THE WAY TO GET MY DRIVING LICENSE 2010-2015

Ulang tahunku seminggu lagi, itu artinya SIM A & C-ku akan habis masa berlakunya minggu depan. Sebagai warga negara yang baik, saya harus siap-siap melakukan perpanjangan SIM.  

Sayangnya sampai saat ini, untuk perpanjangan SIM harus dilakukan di daerah tempat dikeluarkannya SIM lama. Sementara, saya udah di Palu dan SIM lama saya dikeluarkan di Makassar. So, Untuk mendapatkan SIM di Palu, saya harus mengajukan permohonan SIM baru bukan SIM perpanjangan. Kebetulan beberapa teman di kantor, Pak Nugroho, Ida, n Wira juga ingin membuat SIM. Jadi hari Kamis, 14 Januari, kami beramai-ramai mendatangi kantor polisi. Sebelumnya teman kami berpesan, jangan celingak-celinguk, lebih baik langsung ke tempat foto SIM menyampaikan maksud & tujuan agar prosesnya cepat. Di area pengurusan SIM, sudah terpampang jelas biaya pengurusan SIM. Ada pula spanduk himbauan agar tidak melakukan pengurusan SIM melalui calo. Kami coba-coba bertanya tentang persyaratannya. Persyaratannya yaitu KTP setempat, Surat Keterangan Berbadan Sehat dari Dokter Umum/Polri, Ujian Teori dan Ujian Praktek. Kami bertanya lagi, bagaimana agar kami ”dipermudah”. Jawabannya, silakan melengkapi persyaratan dan melakukan pembayaran biaya SIM sesuai ketentuan. Akhirnya kami sepakat untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dengan pertimbangan: Yang pertama selisih biaya SIM cukup besar antara ngurus sendiri dan ’dibantu mengurus’; yang kedua, masa sih kita gak bisa lulus ujian teori n prakteknya secara ini sudah SIM yang ketiga, setidaknya sudah punya jam terbang yang tinggi; Yang ketiga, gpp ribet toh cuman sekali per lima tahun; Yang keempat, membantu mensukseskan pelayanan publik ini bebas dari KKN (ideal banget ya).

Kemudian kami ke Puskesmas Birobuli untuk mengambil Surat Keterangan Berbadan Sehat, ternyata dokter temannya Pak Nugroho sedang tidak berada di tempat, jadinya kami diminta mengurus seperti biasa di loket. Format isian SKBS lebih rumit, dan kami harus check lab sebagai salah satu persyaratan. Waduhh, gak jadi deh, rumit, butuh waktu, harus ambil darah, biaya adm pasti > Rp 10,000.

Mo ambil SKBS di dr. Benny, dokter yang bekerjasama dengan kantor kami, tapi bukanya nanti jam 14.00. Akhirnya kami memutuskan ke Puskesmas Mabelopura (berdasarkan rekomendasi Wira, karena dia biasanya ngambil SKBS disini, biaya adm Cuma Rp 10rb). Ternyata prosedurnya sama saja dengan di Puskesmas yang tadi (aturan baru katanya), Cuma disini lebih ramah dan tidak terlalu ramai. Tensi, Cek HB (kita berhasil merayu u tidak di ambil darah jadi hasilnya hanya asumsi), tes buta warna, bayarnya Rp 15,000. Tapi selesainya cukup lama, kami kurang lebih 2 jam disini. Waktu sudah jam 12.00, gak memungkinkan untuk kembali ngurus SIM, kami balik di kantor dan janjian buat ngurus SIM lusa.

 

Hari Sabtu, 16 Januari 2010, kami ketemuan di kantor polisi jam 11.00. Bayar 75,000 untuk SIM baru x 2 (A & C), selanjutnya berkas di verifikasi. Disini Ida ditawarin untuk ”dibantu”, tambahan Rp 150rb/SIM. Tapi kami masih berfikir untuk lanjut ngurus sendiri aja. Selanjutnya ujian teori, tesnya berbeda-beda setiap orang. Ada 1 buku tebal, isinya beberapa seri soal. Kami diminta untuk menulis kode SIM yang dimohon, dan seri soal, lalu menjawabnya.

Setelah jawaban diperiksa, yang bisa lanjut ke ujian praktek cuman saya, yang lain belum memenuhi nilai minimum u lulus, Pak Nugroho lulus ujian SIM A, tapi ujian SIM Cnya gak lulus.

 

Rasanya semangat banget. Pikirku, sisa 1 langkah lagi untuk dapat SIM. Ternyata oh ternyata ujian prakteknya susah sekali.  Pertama ujian SIM C, patok-patok kayu dipasang, harus lewat diantara kedua patok, jaraknya 60 cm, berjalan zig zag, memutar mengikuti angka 8, kesempatan hanya 3x, kalo kaki menyentuh tanah, harus ulang dari awal. Waduh, di kesempatan ke tiga hampir berhasil, tapi sayang..kakiku turun. GAGAL

Kedua ujian SIM A, 3 tahapan, maju, belok kanan, mundur lurus (harus mengandalkan spion), parkir. Kesempatan pertama, tahap 1 n 2 mulus, tahap 3 pada saat parkir dispace yg sempit, gagal sampai 3x. GAGAL

 

 

Huhuhuhuh, sedih banget…. apalagi ternyata ketiga temen saya, begitu gak lulus ujian teori, langsung minta ”dibantu” sama ibu polwan yang ngetes teori kita tanpa bilang-bilang ke saya. Jadi begitu saya selesai tes itu, mereka malah udah jadi SIM-nya. Bayar tambahan 125rb/SIM.

 

Masih ada kesempatan untuk ujian praktek 2 x per 14 hari, jika masih gagal, uang pembayaran SIM akan dikembalikan utuh. Dijelasin seperti itu, saya langsung minta ”dibantu” aja, saya diminta bayar tambahan 150rb/SIM. Yang bener aja, masak sy yang ikut ujian praktek kenanya lebih mahal? Huh. Akhirnya biayanya disamakan ama teman2 saya.

 

Jangan bilang karena sy kurang sip bawa motor/ mobilnya, tapi space/ruang yang diberi patok-patok itu, rasa-rasanya untuk orang yg very-very expert, artinya tingkat kesulitannya tinggi sekali. Lebar untuk motor  lewat antar 2 patok aja sekitar 60cm, mobil APV sisa space kiri kanan sekitar 80cm, pas-pasan banget untuk belok kanan tanpa nyenggol balok.

Jangan coba-coba, yang baru saja bisa bawa mobil/motor untuk ikut tes.

 

Kalo tesnya seperti ini, saya yakin hanya 1 dari 100 orang yang berhasil. Harusnya ada uji/telaah terhadap tingkat kegagalan ujian praktek. Kalo lebih banyak yang gagal, pasti ada yang salah dengan model tesnya.

 

Ya sudahlah, Yang terpenting, saya dapat SIM-nya yang akan berlaku sampai tahun 2015. 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s