AHEAD TO MELBOURNE #26 MAY 2014

3 minggu sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari Air Asia X bahwa penerbangan kami tanggal 27 jam 09.45 dibatalkan untuk rute Kuala Lumpur-Sydney dan diminta untuk memilih salah satu opsi: pindah hari atau refund. Pucuk dicinta ulam tiba, kami tentu saja memilih untuk pindah jam terbang ke tanggal 26Mei jam 23.40 biar tiba lebih cepat di Sydney, selain itu kami tidak perlu menginap di Kuala Lumpur sehingga bisa hemat biaya. Saya juga meminta ke AAX agar teman2 saya yang berangkat dari Jakarta ke Kualalumpur bisa dipindahkan ke penerbangan yang lebih awal sehingga jeda antara flight cukup aman. Sementara kami berlima yang berangkat dari Makassar ke Kualalumpur mencoba mengambil risiko karena sebenarnya jeda antara flight agak mepet yaitu hanya sekitar 3 jam namun mau pindah ke penerbangan lebih awal sehari sebelumnya, saya ogah menghabiskan waktu di KL. Bosan. 3 jam sebenarnya cukup jika saja bandara Airasia masih di LCCT, bandara lama. Bisa dibilang saya sudah hafal lay out LCCT sehingga gak bingung cari arah dan sudah bisa memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk sampai di boarding gate flight berikutnya. Sejak tanggal 09 Mei, Airasia pindah ke KLIA2, bandara baru pengganti LCCT. Bandara ini menurut info masih serba semrawut. Proses tiba di bandara sudah menggunakan sistem aerobridge  sehingga penumpang hanya keluar melalui pintu depan pesawat, jarak antara pesawat sampai imigrasi lumayan jauh, antrian imigrasi yang panjang, kurangnya petunjuk arah, sistem pengambilan bagasi yang lama, antrian xray, antrian check in counter, sampai jalan kembali menuju boarding gate. Belum lagi kalo pesawatnya delay.

Untuk meminimalisir waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke boarding gate berikutnya kami mengantisipasi dengan cara:

  1. kami membeli hot seat pada penerbangan Makassar-Kuala lumpur. Hot seat Airasia adalah seat 2-5 seharga Rp 95,000/kursi. Masing-masing dari kami memilih kursi di pinggir jalan (aisle). Hot seat itu jarang yang beli, jadi biasanya satu deretan kursi bisa dikuasai sendirian. Hal ini untuk meminimalisir waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari pesawat.
  2. Tidak punya bagasi sehingga waktu tunggu pengambilan bagasi bisa diskip.
  3. Siap-siap ambil langkah kaki seribu…hehe

Alhamdulillah, pesawat kami dari Makassar berangkat tepat waktu sehingga mengurangi kekuatiran kami. Seperti perkiraan saya, gak ada yang mengambil hot seat, sehingga kami bisa baring meluruskan badan.

Bandara KLIA2 meski masih minim petunjuk arah namun gak terlalu sulit, antrian imigrasi cepat saja, proses check in gak banyak antrian, yang masih harus ngantri panjang adalah pada saat xray barang baik pada saat keluar maupun pada saat akan masuk menuju penerbangan berikutnya.

Pada saat check in pesawat kualalumpur-sydney, salah satu teman kami sempat bermasalah dengan visa. Visanya tidak tercatat dalam sistem, yang menyebabkan proses check in berlangsung lama karena petugasnya harus koordinasi dulu dengan pihak imigrasi. Namun terselesaikan dengan baik.

Kami berjalan santai, masih cukup waktu untuk menuju boarding gate meski agak jauh. Hanya ada 1 tempat ambil air minum di arah menuju gate P yang tentu saja tidak kami lewatkan.

Pesawat berangkat tepat pada waktunya jam 23.40. Lama perjalanan sekitar 7 jam plus perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dari waktu Indonesia bagian tengah.

Australia terkenal ketat dalam hal pemeriksaan imigrasi dan barang bawaan. Di pesawat, peringatan akan hal ini sampai 3 kali diumumkan, bahkan meminta makanan yang tersisa yang diperoleh di pesawat untuk tidak dibawa keluar dari pesawat. Form imigrasi yang dibagikan di pesawat harus diisi dengan sebenar-benarnya. Jika tidak yakin apakah barang bawaan termasuk yang dilarang atau tidak, centang kolom yes untuk di declare, nanti mereka yang memutuskan apakah bisa dibawa masuk atau tidak. Jangan coba-coba tidak mendeclare meski barang yang dibawa hal yang remeh temeh.

Yang gak boleh dibawa antara lain makanan, bahan makanan dan produk turunan dari ayam dan sapi contohnya rendang, abon, sosis kaleng, kornet, susu, mayones, telur, keju; rempah-rempah dalam bentuk biji-bijian; kacang-kacangan; selengkapnya bisa diliat di sini.

Yang boleh dibawa tapi tetap harus dideclare antara lain produk dari ikan seperti abon ikan, segala macam biskuit, kopi/teh sachet, obat-obatan pribadi, mie instan dan sebagainya.

Biasanya kalo keluar negeri, saya bawa persiapan macam-macam. Kali ini insyaf, daripada dibawa tapi nantinya disita. Saya cuma minta teman-teman bawa mie instan masing-masing 3 biji buat penggugah selera dan biskuit secukupnya.  Ternyata teman saya yang dari Manado  ada yang bawa rica roa (sambal ikan roa) & sambal teri pake mente,  teman yang dari Papua bawa abon ikan tuna 3 bungkus besar.

Bayangan saya, pemeriksaan akan berlangsung ketat dan detail, ternyata gak juga tuh.3 teman saya langsung lewat, mereka hanya ditanyai bawa apa tanpa diperiksa. Teman saya itu bilang hanya bawa noodles n vitamin. Yang lain termasuk saya diminta untuk memperlihatkan tapi hanya sekilas. Alhamdulillah, semuanya lolos termasuk rica roa tadi yang nantinya akan menjadi makanan paling favorit disana. Hmm…yummy…

Lolos dari imigrasi, kami menuju terminal 2  (terminal domestik) dengan naik shuttle bus. Kami mau melanjutkan perjalanan dengan terbang ke Melbourne. Naik bus ini harus bayar 5Aud per orang, kirain gratis. Memang lumayan jauh sih, kira-kira sekitar 10 menit naik bus.

Perjalanan dari Sydney ke Melbourne kami memilih naik pesawat saja. Opsi lain seperti kereta ataupun bus tidak kami ambil. Selain makan waktu, harganya beda tipis sama harga tiket pesawat. Harga tiket Tiger Air Sydney-Melbourne 1,2juta pp tanpa bagasi. Lebih praktis dan lebih murah booking di Traveloka.com ataupun Nusatrip.com. Malah di traveloka dapat diskon harga tiket dengan kartu kredit tertentu.

2014-05-27 08.43.45

me & my suitcase. area ini sebenarnya area terlarang untuk berfoto karena dekat banget dengan area imigrasi. Petugas imigrasi datang melarang dan nungguin saya menghapus foto, tapi foto ini luput dari hapusan hehe.

Penggunaan jenis koper/travelling bag juga kami diskusikan sebelum berangkat melalui whatsapp or facebook agar koper yang dibawa adalah ukuran kabin yang beratnya sekitar 7-8kg sehingga kami menghemat biaya tidak perlu membeli bagasi. Rata-rata dari kami membawa koper ukuran 20 inch. Di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, koper masih di timbang, gak boleh lebih dari 7-8kg. Yang berangkat dari Jakarta, gak ada pemeriksaan soal berat bagasi. Di KLIA2, gak ada pemeriksaan soal berat bagasi kabin. Dulu juga di LCCT, yang ditimbang adalah yang bawa ransel kalo koper lolos-lolos saja. Di bandara Sydney, pada saat check in Tiger Air menuju Melbourne, yang diminta ditimbang adalah koper/ransel max 10 kg. Aturan mengenai bagasi cabin tiger air adalah total berat 1 tas pakaian (koper/ransel) + 1 hand carry adalah max 10 kg dengan dimensi kurang lebih sama dengan bagasi cabin Airasia atau setara dimensi koper 20 inch. Pas balik, Melbourne-Sydney, bagasi cabin gak ada pake acara timbang-menimbang, check in melalui kiosk check in langsung masuk ke ruang tunggu.

Kami masih punya cukup waktu untuk bersantai sambil menunggu counter check in Tiger Air buka. Counter check in buka 2 jam sebelum keberangkatan. Pesawat kami berangkat jam 14.40, sebenarnya yang kami booking adalah Tiger Air jam 13.20, namun ada pemberitahuan bahwa pesawat itu batal berangkat dan penumpangnya dipindahkan ke jam 14.40. Waktu luang kami manfaatkan untuk ngecharge hp, browsing via airport wifi, menyegarkan diri dan mencari makanan. Ada gerai kebab ayam/sapi yang harganya seporsi 10Aud.

Tiger Air mendarat di terminal 4 yaitu terminal khusus Tiger Air di bandara Tullamarine, Melbourne. Agak surprised juga melihat model terminalnya, kayak gudang. Mungkin hanya sementara saja karena disamping terminal ini lagi ada pekerjaan konstruksi. Kami berjalan kearah terminal 1 untuk naik bus Skybus menuju Southern Cross Station. One way 18Aud, Return 30 Aud, beli sekaligus 8 tiket dapat diskon menjadi 27,5Aud/tiket pp. Bandara ini sekitar 23km saja dari kota, sementara Avalon airport jaraknya 40km dari kota. Sebagai informasi, Melbourne mempunyai 2 bandara, Avalon Airport (airport untuk kebanyakan low cost carrier n Tullamarine Airport (airport utama). Skybus beroperasi 24 jam dan tiap 30 menit berangkat. Skybus cuman punya 1 tujuan saja yaitu ke Southern Cross station, gak berhenti di banyak tempat. Dari Southern Cross station bisa lanjut lagi naik tram, bus dan ada beberapa hotel yang kerjasama dengan Skybus, dari Station nanti naik minibus Skybus.

Menuju hostel dari Southern Cross Station bisa naik tram dan bisa juga jalan kaki. Kami memilih jalan kaki saja sambil menggeret koper dan mengukur jalan menikmati suasana kota Melbourne.

Total 20 jam perjalanan kami untuk sampai di Melbourne, gak ada kata capek yang ada hanya semangat untuk jalan-jalan. Ketimbang melewatkan waktu di hostel hanya beristirahat, malam itu kami memilih berjalan-jalan menuju Federation Square.

Advertisement

4 thoughts on “AHEAD TO MELBOURNE #26 MAY 2014

    • waalaikum salam mas taufan,
      kalo baru mau beli tiket, ikuti saja petunjuknya untuk pilih seat… tapi kalo sudah beli tiket trus mau beli hot seat harus login/sign up di web airasia.com …setelah itu pilih modify, pilih pick a seat dan ikuti petunjuk selanjutnya sampai pembayaran… boleh juga jika ingin dibeli pada saat check in di airport…

  1. Selamat siang Mba …….mau tanya boleh ya….lanjutan jalan-jalan di melbournenya …blm ada ya… Terima kasih

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s