
great wall of China
Salah satu barang yang wajib dibawa ketika bepergian ke luar negeri adalah travel cooker buat masak nasi, masak air untuk bikin kopi/teh, bikin indomie, rebus telur, dan lain sebagainya. Biasanya sarapan diproduksi sendiri, jadi begitu keluar pagi gak abis waktu buat nyari sarapan. Dan gak keluar duit buat sarapan. Selain itu, entah mengapa gak makan nasi di negara yang gak pentingin nasi sebagai makanan sehari-hari rasanya nelangsa banget.
Saya sudah beberapa kali bermasalah dengan travel cooker. Terakhir di Tiongkok, saya salah bawa travel cooker. Yang saya bawa travel cooker yang rusak di Madinah. Salah saya sih, 3 travel cooker ditaruh berdekatan dan gak ditest dulu sebelum berangkat. Yang rusak pertama setelah 5 tahunan dipakai sudah saya buang kompornya tapi pancinya masih disimpan, yang rusak kedua kompornya masih saya simpan dengan harapan jika ada waktu akan diperbaiki, yang ketiga yang masih baik terakhir di pakai ke Eropa. Kalo pergi berempat (sekeluarga) saya biasanya bawa kompornya 1, pancinya 2.
Buat mak dan bapaknya gak masalah, masih bisa makan apa saja selain nasi sebagai pengganjal perut tanpa rewel, masih bisa menunggu sampai ketemu tempat makan. Berbeda dengan anak-anak, yang gampang banget lapar dan cenderung rewel kalo lapar. Apalagi kebiasaan saya menyetok nasi sepanjang perjalanan sehingga mereka bisa makan kapan saja. Teman-teman udah pada bawa beras masing-masing 0.5liter/orang. Saya bawa beras seadanya cuma 0.5liter padahal saya berempat. Malas bawa berat-berat apalagi saya juga bawa travel cooker dengan 2 panci.
Saya coba masak nasi pake teko listrik yang ada di kamar hostel. Saya tau ini tidak etis, ini salah dan jangan ditiru. Teko yang peruntukannya untuk masak air dipake masak nasi. Apa boleh buat, ini darurat buat anak-anak sekalian menghabiskan stok beras daripada ditinggal. Di hostel gak ada dapur, minta ijin pake dapur pegawai gak dibolehkan. Ada nasi di 7-11, baru tau di hari kedua. Dan ternyata ada restoran muslim dekat hostel, tapi bukanya jam 10 pagi saat kami sudah berangkat jalan-jalan.
Masak nasi pakai teko, susah-susah gampang. Teko berdaya listrik 800watt, air cepat mendidih dan cepat habis. Kalo gak telaten, nasi bisa hangus. Dari 4x percobaan masak dengan teko, 2x hasil masaknya bagus banget, 1x hasil masaknya lembek dan 1x masak tapi masih ada sedikit sekali rasa mentahnya. Percobaan pertama, beras saya rendam sekitar 2 jam sebelum dimasak. Hasilnya bagus merata. Percobaan berikutnya, saya gak rendam lagi tapi langsung di masak sambil rajin diaduk-aduk. Hasilnya kadang bagus merata tapi pernah juga lembek tergantung jumlah airnya dan jenis berasnya.
Hanya berbagi cerita, bahwa masak nasi pakai teko itu bisa.
Jadi penasaran travel cooker ini kayak apa. Hahah. 😀
sama saja sih sama rice cooker mini tapi ini yang kotakan dan gak makan tempat, bisa ditaruh di ransel. nanti setelah pemeriksaan berat koper baru taruh dikoper, soalnya jarang beli bagasi. di google saja. tetap setia sama mec3500.
Waah, keren bawa rice cooker buat traveling, nyimpennya gimana ya.?
nyimpennya asik aja coz gak makan tempat. masuk ransel pun ok…
Apakah boleh membawa beras 5kg dari indo ke china, untk makan 1 bulan, apakah dibandara diambil/disita?
Belum pernah bawa sampai segitu banyak sih. Paling banyak 1kg per koper. Kalo kurang beli di sana saja. Dan sejauh ini gak pernah ada kena hambatan di bandara manapun