Tepat sehari sebelum festival danau lindu diadakan, sy n teman-teman ke danau lindu. Sayang sekali FDL yang kedua kalinya ini diadakan di hari kerja. Jadi gak bisa mengikuti pembukaan FDL tersebut (13-15 Desember 2010) Padahal salah satunya ada acara ceremony penyerahan gifu (Denda) berupa 1 kerbau dll. Denda itu ada, pada saat acara FDL yang pertama, bupati yang menjabat terdahulu , pada saat makan bersama lebih dahulu selesai dibanding para sesepuh adat (duluan cuci tangan).
Danau Lindu merupakan danau yang terletak di kecamatan Kulawi, kabupaten Donggala, provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu.

nyampe di kampung seberang, danau lagi pasang. Happy meski kuatir kena cacing2 ganas yang ada di danau lindu,
Wilayah yang sering disebut Dataran Lindu ini dikelilingi oleh punggung pegunungan sehingga sulit untuk dijangkau oleh kendaraan bermotor, memiliki empat desa yaitu desa Puroo, Desa Langko, desa Tomado dan desa Anca. Ke-empat desa ini terletak di tepi danau Lindu yang cukup terkenal keindahannya. Di wilayah yang berpenduduk dengan luas wilayah ini juga terkenal dengan laboratorium untuk pemeriksaan penyakit yang disebabkan oleh sejenis cacing schistosomiasis yang hanya bisa hidup melalui perantaraan sejenis keong endemik yang juga hanya hidup di beberapa tempat di dunia.
Danau Lindu dimasukkan ke dalam kelas danau tektonik yang terbentuk selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian pegunungan. Merupakan danau terbesar kedelapan di Sulawesi dari segi wilayah maksimal permukaannya. Danau ini biasa dikatakan melingkupi sekitar 3.488 ha. Pada ketinggian sekitar 1.000 m danau ini merupakan badan air terbesar ke-dua dari pulau ini (yang lebih kecil, Danau Dano hanya 50 m lebih tinggi).
Daya tarik Hutan Wisata Danau Lindu adalah keindahan panorama pegunungan dan pemandangan danau, khususnya bagi wisatawan pejalan kaki dan pendaki gunung. Danau Lindu terkenal dengan melimpahnya ikan dan merupakan habitat bagi berbagai macam tumbuhan dan hewan yang kini mulai berkurang keanekaragamannya karena menurunnya populasi spesies serta hilangnya beberapa spesies seperti burung tokoku dan tanaman rano. Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Lindu
Bagaimana kesana?
Dari Palu ke desa Sadaunta, Kec. Kulawi Kab. Sigi (Kabupaten baru pemekaran dari Kab Donggala), waktu tempuhnya 1 jam 30 menit. Jalanan mulus. Di perjalanan tampak terlihat penangkaran burung Maleo.
Desa Sadaunta ini, starting point menuju danau lindu. Begitu sampai di desa ini, kita akan disambut sekumpulan ojek yang akan membawa kita melalui hutan menuju danau lindu. Mobil kami parkir di desa ini. Hanya kendaraan roda dua yang dapat menembus Danau Lindu. Jadi barang-barang kebutuhan masyarakat sana yang besar-besar seperti tempat tidur, lemari bahkan molen beton diangkut motor. Harga ojek 50rb sekali jalan atau 100rb pp. Ojeknya sisa diberitahu jam berapa mau balik. Kondisi saat ini sih, saya tidak menyarankan untuk bawa motor sendiri ke dalam . Jalan cukup licin, berliku, agak bahaya karena sebelah sisinya adalah jurang. Jalur masuk hanya cukup untuk 2 motor, itupun harus berhenti untuk mempersilahkan motor yang berlawanan arah lewat duluan. Separuh perjalanan kedalam, jalan berlumpur. Jadi mending naik ojek, mereka menguasai medannya, meski si tukang ojek harus selalu diingatkan untuk gak terlalu laju. Lama perjalanan ke dalam 1 jam, atau yang suka trekking bisa mencoba jalan selama kurleb 3-4jam. Tampak beberapa perbaikan jalan setapak namun mungkin karena kerterbatasan anggaran, baru sebagian yang dibuatkan jalan betonnya. Informasi yang saya dapatkan, jalur jalan tetap akan hanya dibuat untuk roda dua tidak untuk kendaraan roda empat untuk menjaga kemurnian dan kelestarian Taman Nasional Lore Lindu.
Perjalanan dengan ojek bener-bener memicu adrenalin. Sy stress dan tegang banget, motor bebek dipakai balapan di jalan yang gak mulus dan berlumpur. Kalo kesini lagi, lebih baik jalan kaki deh, gak sanggup sy mengulanginya lagi.
Danau lindu persis terletak di desa tomado kec lindu KAb. Sigi.
Dimana bisa menginap, kalo ingin menginap.
Kami tidak menginap, hanya berangkat pagi-pagi sekali, dan minta dijemput ojek jam 3 sore. Bagi yang mau menginap, tahun ini sudah dibangun 15 model cottage persis di depan danau lindu milik pemda sigi. Awalnya untuk keperluan festival, karena akan menjadi agenda tahunan dan rencananya akan disewakan. Katanya sih ada juga losmen. Tapi sy gak sempat liat. Nah kalo mau menginap di rumah penduduk, terutama bagi yang muslim bisa nginap dirumah ibu fadila dengan hitungan 100rb perkepala permalam termasuk makan. Rumahnya di daerah dekat mesjid tomado (satu-satunya mesjid) dipinggir Danau Lindu. Bu Fadila saya ketemu, karena buka warung dadakan di area festivel tempat kami ngopi n makan siang.
Apa yang dilihat disana?
Karena waktunya gak banyak, kami hanya seputaran area festival. Sempat kami menyewa perahu berkeliling danau dan ke kampong seberang danau, desa kanau, hanya explore kampong kemudian balik lagi karena sudah janjian sama pemegang kunci kuburan untuk melihat kuburan di pulau bola. Kuburan itu terletak di dalam bangunan terkunci dan sangat dihormati, sehingga u masuk ke dalam bangunan harus seijin ketua ada. Konon Kabarnya kuburan itu sepanjang 7 m. Sayangnya, kami gak jadi ke pulau itu, sudah dapat ijin tapi ternyata untuk nyewa perahu dan untuk pemegang kunci minta harga yang rasanya kurang pas, kesannya memanfaatkan kami. Gpp deh, toh sy juga gak terlalu pengen pergi mengunjungi kuburan. Takut kenapa-kenapa. Alasan itu juga yang disampaikan oleh yang mau bawa kesana kenapa mahal ongkos kesananya, katanya berat risikonya banyak yang kesurupan dan ada sarang lebah dipintu masuk. Jiahh.
Di Danau ini juga hidup cacing endemik jenis Schistosoma japonicum; keong Oncomelania hupensis linduensis yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Bentuk keong tersebut sebesar bulir beras. Keong pembawa penyakit itu menular kepada manusia melalui kulit. Selain menular pada manusia, juga dapat menular pada mamalia seperti sapi dan kerbau.
Makanya kemarin agak was-was menginjak lumpur, langsung buru-buru di bersihkan begitu kena percikan. Tetapi penjelasan tambahannya adalah cacing/keong ini hidup di beberapa daerah tertentu di danau lindu, area tersebut sudah ditandain dan terlarang untuk melakukan aktivitasi di sekitar area tersebut. Kalau di daerah seputaran festival katanya aman-aman saja. Sehingga ke desa seberang, kami ok-ok saja turun dari perahu dan melewati jalan berair selutut.