usah coz 2 hari lalu sy baru beli cincin mutiara di Lombok. Setelah dari grosir baju kaos dan wat chalong, kami minta pulang ke hotel, anak-anak udah gak sabaran pengen berenang di patong beach n sy pengen mengejar sunset di pantai itu.
Kami masih singgah di tempat pembelian tiket phi-phi island, travel andavaree. Tiket phiphi yang ditawarkan oleh mr Kom 1200Bht orang dewasa dan 800bht anak-anak. Sebenarnya di dekat hotel banyak sekali travel booth yang menawarkan tiket tur phi-phi, yang bisa jadi lebih murah. Cuman sy lg malas buang waktu buat nyari-nyari. Ada 3 tur wajib di phuket: phi-phi island tour (pulau lokasi the beach yang dibintangi leonardo de caprio), phang nga island tour (pulau lokasi film james bond) dan phuket fantasea. Berhubung sy hanya punya waktu 2 hari, 1 hari buat city tur, 1 harinya saya harus memilih phi phi islands atau james bond islands. Setelah lempar pertanyaan di milis indobackpacker, kebanyakan menyarankan untuk memilih phi phi islands. Sy gak ke phuket fantasea, pertimbangannya selain mahal, sy udah nonton pertunjukan sejenis di bangkok 3 bulan yang lalu, Siam Niramit. Kata orang sih, bagusan Siam Niramit. Ada juga Simon Cabaret, ladyboy show, yang harga tiketnya ½ dari phuket fantasea n katanya lebih enak nonton ini ketimbang phuket fantasea. Semuanya sisa masalah selera n duit.
Di Pantai Patong, senja sudah mulai memerah…angin sepoi-sepoinya bikin betah duduk dipantai. Anak-anak bermain dilaut sama papanya. Lalu lalang orang menjadi pemandangan tersendiri, ada juga tuh yang lagi peluk-pelukan di dalam air, bikin penasaran benarkah sedang ml? Hehehe…Ada juga permainan parasailing…Saya memotret sampai matahari betul-betul tenggelam tanda senja berganti malam. Setelah itu balik ke hotel, mandi dan beres-beres. Pengen keluar lagi jalan menjajaki Jungceylon Mall n Bangla Road, ternyata mereka ini pada kecapekan dan memilih untuk tidur. Huhuhu. Masa kesini hanya untuk menikmati tidur sih?
PHI-PHI ISLAND TOUR 27 April 2011Jam
8pg kami sudah dijemput oleh layanan tur phi phi. Perjalanan kurang lebih 45 menit sampai ke dermaga. Disana sudah banyak orang yang menunggu. Setiap orang diberi stiker kecil berwarna, itu adalah tanda bahwa pemegang stiker yang berwarna sama harus sharing speed boat yang sama pula. Ada sticker orange, biru, pink dan hijau. Sambil menunggu, kami bebas mengambil teh kopi yang sudah tersedia. Bisa sewa fin seharga 100 Baht. Kalo peralatan snorklingnya, udah disiapkan di boat.
Tiba waktu kami harus naik boat, speed boat itu berkapasitas 40 orang dan penuh. Kelihatannya hanya kami yang dari Indonesia. Speed boat pun sampai di tempat tujuan pertama setelah perjalanan kurang lebih 50 menit dengan jarak tempuh sekitar 50 km, Pulau Phi Phi Lay. Pulau yang terkenal berkat Leonardor Di Caprio syuting the Beach disini. Emang cantik pantainya, si Dede aja kagum dan berkomentar, “Mama kenapa pasirnya putih sekali dan halus sekali?”
Kami diberi waktu untuk berenang disini kurang lebih 40 menit. Guidenya menyarankan agar kami mematuhi jadwal yang ditentukan, agar bisa duluan ke tempat berikutnya dengan nyaman. Saat tiba di Phi-phi Lay speed boat yang ada bisa dihitung, begitu sepuluh menit kemudian, pantai penuh dengan speedboat dan ribuan orang. Padahal pantainya gak panjang. Kemudian kami singgah photoshop di suatu pantai yang lupa namanya, terus ke Monkey Beach. Monkey Beach adalah pantai dimana banyak monyet disini. Sy gak turun, hanya motret dari kapal. Monyet mah banyak di Indonesia. Singgah photoshop di depan Viking Cave. Setelah itu speed boat berhenti untuk memberi kesempatan snorkling sekitar 1 jam. Hehe, hanya kami yang pake baju pelampung, maklum belum mahir berenang. Menurut saya, snorkling di Tg. Karang (Palu) lebih menyenangkan dari tempat ini. Disini banyak bulu babi, yang banyak menusuk bule-bule itu. Makanya sy hanya sebentar, sy gak nyaman melihat banyak bulu babi di karang-karangnya dan lagi gak terlalu suka pake baju pelampung.
Jam 12.00 kami merapat di pulau Phi phi Don, tempat kami makan siang. Di Pulau ini kebanyakan mayoritas muslim, dan udah dibilangin ama Mr Kom, makanannya halal. Makanannya enak-enak. Ada sup Tom yum, seafood, spagetti, ayam suwir mente dan lain-lain. Bisa nyari souvenir juga disini, cuman harganya agak mahal mending beli di carrefour jungceylon mall.
Kami masih diberi kesempatan untuk acara bebas di pantai Khai Nai dengan waktu yang terlama dari semua rute trip ini.
Di pantai disewakan kursi 150Baht, penjaja es krim lalu lalang menawarkan produk-produknya. Di pantai ini juga ikan-ikannya ramah banget. Dipingir pantai mereka bermain-main dengan anak-anak. Tentu saja dengan pancingan semangka atau roti. Jam 04 sore, kami naik speed boat untuk kembali ke phuket. Puas seharian main air.
Malamnya, kami ke Jungceylon Mall. Dari hotel jalan kaki sekitar 700m, lumayan juga sih. Tapi gak berasa karena sepanjang jalan banyak kedai-kedai souvenir, jadi sambil jalan sambil melihat-lihat. Saya suka suasana Jungceylon Mall ini, happening area banget dan asik. Tapi karena waktu gak banyak dan bawa anak-anak, jadinya sy ke carrefour. Ternyata banyak oleh-oleh yang bisa dibeli disini, baju kaos Thailand (lebih murah dibanding di beli di Bangkok), makanan/cemilan seperti kripik durian, asem thailand. Sy juga beli beras ukuran sekilo. Lho kok beli beras? Hehe, harap maklum kami traveler paket hemat, jadi makannya subsidi silang. Sebagian makan di luar sebagian lagi masak-masak dengan travel cooker yang saya bawa. Atau sisa beli lauk, nasinya masak sendiri. Dan juga karena bawa anak-anak, jadi harus siap sepanjang waktu dengan nasi. Dari Indonesia, sy udah nyiapin beberapa makanan praktis seperti abon dan indomie.
Dalam perjalanan pulang ke hotel, mampir sebentar ke jalan Bangla, penasaran pengen ngeliat seperti apasih Bangla Road yang terkenal itu, yang kalo malam khusus untuk pejalan kaki saja. Belum terlalu malam sih, tapi satu dua bar sudah menampilkan gadis-gadis shownya. Ada yang cewek beneran dan ada juga lady boy. Ini malam terakhir di Phuket. Overall, sy suka phuket dan dan sy masih pengen kesini lagi.
NONGKRONG DI LCCT
25 April 2011
Selesai trip Lombok bersama teman-teman kantor 21-24 April, sy lanjut dengan liburan keluarga. Tiket pesawat yang saya beli 350 hari yang lalu akhirnya jatuh tempo juga. Tiket seharga 550rb/orang untuk 5x flight (Mks-KL, KL-Phuket, Phuket-Bangkok, Bangkok-KL, KL-Makassar). Murah banget kan. Belinya pada saat promo 0 rp Airasia, jadi yang saya bayar hanya airport tax bandara KL, Phuket n Bangkok. Plusnya lagi sy beli pakai credit shell Airasia. Credit shell itu sy dapatkan sebagai kompensasi pembatalan tiket trip Bangkok tahun lalu. Waktu itu sy minta pembatalan, karena situasi dalam negeri Bangkok yang tidak kondusif akibat demo kaos merah. Saya berenam, selain keluarga kecilku juga ada Amel n Kajol. Perjalanan kami ini selama 8hari 7 malam.
Boarding pass 4 dari 5 penerbangan kami sudah ditangan. Kami check in dengan fasilitas web check in yang memungkinkan untuk check in 7 hari sebelum hari keberangkatan. Enaknya dengan web check in, kursi yang diberikan berurutan, berbeda kalo self check in di bandara, kursi yang diberikan biasanya acak.
Setiba di bandara LCCT, kami langsung ke food court. Maksudnya untuk cari makan, karena disana bisa makan nasi campur, nasi padang dsb dengan harga murah. Tetapi ternyata enak juga buat ditempati nongkrong menunggu penerbangan kami ke Phuket sampai pagi. Nongkrongnya kurang lebih 6 jam. Sambil ngedengerin musik dan browsing dengan fasilitas wi-fi. Jangan khawatir, kehabisan charge hp/laptop/ipod, coz colokan listrik banyak. Kamar mandinya lebih luas ketimbang di bandara dan tipe kamar mandi basah, cocok buat numpang mandi. Saya mutusin nge-book kamar tune hotel LCCT disini untuk malam terakhir perjalanan kami, tadinya mau go show nginap di area KL Sentral atau Bukit Bintang, namu setelah rembukan diputuskan stay di LCCT, karena dari Bangkok akan tiba tengah malam. Harga sekitar 600rb-an/mlm padahal kalau beli jauh-jauh hari bisa dapat harga setengahnya.
Ini kedua kalinya kami nongkrong di bandara LCCT. 2 tahun sebelumnya, kami melakukan hal yang sama sewaktu menunggu penerbangan ke Hongkong. Hanya saja waktu itu kami nongkrong di dalam bandara, masih banyak kursi tunggu yang disediakan. Sekarang karena LCCT sudah lebih padat, area tempat kami tidur-tiduran udah menjadi counter-counter check in. Kursi tunggu sekarang adanya di dekat McD aja dan udaranya kurang dingin.
Tumben, sy gak ngantuk dan gak pernah terlelap sedikit pun. Mungkin pengaruh euforia travelling begitu besar. Jam 5 pagi, anak-anak dibangunin mandi, beli nasi bungkus seharga RM2 buat bekal. Jam 7 pagi kami pun terbang ke Phuket.
MARI BERHITUNG BIAYA PERJALANAN
Catatan ini sy tujukan buat mereka-mereka yang bertanya berapa besar biaya perjalanan selama 6hari 5malam starting dari Palu-Mks-KL-Ho Chi Minh-Bangkok-KL-Makassar-Palu. Total biaya yang sy habiskan adalah sebanyak 3,9 juta. Murah aja kan?
Masih banyak teman, keluarga dan tetangga di sekitarku yang menganggap jalan ke luar negeri butuh biaya banyak.
Tidak, kalau dapat tiket pesawat promo.
Tidak, kalau nginap di penginapan sekelas losmen.
Tidak, kalau gak naik taxi melulu.
Tidak juga, kalau berhemat di makan dan minuman.
Tidak, kalau hanya membeli oleh-oleh sekedarnya.
Lalu dimana letak kenikmatannya? Bagiku sudah nikmat rasanya jika mata ini bisa melihat dan merasakan sendiri keindahan alam jagat raya. Ketimbang hanya melihat di peta, di tv, di koran dan sebagainya. Mumpung fisik masih kuat, nikmatilah perjalanan dengan cara berhemat. Akan tiba giliran dimana keinginan jalan masih kuat sementara fisik kita gak seperti dulu lagi. Nah pada saat itulah menikmati perjalanan dengan cara benar-benar bersantai, tidur di hotel bagus, makan enak, kemana-mana naik taxi.
Untuk biaya perjalanan kami menyiapkan USD100+RM200+3000B = Rp 2,400,000
Tiket Palu-Makassar-Palu = Rp 624,000
Tiket Mks-KL-HCMC-BKK-KL = 144,000+222,000+333,000+314,700+219,000=
Rp 1,232,700
Airport tax 100,000
Pengeluaran di KL (1 malam)
Bis Aerobus (Airport-KL) RM8=24,000
Transportasi lokal taxi+monorail+LRT 3,75+3,75+5,7+2,7 =RM15.9= Rp 47,700
Taxi (KL-Airport) =RM 70 (sharing ber-4) = Rp 52,500
Makan selama di KL 16,5+11= RM26,5= Rp 79,500
Hostel = RM 31 = Rp 93,000
Sub Total Rp 296,700
Pengeluaran di HCMC (2malam)
Hotel+antar jemput bandara USD31 = Rp 279,000
Tour Chu Chi Tunnel + entrance fee USD 9= Rp 81,000
Water puppet tiket= USD 8 = Rp 72,000
Transportasi lokal taxi 4x= 28000VND = Rp 12,000
Makan+minum = 99,000VND+48500VND+71,000VND+13,000VND+25500=257000VND= Rp 110,150
Sub Total = Rp 554,150
Pengeluaran di Bangkok (2 malam)
Akomodasi+city tour+antar jemput bandara 2050B= Rp 615,000
Tip tur guide+sopir = 150B = Rp 45,000
Tiket Siam Niramit 990B = Rp297,000
Transportasi lokal Skytrain+Metro+bis+Taxi+Perahu = 300B= Rp90,000
Makan Minum = 150B = Rp 45,000
Subtotal Rp 1,092,000
Total Rp 3,899,550= Rp 3,9juta
Day 6: Bangkok-Makassar (End of the trip)
Senin, 21 Feb 2011 Saatnya pulang… Hari ini hanya dikhususkan untuk terbang sampai Makassar. Titik dimana kami harus berpisah dan kembali ke tempat asal masing-masing. Tiket Lion ke Palu untuk malam ini sudah ditangan. Harusnya besok masih terhitung cuti, cuman berhubung lusa mau rakorda di Makassar dan setelah itu menghadapi audit sertifikasi ISO 9001:2008, sy harus masuk kantor besok untuk mempersiapkannya. Jam 04.00 subuh kami dijemput menuju airport. Jam 11.00 kami tiba di LCCT Airport. Saya harus bergegas, karena boarding pass penerbangan KL-Makassar dan KL-Jakarta belum ada ditangan. Sy pun berlari-lari untuk mendahului penumpang lain yang menuju imigrasi, biar gak ngantri terlalu lama di imigrasi. Antrian di imigrasi gak terlalu padat, sehingga sy dengan cepat bisa menuju area keberangkatan untuk cetak boarding pass di mesin Self-Check In. Aman, sy sisa menunggu rekan-rekan lain untuk proses bagasi drop in. Kami berpisah disini dengan Hesni dan Phian, mereka pulang ke Jakarta. Pada saat akan masuk ke ruang tunggu, Sonny n Darma tertahan karena mainan Helicopter yang dibeli Darma harus dibagasikan kecuali kalo dos mainannya di buka. Sedangkan Sonny diminta untuk menimbang ranselnya. Ranselnya diminta untuk dibagasikan karena >7kg. Huh, dasar lagi apes, padahal banyak kok yang lebih besar dari ranselnya Sonny lolos aja masuk. Sedikit panik mode on, apalagi terdengar pengumuman penumpang KL-Makassar harus masuk ke ruang tunggu. Staf wanita yang ada di counter bagasi menolak menerima uang rupiah, minta ditukar dalam ringgit. Lagi-lagi sy harus ke money changer, meminta ijin untuk menyerobot antrian orang yang menukar uang. Lumayan jauh jaraknya dari counter bagasi itu. Begitu tiba kembali di counter bagasi, Sonny udah transaksi dengan kartu kredit. Huhh, mbak bilang kek dari tadi kalo bisa pake kartu kredit. Sambil menunggu boarding, kami pun sudah merencanakan akan kemana trip berikutnya di tahun depan. Tentu saja menunggu promo tiket Air Asia.
Day 5: In Bangkok, City of Angels
Minggu, 20 Feb 2011
City tour-nya sy pikir akan seharian, ternyata hanya setengah hari. I don’t know dimana mis-nya. Padahal jika tau cuman setengah hari, pagi ini bisa ke damnoen saduak floating market dulu meski harus nambah biaya tur sejumlah 600B. Damnoen saduak adalah pasar terapung yang terletak kurang lebih 60km dari Bangkok.
Jam 08.00 Ms. Apittanan Phimmai yang minta dipanggil Ms. Jenny, tur guide kami sudah menunggu di lobby hotel. Untuk sarapan, lagi-lagi kami meminta nasi putih dan telur rebus.
Kami mengunjungi Grand Palace dan Wat Phra Keo (Temple of the Emerald Buddha). Grand Palace adalah bekas tempat kediaman raja yang kemudian dijadikan obyek wisata. Didalamnya ada Wat Prhra Keo, candi tempat budha yang paling suci yang berumur kurang lebih 600 tahun, terbuat dari 1 bongkahan batu jade kualitas terbaik dan mengenakan pakaian yang terbuat dari emas yang menandakan musim yang sedang berlangsung. Musim di Bangkok ada 3, musim panas (Juli-Oktober), musim hujan (Nov-Februari), musim dingin (Maret-Juni). Upacara penggantian pakaian buddha dilakukan 3x setahun oleh sang Raja. Khusus, di Wat Phra Kaeo ini tidak diperbolehkan untuk mengambil foto/video. Di depan kuil, tampak banyak orang membeli bunga bertangkai yang kemudian dicelup ke dalam wadah air suci dan ditepukkan ke atas kepala.
Grand Palace ini sangat luas, dibutuhkan 1 hari untuk mengagumi keindahan setiap detil di Grand Palace. Kami menikmati sebagian kecilnya saja, karena masih ingin mengunjungi wat-wat lainnya. Wat Traimit, Wat Pho, Temple of Marble dan melihat Town Hall. Ternyata capek juga maraton ke candi-candi dan untungnya cuman setengah hari. Sebagian teman memilih menunggu di mobil pada saat sebagian dari kami mengunjungi Temple of Marble. Gimana kalo seharian full?
Setiap temple mempunyai keunikan masing-masing.
Wat Phra Cetuphon atau yang lebih dikenal Wat Pho (Temple of Reclining Buddha), merupakan patung Budha yang terbesar (panjang 46m dan tinggi 15m) dan dengan pagoda yang terbanyak di Thailand dengan jumlah 99 pagoda. Kata Ms. Jenny, pagoda dibangun untuk tempat menyimpan abu para raja-raja Thailand.
Wat Traimit adalah rumah Patung Budha yang terbuat dari emas yang terbesar di dunia, beratnya kurang lebih 5500 kg emas. Wow. Perkiraan umur patung tersebut kurang lebih 700 tahun.
Wat Benchamabophit (The Marble Temple) terkenal karena terbuat dari marmer Italia dan perpaduan arsitektur modern. Di dalam ada pohon uang, berasal dari sumbangan umat Budha. Seperti Ms. Jenny selalu mendonasi jika masuk ke dalam kuil. Katanya itu adalah salah satu Way of Buddhism.
Tujuan akhir adalah Gems Gallery. Ms. Jenny mengatakan pemerintah Thailand mewajibkan setiap tur harus singgah disini. Dia tidak menyarankan untuk berbelanja disini karena harganya yang lumayan mahal. Kami disambut dengan suguhan minuman selamat datang, minuman bersoda. Setelah itu kami diminta menunggu sejenak sampai ruangan untuk presentasinya siap. Presentasi selama 20 menit ini adalah mengenai informasi keindahan permata dan berlian dari Thailand. Bahasanya disesuaikan dengan asal negara turisnya. Kemudian kami diajak ke gallery. Sebuah gallery yang sangat luas dan menawarkan perhiasan dengan harga yang belum sesuai dengan kantong kami. Ada sih perhiasan dari perak dan berhiaskan batu permata seharga 1000Baht. Batu permata semakin mahal jika terdapat kilauan yang bersinar di batunya. Sebelum mencapai gallery-nya, ada juga café tempat istirahat yang juga menyediakan the, kopi gratis. Teman-teman akhirnya lebih tertarik berbelanja di ruangan paling ujung yang menyediakan berbagai souvenir khas Thailand.
Kami meminta Ms Jenny untuk makan siang dengan menu halal. Ms. Jenny menyarankan ke KFC di Pratunam saja karena dia ada janji untuk bertemu dengan kliennya sesudah itu. Ms Jenny sebenarnya adalah agen properti yang diwaktu luangnya menjadi tur guide freelance. Kami berpisah setelah makan, Ms Jenny sempat memberikan kartu nama untuk dihubungi kalau-kalau kami sempat tersesat di Bangkok.
Pratunam Mall ini merupakan tempat berbelanja grosiran dan beli souvenir yang terletak persis di sebelah Baiyoke Sky Hotel. Tahun lalu, sy sempat booking hotel ini untuk nginap 2 malam dengan harga 750rb/malam. Tapi sy membatalkannya, karena waktu keberangkatannya persis pada saat demonstrasi mencapai titik kulminasinya. Tempat ini merupakan area baku tembak (life firing zone) antara militer Thailand dan para demonstrans yang menewaskan pimpinan pendemo. Atas pembatalan tersebut, sy dikenakan biaya pembatalan oleh Agoda seharga 1 malam menginap di hotel tersebut.
Kami berpencar di mall ini mencari dan membeli barang-barang sesuai keinginan kami masing-masing. Saya hanya membeli semampu uang Baht-ku dan semampu ranselku.
Puas belanja, kami kembali ke Charlie House dengan taxi. Rehat sejenak, kemudian kami keluar lagi untuk makan malam. Sebenarnya beberapa diantara dari kami pengen makan durian, tapi bingung nyarinya dimana dan menurut Ms. Jenny ini belum musim durian sehingga durian masih terbatas sekali. Jadi kami memutuskan untuk makan malam saja di food court mall MBK sekaligus melihat mall yang katanya menjadi tempat favorite turis asal Indonesia.
Di Food court, hanya 1 yang menyatakan menyediakan makanan halal dengan menu nasi kuning dan ayam kari. Lebih baik ini ketimbang kami harus membeli pizza atau makan di KFC malam ini. Baru kali ini kami menyediakan waktu untuk makan sesuai jam makan. Beberapa hari kemarin, makan selalu dikesampingkan karena lebih fokus untuk tujuan tempat wisatanya.
Bagi ku, lebih nyaman dan menyenangkan belanja di Pratunam tadi. Harga di Pratunam memang cuman di diskon sedikit antara 10-15% tapi harganya masuk akal. Saya mencoba menanyakan harga sandal jepit yang berhiaskan manik-manik, penjualnya menyebutkan angka 350Baht. Sy pun gak menawar lebih lanjut, sy mau tawar di harga berapa secara di Bali sendal itu hanya seharga 40Baht. Saya berpindah ke booth sebelahnya dan bertanya harga. Ngasih harga yang gak masuk akal. Dan penjual pertama ngomong ke penjual kedua, dalam Bahasa Thailand. Sy bisa menangkap maksudnya, dia bilang gini: ”itu orang (saya yang dimaksud) sok-sok an cuman bertanya how much-how much aja, tapi gak mau beli”. Huhhh. Rasanya mau marah, tapi sy gak mau buang-buang energi untuk itu, lagian mau bertengkar pake bahasa apa? Hehehe..
Kami lalu ke Hard Rock Cafe Bangkok, ke Rock Shopnya saja untuk membeli beberapa merchandise-nya. HRC ini dekat banget dengan MBK Mall, sisa menyeberang jalan dan berjalan kurang lebih 100m.
Day 4: HCMC-Bangkok
Sabtu, 19 Feb 2011
Kami tiba di airport of Suvarnabhumi jam 11.10 setelah terbang selama 1 jam 30 menit. Airport ini luas banget, sampai-sampai terdapat 2 arah pintu kedatangan dan imigrasi. Lewat email, sy janjian dengan penjemput kami di Gate 3. Agak lama kami mencari penjemput kami itu, kami sempat khawatir gak dijemput. Bukan karena takut hilang, takut karena sy udah bayar lunas untuk paket di Bangkok ini. Tidak susah kok untuk ke kota karena sejak tahun lalu MRT dari airport ke kota sudah beroperasi, dan masih banyak pilihan sarana transportasi lainnya.
Rupanya dia ada disudut booth tourist information gak terlalu kelihatan.
Di mobil, sy membaca Thaiways, the most comprehensive guide to Thailand, buku saku yang sy dapatkan gratis di booth di airport tadi. Surprise membaca, penginapan Charlie House Lumpini masuk dalam daftar penginapan yang direkomendasikan, begitu juga Alex Holiday Tour Travel. Charlie House dengan pe-de mempromosikan penginapannya dengan 2 slogan “ 5 star guesthouse near silom, park, shopping centres” dan “not a hotel nor a guesthouse but a home” .
Sampai di Charlie House, apa yang dipromosikan berbeda dari kenyataannya. Charlie House hanyalah sebuah penginapan yang sudah berumur dan kusam. Saya sih gak masalah dengan tampak depan dan lobby, namun sedikit kecewa dengan penampakan kamarnya. Karpetnya usang, tempat tidurnya keras, perabotannya tua dan sederhana. Padahal penampakan di websitenya bagus dan rapi, hehehe, mungkin foto jaman dulu sewaktu penginapannya masih baru. Namun kembali ke harga yang ditawarkan, sesuailah dan berAC. Di website harga kamarnya 450THB atau 135rb/malam.
Penginapan ini udah termasuk dalam paket tour yang kami booking. Total harga 2050THB termasuk akomodasi 2 malam, transfer bandara, city tour, makan pagi dan makan siang 2x.
Kami juga membooking tiket Siam Niramit , dengan perjanjian akan bayar jika tiba di Bangkok. Harga untuk tiket saja yang ditawarkan 990THB lebih murah dibanding beli di situs resminya. Ada pula penawaran tiket+dinner+transfer seharga 1500THB, namun menurut info dinnernya gak terlalu berharga dan lebih murah naik taxi.
Sambil menunggu konfirmasi tiket siam niramit difax, kami makan siang di Charlie House. Liat daftar menu, banyak sekali pilihan, hanya saja sebagian gak halal. Daripada lapar, kami memesan nasi putih + telur rebus saja.
Setelah makan siang, kami menuju Wat Arun, the Temple of Dawn, Pagoda tertinggi yang ada di Thailand yang terletak di sisi seberang dari Sungai Chao Prhaya. Wat Arun tidak termasuk tempat yang akan kami kunjungi dalam city tour besok. Untuk menuju kesana, kami berjalan kaki sekitar 200m ke stasiun MRT terdekat, Lumpini Station, naik MRT turun di Hua Lampong Station. Resepsionis di Charlie House menyarankan naik taxi dari sini ke tempat ferry ke Wat Arun, setelah tanya sana tanya sini, bisa juga naik bis no 53.
Bis ini menurunkan kami di Terminal Air No 8 (Pier Tha Tien), dari sini ke Wat Arun sisa menyeberang sungai saja. Wat Arun paling bagus dinikmati dikala senja pada saat matahari akan terbenam, suasananya cantik sekali. Kalo ingin berpose dengan baju adat Thailand bisa didapatkan disini dengan 200Baht saja.
Setiap akan memasuki kuil/candi/pagoda, kita diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang pantas dalam artian tidak bercelana/ber-rok pendek. Di beberapa tempat, kita juga akan diminta melepaskan sepatu jika masuk ke dalam kuil.
Sungai Chao Prhaya merupakan alternatif transportasi di Bangkok yang bebas macet. Sungai dengan panjang 372km ini merupakan sungai terpanjang dan melewati 20 propinsi di Thailand. Ada beberapa jalur yang ditetapkan untuk pilihan perahunya. Express boat, public boat dan tourist boat. Untuk menggunakan tourist boat, kita harus membeli one day river pass seharga 150B yang dapat digunakan seharian penuh dan bebas naik turun perahu di dermaga mana saja. Express boat, hanya berhenti di dermaga tertentu saja, jadi yang ingin cepat ke tujuan biasanya naik perahu ini. Sedangkan public boat, akan berhenti di setiap dermaga sepanjang S. Chao Praya. Harga sekali naik antara 9-30B tergantung jarak. Jika punya banyak waktu, nikmatilah S. Chao Prhaya dengan menggunakan public boat ini sekalian berbaur dengan warga Bangkok yang menggunakan sarana transportasi ini. Untuk membedakan public boat dan express boat, perhatikan bendera perahunya. Ada jalur orange, merah, hijau, kuning. Public boat jalur orange yang berhenti di setiap titik dermaga termasuk jika ingin ke Wat Pho dan Grand Palace.
Dari Wat Arun, kami akan langsung ke Thailand Cultural. Sebenarnya pilihan yang tepat adalah menyeberang kembali ke tempat kami naik, kemudian naik taxi menuju ke sana. Namun kami sepakat untuk mencarter perahu seharga 400B sampai di pier Sathorn tempat dimana BTS Station Saphan Taksin. Kami menikmati pemandangan sepanjang sungai, banyak hotel-hotel berbintang yang berada di pinggir sungai ini seperti Marriott, Peninsula Shangri-La, Royal Orchid Sheraton, Mandarin Oriental, Millennium Hilton dan lain sebagainya. Mall pinggir sungai juga ada, namanya River City Shopping Complex (Si prhaya Tier). Next time, I will go here.
Kami naik BTS dan turun di station Sala Daeng untuk berganti ke Metro (MRT) Silom Naik MRT menuju station Thailand Cultural, didepan station Exit 1 sudah menunggu bis khusus gratis bagi para turis yang ingin menonton pagelaran Siam Niramit.
Siam Niramit, Journey to The Enchanted Kingdom of Thailand ( http://www.siamniramit.com ) Pemerintah Thailand menyatakan Siam Niramit ini “a must see show” dan sebagai salah satu pertunjukan panggung spektakular terbesar di dunia dengan 150 penampil dan menggunakan 500 kostum. Kapasitas kursi pertunjukan sebanyak 2000 kursi dan menampilkan seni dan budaya masyarakat Thailand.
Sebelum show dimulai, 2 gajah yang ikut dalam pertunjukan dikeluarkan ke taman dan diberi kesempatan bagi orang-orang yang ingin naik gajah. Harga sekali naik gajah 100B.
Bener-bener spektakuler, saking luasnya panggung dan banyaknya penampil, mata sangat sibuk mengikuti alur cerita. Beberapa diantaranya menceritakan tentang kehidupan petani, proses barter hasil bumi antara pedagang dari Cina dengan pedagang Thailand, kehidupan surga dimana para bidadari beterbangan kesana kemari lalu turun dari kayangan, kehidupan neraka dan masih banyak lagi. Setting panggung cepat sekali berubah dan perubahannya terjadi tanpa terasa. Ada bagian dimana penampil muncul di tengah-tengah kursi penonton, memberikan bunga kepada penonton dan mengajak beberapa penonton untuk menyalakan rumah lilin kemudian di taruh di stage yang berfungsi sebagai aliran sungai. Bahkan ada bule yang diajak berinteraksi dengan para pemain lainnya untuk bermain angklung di panggung.
Pulangnya naik MRT, karena kami ingin menghabiskan waktu di Suan Lum Night Bazaar sekalian makan disana. Ternyata Suan Lum Night Bazaar udah tutup selama-lama, karena pemilik tanah yang dijadikan pasar itu akan membangun properti yang megah. Omg, kami laparr. Di seberang jalan ada A&W, namun juga apes, Awnya pas akan tutup. Sepanjang jalan itu sebenarnya banyak sekali kuliner, tapi gak pas bagi yang membutuhkan makanan halal. Sonny dan Phian memilih makan di jalan, sy dan yang lainnya memilih untuk membeli buah dan singgah di toko 7-11 yang dekat dengan Charlie House untuk membeli makanan siap saji. Pilihannya banyak, ada pizza yang tinggal minta dihangatkan, tuna kaleng, mie instan dan masih banyak lainnya.