Colmar Tropicale

20160905_100008

Sepi di dalam Colmar

Transit sehari di KL, kami manfaatkan ke Colmar dan Putrajaya sebelum diantar ke bandara kembali untuk melanjutkan penerbangan KL-Beijing. Beberapa referensi bilang Colmar itu keren buat foto-foto dan itu yang bikin kita akhirnya mutusin kesana. Saya lalu menyewa mobil van langganan kapasitas 8 orang plus driver, 550RM selama 8jam tujuan Colmar dan Putrajaya, dijemput di hotel dan diturunkan di bandara.

Drivernya bertanya, darimana tau Colmar Tropicale. Saya bilang banyak rujukan di internet. Colmar Tropicale gak asik lagi, katanya. Sudah banyak wahana yang tutup dan banyak orang kecewa setelah dari Colmar, lanjutnya lagi. Wah, wah, kami jadi seperti pasukan dengan gagah berani maju kemudian tiba-tiba diciutkan nyalinya. Saat singgah di SPBU, si driver menyarankan untuk membeli snack dan minuman di mini market disitu. Apa-apa mahal di Colmar, katanya.  Continue reading

Advertisement

Melihat Twin Tower dari Skybar Traders Hotel

Petronas Twin Tower gak ada matinya, selalu saja menarik untuk dipandangi terutama di malam hari. Dan menarik juga untuk mencari sudut pandang baru menikmati menara yang tahun 2004 disebut sebagai menara tertinggi di dunia sebelum Burj Khalifa di Dubai dan Taipei 101 mengalahkannya.

20160904_193801

awesome view from Skybar Traders Hotel

Continue reading

Review Menginap di Nu Hotel KL Sentral

Jadwal penerbangan kami berubah lagi. Gak tanggung-tanggung sampai 2x untuk tiket yang sama. Airasia gitu loh. Kayaknya tiap kali ngetrip dengan Airasia selalu saja kena perubahan. Tapi sampai 2x berubah, ini baru pertama kali terjadi. Saya beli tiket Makassar-KL untuk tanggal 04 September terbang jam 17.00, nginap semalam di KL kemudian terbang lagi ke Beijing tanggal 05 September jam 19.00 . Perubahan pertama, ada pemberitahuan bahwa jam terbang Makassar-KL mengalami perubahan jadi jam 11.30. Saya udah senang saja, kesempatan merubah tiket menjadi tanggal 05September biar langsung connect ke penerbangan Beijing tanpa perlu nginap di KL. Sudah dirubah, eh ada lagi pemberitahuan kedua bahwa jamnya kembali ke semula. Menyebalkan banget, itu berarti saya harus rubah tiket kembali seperti semula dan harus nginap di KL.

Kemudian ada pemberitahuan perubahan lagi tapi untuk tiket pulang KL-Makassar tanggal 11 September, jamnya berubah jadinya tidak connect dengan penerbangan Beijing-KL serta membuat kita harus nginap lagi di KL dan bikin kita gak bisa shalat Ied Adha karena proses check in di bandara. Tanggal 12 September itu pas hari Idul Adha. Tahun lalu kami juga gagal shalat Ied di Tokyo karena sesuatu dan lain hal. Saya lalu minta refund saja dan pulang lewat Jakarta, jadi beli tiket KL-Jakarta lalu Jakarta- Makassar. Gak papa deh rute agak njelimet, bayar tiket lebih mahal, tiba tengah malam trus lanjut masak ketupat sampai pagi dan yang penting bisa shalat ied di kompleks rumah.

Kali ini saya memilih hotel yang berada dekat KL Sentral. Biasanya suka menginap di daerah Bukit Bintang, namun sejak pembangunan MRT, kawasan tersebut jadi gak terlalu menarik. Dulu kita suka duduk sambil dengerin live music yang kebanyakan menyanyikan lagu populer Indonesia di sekitar hotel Capitol, tempat nongkrong dengan harga gak terlalu mahal. Trus seputaran Bukit Bintang yang ramai karena banyak mall dan ada wisata kuliner Jalan Alor. Selain itu suka nyoba-nyoba hotel sih biar makin banyak referensi. Kalo sekitar KL Sentral, ada Aloft KL Sentral yang berada di dalam KL Sentral, ada Myhotel dan yang paling baru ada Nu Hotel KL Sentral.

14248108_120300000090551909_57792811_o

bersama pak suami, 7-11 berada disebelah kedai gunting rambut. stasiun monorail, jalan ke nu mall/KL Sentral, kedai makan 24jam ada di samping hotel sebelah kanan.

Saya memilih Nu Hotel KL Sentral, reviewnya nyaris bagus semua. Mungkin karena hotel ini terbilang baru. Bisa jadi karena mudah ditemukan. Kalo nyari budget hotel, secara umum ekspektasinya pasti nyari yang bersih dan berlokasi strategis. Dari tempat pemberhentian bus dari airport di KL Sentral, naik eskalator/lift ke arah Nu Mall dan cari jalan menuju Monorail KL Sentral. Hotel ini berada dekat sekali dengan stasiun monorail dan berada persis di depan Hotel Sentral.

Continue reading

TRANSIT DI KL

Ada perubahan jadwal penerbangan Jeddah-KL yang mundur 45menit dari seharusnya, menyebabkan saya harus mereschedule connecting flightnya. Daripada mengambil risiko, aman kalo pesawatnya terbang tepat waktu tapi kalo pakai delay 30 menit saja sudah gak bisa kekejar pesawatnya. Gak mungkin juga terburu-buru secara pulang dari Jeddah pada membagasikan kopernya. Jadi harus nungguin koper dan sebagainya. Jadi saya reschedule  KL-Makassar untuk keesokan harinya. Harus nginap dulu di KL. Sempat galau juga mau menginap dimana. Paling enak sih di Tune Hotel KLIA2 tapi tarifnya lumayan mahal 750rb/malam. Jadi saya putuskan nginap mengambil 2 kamar di Tune Hotel Downtown KL, 290ribu/malam. Udah lama pengen mencoba menginap disini. Biasanya setiap kali harus nginap di KL, saya pindah-pindah hotel/hostel, biar dapat nuansa yang berbeda lagi. Next time, mau nyoba nginap di daerah KL Sentral lagi.

 

Continue reading

KLIA2 DAN TUNE HOTEL KLIA

20150514_052022

20150514_060925

ruang tunggu di sekitar Q19

Bulan ini KLIA2 genap 1 tahun beroperasi menggantikan bandara LCCT. Bandara ini luasnya 4x lipat dibanding LCCT. Saya baru 3x mampir di bandara ini. Pertama kali setahun yang lalu saat baru pindah dari LCCT, waktu mau ke Sydney. Waktu itu gak sempat explore bandara, karena buru-buru ngejar pesawat berikutnya. Sekarang bandaranya sudah semakin cantik dan tertata rapi. Dan ada waktu untuk sedikit explore.
Buat yang akan layover di KLIA2, beberapa info yang penting mengenai KLIA2:
Continue reading

SEMALAM DI PENANG

Kami terbangun ketika supir bus berteriak Nibong… Sungai Nibong, waktu menunjukkan baru pukul 4 subuh. Nengok kiri kanan, gak banyak yang turun disini. Saya pun ogah secara ini masih subuh banget dan saya belum punya banyak info tentang Penang.  Mau ngapain ntar di terminal bersama anak-anak yang belum on. Kami ikut turun bersama penumpang lainnya di terminal akhir yaitu Penang Sentral. Setelah dicek, sebenarnya harusnya turun di S. Nibong Terminal, stasiun itu sudah berada di daratan Pulau Penang. Tapi gak apa-apa,  malah jadi tau kalau Penang Sentral, Stasiun kereta api Butterworth dan Ferry ke Georgetown bersebelahan di dalam 1 kompleks. Continue reading

LEGOLAND

Berangkat dari Amrise Hotel, Geylang, kami jalan menuju MRT Aljunied, naik MRT sampai station Jurong east untuk berganti kereta ke line Merah menuju Station Woodlands.  Di station Woodlands cukup ramai, ada pasar mini yang menjual buah-buahan segar yang tidak kami lewatkan sekalian istirahat makan siang di McD. Sebenarnya bawa bekal nasi sih, hanya anak-anak tidak berselera makan sambil melirik McD. Dari station Woodlands menuju Johor Baru menggunakan SBS170. Di Woodlands Checkpoint tempat proses imigrasi keluar dari Singapore, saya sama Aya sempat bermasalah dengan imigrasi. Cuman masalah sepele, hanya karena kartu imigrasi yang saya selipkan di paspor tertukar antara saya dengan aya. Saya sampai dibentak-bentak sama petugas yang nangani saya, dan dengan kasarnya saya disuruh mundur kembali untuk ke petugas imigrasi. Petugas yang berikutnya lebih sopan, namun karena kartu imigrasi itu sudah terlanjur terscan dan tidak match, untuk menyelesaikan masalah saya sama Aya diminta ke ruangan khusus  di lantai atas dengan dikawal petugas bersenjata. Ihh, berasa kayak penjahat deh. Sampai di ruangan tersebut, petugasnya juga anteng-anteng aja menangani kami. Setelah kartunya dikoreksi, kami pun turun langsung keluar imigrasi. Menyebalkan, tapi apa daya diikuti aja aturan mainnya. Continue reading

TRAVELLING WITH KIDS : KL-SINGAPORE-JOHOR BAHRU-PENANG-KL #1

Banyak perubahan rencana yang terjadi seperti:

1. Tadinya hanya berempat, saya dan 3 anak-anak jadinya berlima. Papanya ikut karena saya belum ada kepastian berangkat. Ada audit dari kantor akuntan publik yang closingnya di jumat siang yang gak bisa ditinggal. Setidaknya ada papanya yang nemani mereka berangkat duluan.  Sebenarnya ada preclosing di pagi harinya dan hasil audit sudah disampaikan pada waktu itu, bosku ngijinin saya berangkat karena hasil auditnya tidak ada yang mengkhawatirkan. Namun gak kesampaian untuk ngejar pesawat jam 11.30 ke makassar. Hanya pesawat itu yang connect dengan penerbangan airasia Makassar ke KL. Saya lalu memilih terbang ke Jakarta lalu lanjut ke KL. Continue reading

DIPERDAYA SAMA CALO TAXI GENTING DI KL SENTRAL

Day 3 Pengennya nginap di Genting, namun hari ini termasuk dalam super peak season di Genting. Harga hotel First World Hotel jadi 2xlipat harga biasa. Jadinya kami memutuskan untuk menginap di KL saja dan one day trip ke Genting. Di depan hotel ada kedai di emperan jalan di pinggir pagar yang buka pagi sampai magrib. Kami 2 hari ini sarapan disitu. Nasi lemak porsi nasi kucing 1 RM, Teh tarik 1RM. Kami berjalan menuju ke Sungai Wang Plaza, masih ada waktu sekitar 2 jam untuk keliling Mall sebelum naik Monorail ke KL Sentral. Yang paling dicari disini sih gerai sepatu Vincci. Setelah itu kami bergegas ke stasiun monorail Bukit Bintang. Karena waktunya mepet, kami mempercepat langkah menuju tempat naik bis ke Genting di KL Sentral. Bisnya masih ada. Karena mau pipis, saya pun bertanya ke petugas yang banyak sekali disitu apakah masih cukup waktu untuk pergi pipis. Orang itu bilang boleh. Manalah tau ternyata orang itu bukan petugas melainkan supir taxi yang menunggu orang-orang yang ketinggalan bisnya. Kami berdua belas, tiga dari kami pergi buang air kecil. Begitu balik, bisnya udah pergi. Teman-teman yang tinggal di peron itu tidak berani meninggalkan kami. Bu Endang bilang, baru saja kami pergi mencari toilet, bisnya udah siap berangkat. Grrr, saya mencoba meminta pertanggungjawaban ke orang yang membolehkan sy pergi buang air kecil. Dengan muka gak bersalah, dia bilang bahwa dia bukan petugas. Saya lalu ke loket untuk meminta kebijakan agar bisa diikutkan ke bis berikutnya. Katanya harus beli tiket lagi yang jam 15.30. Ogah. Supir taxi banyak sekali yang menawarkan taxinya. Kata mereka dari pada beli tiket lagi mending naik taxi ke genting. Sy masih bergeming. Saya mencoba bertanya lagi sama petugas wanita, bisa gak kami diikutkan ke bis berikut. Katanya boleh, kalo ada seat yang kosong. Jadi sambil harap-harap cemas, kami berdoa semoga ada yang terlambat datang. Bis adanya setiap 15 menit sekali. Pada kesempatan pertama, ada 6 seat yang kosong. Saya mempersilahkan yang lain berangkat lebih dahulu. Alhamdulillah, di bis berikutnya ada seat yang cukup untuk kami semua. Ada tuh rombongan anak muda dari Indonesia yang juga ketinggalan bus mau aja ngikutin omongan si calo supir taxi. Sesampainya disana, kami mampir makan di kedai makanan yang ada di terminal. Setelah itu kami menuju tempat kereta gantung. Masya Allah, antriannya gilaa banget. Kami mengantri kurang lebih sekitar 1.30 jam baru bisa naik di kereta gantung itu. Betul-betul perjuangan. Udah pada ilfil habis ngantri. Tiba di Genting, sy dan Bau Yuyus menemani semua anak-anak bermain di Indoor Theme Park. Yang lain saya persilahkan untuk jalan-jalan menikmati Genting. Untung saja, saya gak jadi membeli tiket online waktu masih di Indonesia. Pertimbangannya cuaca sering kurang mendukung, tiba-tiba hujan, jadi untuk main di outdoor theme park gak maximal. Cuaca waktu kami disana fine-fine saja, malah khusus weekend outdoor theme park buka sampai jam 10malam. Gimana mau main maximal kalo yang lain udah pada capek duluan. Kami gak lama disana, setelah anak-anak menyatakan cukup bermainnya. Kami pun lalu ke terminal bis Genting, mau pulang tanpa menggunakan cable car. Diterminal pun, banyak supir taxi yang menawarkan untuk naik taxi. Katanya tiket bus yang ada tinggal yang jam 10 malam atau sekitar 4 jam dari waktu kami menunggu sekarang. Sy sih berminat naik taxi, namun harga yang ditawarkan gak masuk akal. Gak berapa lama, ada bapak yang nawarin mobil MPV kapasitas 8orang dengan harga 140RM, langsung aja sy iyakan meski kami berduabelas termasuk anak-anak. Daripada ngantri dan nunggu gak jelas, daripada harus nyambung-nyambung transportasi, meski harus berdesak-desakan di mobil. Saya masih lanjut menemani bu Endang ke Hard Rock Cafe, buat beli baju kaos. Ini malam terakhir kami di KL.

Keliling KL

Day 2 Half day City tournya lumayan dari jam 08.30 sampai jam 12.30. Kami diajak mulai dari area photoshop petronas, istana negara yang lama, monumen nasional, taman tasik perdana, istana negara yang baru, kelenteng lupa namanya, dataran merdeka, butik coklat, butik kopi, central market selama kurang lebih 4 jam. Kami minta diturunkan di KL Sentral, karena ingin melanjutkan perjalanan ke Batu Caves dengan LRT. Sekalian makan siang, mengisi energi yang habis terkuras gara-gara hop on hop off alias naik turun ELF dan dibatasi waktu banget. Ditambah dengan cuaca yang cukup terik. Kami memilih makan siang di Medan Selera, food court yang ada di KL Sentral. Ada satu booth yang menawarkan berbagai makanan, kita sisa memilih yang ingin kita makan. Beraneka macam masakan tempe, masakan tahu, aneka sayur, aneka makanan laut, aneka masakan ayam dll. Rasanya lumayan sih. Saya membiarkan mereka istirahat dulu disitu sambil menunggu saya membeli tiket bus ke genting untuk besok. Dapat tiket bus yang berangkat jam 12 siang besok. Kami melanjutkan perjalanan ke Batu caves. Ongkos kereta 1 RM/orang. Sengaja gak ngambil full day tour, kalo dihitung-hitung lebih ngirit jika hanya ambil half day tour plus naik kereta ke Batu Caves. Biar ada suasana lain, pengalaman naik LRT di KL. Kami cuman sebentar di sana, hanya foto-foto lalu balik lagi naik kereta ke KL Sentral. Ongkos keretanya 2x lipat dibanding waktu perginya. Dari KL Sentral lanjut naik kereta ke KLCC Mall sekalian melihat Petronas dari jarak dekat. Rupanya mereka udah kehabisan energi. Anak-anak sih meski capek tapi masih main-main. Mak-maknya yang pada teler. Hanya bu Endang yang masih semangat baja membeli sepatu di Vincci dan menyempatkan diri foto di depan Petronas. Mungkin karena pertama kalinya jalan kesana kemari, betis terlalu shock diajak jalan kayak gitu. Padahal sebelum berangkat, udah wanti-wanti untuk menyiapkan kaki cadangan. Hehehe. Waktu baru menunjukkan pukul 5 sore saat pulang ke hotel naik taxi, 20RM per 1 taxi. Bener-bener pada teler, gak ada yang pengen keluar malam. Saya masih keluar jalan, cari makan. Di sekitar hotel ada resto India yang buka 24 jam. Kami makan disitu, lumayan sih rasanya. Cuman saya eneg dengan bau kari yang terlalu menyengat. Jadi saya makan nasi ayam tanpa kuah plus martabak india. Saya juga sempat mencoba kedai burger yang berjualan di depan hotel kalo malam. Bisa milih dagingnya beraneka macam, ada sapi, ayam, kelinci, unta dan sebagainya. Agak aneh prosesnya, roti burger biasanya dioles mentega dan di panggang disini malah dikukus. Jadinya rotinya agak benyek.