Sama sekali tidak menduga, untuk penerbangan jakarta amsterdam, saya harus melakukan booking sampai 3x. Emirates lah yang pertama kali saya booking tiketnya seharga 830usd. Emirates menawarkan banyak fasilitas seperti ada colokan listrik dan akses internet. Namun Amel, travelmate sy, meminta sy untuk beralih ke KLM.Dia gak mau pisah penerbangan. Dia memang gak dapat tiket promo emirates karena kartu kreditnya bermasalah. Sy mengalah dengan catatan konsekuensi biayanya harus siap ditanggung melia, fee refund dan selisih harga tiket. Manalah tau kami ternyata tetap pergi berbeda pesawat. Seandainya sy tetap terbang dengan emirates mungkin kejadiannya gak gini, sy gak harus meninggalkan kantor setengah hari dan naik lion malam dan terbang dengan emirates jam 00.40.
Sy juga gak kesampaian naik KLM, karena terlambat tiba di SHIA. Sy tiba jam 18.30 di terminal 1, meski sy kejar dengan ojek pun ke terminal 2, counter check in pasti sudah tutup apalagi ini penerbangan internasional. Amel juga menginformasikan paling lambat jam 18.00 harus sdh check in. Pesawat terbang jam 18.50. Jadi sy ke terminal 2 menggunakan shuttle bus, udah pasrah. Sy ke counter KLM dengan harapan mereka mau mencarikan solusi yang terbaik, meski sy tau tiket yang sy beli itu, no refund, no rebook, no reroute. Barangkali saja ada miracle, http://www.berharap.com. Dan mereka tidak bisa melakukan apa-apa, mereka hanya bisa menyarankan untuk membeli tiket baru. Huhuhu, sakit hati banget. Namun saya tetap harus berusaha untuk berangkat bagaimanapun caranya. Saya gak mau impian saya melihat eropa hancur berantakan. saya hanya selangkah lagi kesana, visa udah dapat, booking akomodasi dan transportasi sudah ok, dan saya udah menabung setahun buat bisa kesana.
Malam itu, masih ada penerbangan Garuda indonesia dan emirates yang akan ke amsterdam. Saya mencoba ke counter garuda, masih tersisa 1 tiket lagi dan yang harus segera saya ambil dan pesawat akan berangkat jam 20.30. Harga tiket one way 780 usd. Huhuhu, mahalnya hampir setara dengan tiket KLM return. Uang cash gak cukup, isi atm gak cukup untuk ditarik, kartu kredit juga gak cukup buat digesek, suami mau transfer tapi butuh waktu untuk ke atm. Jadi sy nekad bayar dengan uang perjalanan kami. Bayar tunai pake Euro.
Dapat tiket langsung check in. Sebelnya mereka gak nanyain kartu gff dan sy juga lupa mention. Huhuhu. Proses masuk ke international gate juga gak beribet. Ternyata sudah gak harus ngisi kartu imigrasi. Cukup menunjukkan paspor di petugas imigrasi. Gak ada tuh proses pemeriksaan barang barang liquid gak seperti kalo berangkat dari makassar.
Penerbangan ini transit di dubai sejam. Interior pesawat »A330 gak terlalu menarik, jauh dari harapan. Pramugarinya juga gak semuanya manis manis dan gak semuanya muda. Malah ada yang bajunya nyaris gak muat, jahitan kupnya mulai terbuka. Dari sisi keramahan, mereka lumayan. Cara menyajikan juga bagus. Berbeda dengan kesan amel terhadap pramugari KLM, mereka menyajikan agak sembrono, agak ribut, bunyi dentingan sendok, bak buk bak buk suara baki.
Saya lapar banget, belum makan siang dan makan malam. Makan malamnya disajikan jam 00.30 tengah malam. Meski sebelum itu sudah ditawari macam macam snack, tapi tetap perut meminta nasi.
Pesawat mendarat di schippol jam 08.30 pagi. Pemeriksaan imigrasi dan barang juga gak beribet. Sempat bingung, apakah sy declare bahan makanan yang sy bawa atau tidak. Jumlahnya sih gak banyak. Dendeng1 pack, indomie 5 bungkus, abon 2 bungkus, sarden 1kaleng, tuna 1kaleng. Karena sy liat hampir gak ada yang declare, ya saya juga melewati area no declare goods. Alhamdulillah aman aman saja.
Ternyata gak mudah bertemu dengan amel di schippol, berkali kali sy kirim sms gak ada balasan mulai sejak di jakarta, dubai maupun pada saat tiba di schippol. Bandara schippol meski luas tapi sebenarnya gak terlalu susah untuk janjian ketemu. Pintu kedatangan cuman ada empat, airport information cuman ada dua, banyak tempat penanda untuk bertemu. Komunikasi yg gak nyambung aja yang bikin kami tidak bertemu. Sy lalu ke information desk minta diumumkan, tapi gak ada hasil. Sy sampai mengelilingi dari pintu 1 sampai pintu 4. Sy mulai kuatir, melia gak punya pegangan apa apa, duit euro semuanya dan itinerary, tiket pesawat, kereta, voucher hostel semuanya sy yang bawa. Sy mencoba komunikasi sm k idrus, kali aja melia komunikasi dengan suamiku. Alhamdulillah ada kabar dan no telp melia yang bisa dihubungi. Dan kami pun akhirnya bertemu. Rupanya melia narik uang via atm dan membeli no lokal, no halonya bermasalah gak menerima sms yang sy kirim. Semua kegelisahan kami selesai sudah dan sisa menikmati perjalanan kami.