KAMIS, 17 FEBRUARI 2011
Sebelum ke bandara, kami mau menyempatkan diri berfoto di Petronas dan KL Tower. Jadi pagi-pagi kami sudah bangun, beres-beres, sarapan lalu berangkat. Udah janjian dengan Suhuri untuk jalan bersama. Tadinya mau naik taxi, ternyata pagi-pagi taxi pada sibuk semua. Yang biasa mangkal di halte depan hostel pun tak ada. Setelah beberapa lama, akhirnya kami memutuskan untuk naik monorail saja. Sempat ada kejadian, kartu ATM Mandiri-nya Mia tertelan pada saat mau narik uang di ATM Maybank, jadi Mia memutuskan gak ikut dengan kami karena mau menunggu sampai Bank Maybank buka dan mengurus ATMnya.
Naik monorail ke Bukit Nanas, nyambung Kelana Jaya Line (MRT) di station Dangi Wangi, trus turun di KLCC. Twin Tower udah di depan mata. Kami hanya sebentar cuma berfoto-foto, karena masih mau ke KL Tower dan view Petronas yang lainnya. Kami naik taxi aja, tujuannya balik ke hostel tapi minta singgah di dua tempat tadi.
Kami masih sempat masuk Sungai Wang Plaza, niatnya mau liat-liat Vincci, tapi belum buka. Waktu memang belum jam 10. Iseng-iseng liat BB 9300/kepler harganya murah banget hanya 599RM, pas ditanya apa bisa dipake di Indonesia, penjualnya bilang hanya bisa dipakai di Malaysia. Paketan dengan kartu telepon operator sana, seperti bb bundling telkomsel, xl dan sebagainya.
Jam 11.30 kami check out, taxi yang kami order untuk ke bandara sudah menunggu dari tadi. Supir taxi yang kami order ini kenalannya Narni, sekampung ama Narni di Enrekang, tapi sekarang sudah menjadi WN Malaysia.
Phian, suaminya Hesni juga sudah ada di LCCT menunggu. Dia berangkat pagi tadi dari Jakarta.
Di ruang tunggu bandara, sambil menunggu boarding, pada menukar US Dollar ke Vietnam Dong. Kurs disana 1US=16,000VND. Saya gak tertarik menukarnya, feelingku mengatakan nanti saja kalo sudah sampai disana.
Tiba di bandara Tan Son Nhat, Ho chiminh City, kami celingak celinguk mencari penjemput kami. Gak sulit dicari karena penjemput kami itu udah menulis namaku di kertas ukuran A4.
Perjalanan dari airport ke kota kurang lebih 45 menit. Kesan pertama, kota ini semrawut, lalu lintasnya kacau, penuh dengan sepeda motor. Apalagi kalo melihat jaringan listrik yang bener-bener seperti benang kusut. Kami cuma mengurut dada, menahan nafas melihat tingkah supir kami yang ugal-ugalan. Sony aja yang duduk depan sampai stress. Ditambah kami yang agak kagok berada di mobil bersetir kiri. Sering, secara refleks, sy atau teman sy yang mau duduk didepan ke pintu sebelah kiri.
Mobil yang membawa kami berhenti di depan gang. Oalah ternyata Hotel Phan Lan yang kami booking terletak di gang sempit, kendaraan roda empat gak bisa masuk. Jarak dari jalan besar gak terlalu jauh sih sekitar 50 m. Di dalam gang itu memang semuanya hotel-hotel kecil yang berjumlah kurang lebih 25 hotel. Sebenarnya gak tepat juga kalau di bilang hotel, yang tepat adalah wisma/guesthouse. Namun mereka pe-de dengan sebutan hotel. Hotel Phan lan menjadi pilihan saya, karena hotel ini cukup banyak direkomendasikan di milis, websitenya menawan, harganya reasonable, komunikasi dengan hotel ini mudah dan menyediakan antar jemput bandara dengan harga reasonable. Sebelum memutuskan hotel mana yang dibooking, sy banyak membandingkan hotel dari sisi harga, lokasi dan review orang-orang yang pernah tinggal di hotel tersebut. Dan harga hotel di HCMC agak mahal, di http://www.agoda.com harga hotel standar *2 min 400rb/malam. Sy booking 4 kamar di hotel Phan Lan, 2 kamar triple, 1 kamar double n 1-nya lagi kamar single dan request kamarnya di lantai 1,2,3 aja. Kamarnya sih ok. Harga 31USD/orang untuk 2 malam termasuk transfer airport pp. You get what you pay alias ada harga, ada mutu.
Harga tukar USD ke VND di hotel lebih bagus dibanding di airport LCCT, disini 1 USD=21,000VND.
Setelah istirahat sejenak, dan diskusi untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan besok, kami lalu keluar jalan kaki buat cari makan dan ke pasar benh thanh. Tapi kami salah arah, jadi mutar-mutar gak keruan. Kami taunya jalan tempat kami diturunkan tadi dari bandara, eh gak taunya ada juga jalan sebelahnya. Jadi dari hotel itu bukan ke arah sebelah kanan harusnya ke arah sebelah kiri. Makanya kaki udah pegel banget dan bertanya 1000x dengan bahasa tarzan, gak juga nyampe-nyampe.
Baru tau kalo tadi mutar-mutar, setelah naik taxi pulang dari benh thanh dan diturunkan di tempat berbeda dengan tempat awal kami keluar. Huhhh. Kami diturunkan di jalan Pham Ngu Lao, jalan besar di depan taman. Alamat Hotel Phan Lan adalah Pham Ngu Lao Street 283/6 (baca lorong 283 no 6). Seandainya dari airport turun disini, mungkin kami gak kebingungan arah.
Akhirnya sampai juga di pasar malam benh thanh. Di depan pasar ada penjual ketan warna-warni, kuning, orange, hijau. Kami yang mencoba yang warna kuning tertarik sama bau duriannya, harganya USD 1. Rasanya biasa saja. Pengen wisata kuliner, tidak memungkinkan. Gak halal soalnya. Makanannya khas sana adalah pho dan yang terkenal adalah pho 2000 tempat bill clinton makan pho, pho itu sejenis mie kuah. Dapat informasi dari yang pedagang jualan jilbab di pasar itu bahwa tidak ada halal food di sekitaran sini. Kami memutuskan setelah belanja, kami makan di restoran Vietnam Halal yang kami lewati tadi.
Rame juga restoran itu, kelihatan orang Malaysia yang punya, karena menunya menu Malaysia. Harga juga lumayan. Untuk seporsi Nasi Goreng Udang dan teh tarik, harganya 95,000VND. Narni memesan nasi putih untuk dibawa pulang ke hotel. Narni ternyata udah menyiapkan lauk yang dibawa dari Indonesia seperti tempe, sambal terasi, pop mie. Ulil bawa abon. Hehehe, solusi tepat saat kelaparan dan bingung mau makan apa.
to be continued…..