
Sunrise at Kelimutu
Perjalanan ke Moni, desa di kaki Gunung Kelimutu rasanya panjang dan lama soalnya bisnya banyak mampir ngambil penumpang dan mampir jika ada penumpang yang mau beli beraneka macam sayur, buah dan lain sebagainya. Saya pikir bisa nyampe jam 1siang ternyata nyampe di Moni jam 4 sore. Sempat singgah makan juga di kota Ende. Murah, seporsi 4T (Tahu, Tempe, Telur dan Terong) +plus lalapan hanya 17ribu.
Di Moni, saya booking Antoneri Lodge seharga 225ribu/malam. Sempat maju mundur juga booking soalnya reviewnya gak terlalu bagus. Katanya ada bule kecurian disini dan kurang bersih. Tapi penginapan yang lain juga reviewnya biasa-biasa saja. Saya di sambut pak Oscar, dia lalu menunjukkan kamar dan meminta saya memilih. Saya memilih kamar pertama yang ditunjukkan. Itu sudah memenuhi harapan saya. Kamar yang lain lebih luas, tapi ini pun sudah cukup. Yang terpenting kamar tidak bau lembab, Tempat tidur bersih, kelambu bersih, lantai bersih, dinding tidak lembab, kamar mandi bersih dan ada air panasnya. Ada warung makan muslim di sebelah lodge, cuman gak sempat nyoba karena udah sempat bungkus nasi buat bekal makan makan malam sewaktu makan di Ende tadi. Saya juga minta dicarikan ojek sama Pak Oscar yang bisa antar ke Danau Kelimutu ntar subuh. Pak Oscar minta dibayar langsung dimuka 100ribu ongkos ojek pulang pergi karena katanya kalo gak dibayar dimuka biasanya ojek suka gak datang. Saya jadinya saya kasih uang tanda jadi saja dulu 50ribu, biar ada ikatan.
Jam 4 subuh, ojek datang menjemput. Jalanan menuju Kelimutu National Park sudah sangat bagus. Sekitar 20menit dari Moni. Motor parkir dan saya pun mulai berjalan menapaki anak tangga. Sudah ada beberapa turis dari luar yang juga berjalan menuju Danau Kelimutu. Panorama Kelimutu paling apik pada saat sunrise. Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang ada di Flores, memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya yang dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki 3 warna berbeda, merah putih dan biru. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Serem ya, untung saya baca setelah melakukan perjalanan ini hehehe.
Saya berjalan ditemani lampu senter dari smartphone. Tampak kejauhan pendar-pendar cahaya dari orang yang sedang berjalan menuju puncak. Tidak sulit menapaki anak tangga, karena cukup landai dan jaraknya pun tidak jauh hanya sekitar 1.3km. Berjalan 20-30 menit sudah akan sampai ke puncak.
Matahari terbit dengan indahnya. Awalnya saya hanya melihat 1 danau saja yaitu danau Ata Mbupu , namun ketika semakin terang, tampak dibelakang danau ini adalah danau Ata Polo. Keren banget.
Pak Mensen ojek masih menunggu di parkiran, dia menawarkan untuk mampir ke permandian air panas. Saya pun mampir tapi hanya ingin melihat suasana permandian. Tampak banyak penduduk lokal yang sedang mandi dan mencuci. Tempat permandiannya terdiri dari 2 bak, satu diisi para bapak sedangkan satunya lagi diisi oleh para ibu. Turun tangga, liat sebentar lalu pulang ke penginapan.

Pemandian air panas di dekat desa Moni
Bapak Ojek menawarkan untuk mengantar sampai Ende dengan biaya 150ribu. Harga itu cukup tinggi dan gak mau kurang. Kalo naik travel Moni-Ende hanya 50ribu, naik bus sekitar 25ribu. Cuman tetap saya ambil saja dengan perjanjian saya minta diantar berkeliling kota Ende dan setelah itu diantar ke Bandara. Pertimbangan lain naik ojek lebih cepat dan gak mampir sana sini, trus ransel saya bisa dijagain sama bapak ojek selama mampir-mampir ke tempat wisata yang ada di Ende.
Sambil menunggu, ojeknya siap mengantar ke Ende, saya sempat ngobrol dengan pak Oscar yang ternyata pemilik Lodge ini, saya tanyain kenapa review penginapan ini gak terlalu bagus di trip advisor padahal bagi saya penginapan ini bersih dan nyaman. Katanya, bisa jadi itu persaingan bisnis. Padahal Pak Oscar langsung yang turun tangan untuk soal kebersihan karena lebih yakin dengan kualitas kebersihannya. Mengenai tuduhan kehilangan uang oleh bule yang pernah menginap disitu, katanya itu juga trik agar bisa claim asuransi perjalanan. Pak Oscar menolak untuk menandatangani BAP Kepolisian karena merasa kejadian itu tidak benar adanya. Wallaahu alam. Cuman ya seharusnya jangan pernah meninggalkan barang berharga di kamar. Saat mau berangkat ke Ende, Pak Oscar minta tolong agar saya menulis review yang bagus untuk penginapannya.
Tidak sampai 50 menit perjalanan, kami pun sampai di Ende. Saya ke rumah Bung Karno tempat beliau diasingkan selama 4 tahun (1934-1938). Sayang hari itu hari Minggu dan rumah itu tidak buka. Saya pun ke taman Renungan Pancasila yang tidak jauh dari situ. Terdapat pula patung Soekarno yang tengah duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang sambil menatap ke arah laut. Di taman ini pula tempat lahirnya butir-butir Pancasila.
Saya juga mampir ke pasar, pengen nyari kain khas Flores. Jenis kain tenun ini memiliki ciri khas tersendiri, yakni cenderung berwarna gelap. Warna original kain ini kebanyakan mempunyai dasar hitam dengan motif warna kuning kunyit atau merah marun. Harganya juga lumayan mahal berkisar 350-650ribu. Kata si mbok penjual kain sarung dia selesaikan dalam 2 bulan. Sarungnya pun lebarnya pas badan gak seperti sarung kebanyakan. Sarung pertama saya beli dengan harga 550 ribu, kemudian pindah lapak lagi nanya-nanya buat perbandingan harga jadi tertarik beli sarung lagi. Hehehe. Padahal kedua sarung itu sukses hanya tersimpan di lemari tanpa dipakai sampai saat ini.

Lapak tempat beli sarung yang pertama. Ibunya jual sarung sambil jual bawang hihihi
Gak banyak obyek wisata di Ende yang perlu dikunjungi. Saya pun minta diantar ke bandara. Olala, bandara lokasinya di pusat kota banget. Saya sampai di bandara jam 11.30. Jam segitu bandara belum buka. Katanya nanti jam 15.00 baru bisa masuk dalam bandara. Mau ke tempat lain juga bingung dan udah malas. Pesawat ke Makassar via Labuan Bajo masih jam 16.40 nanti.
Alhamdulillah, meski gak sempat ke Waerebo kali ini, akhirnya kesampaian ke Danau Kelimutu. Kalian yang di Makassar mumpung ada pesawat direct ke Labuan Bajo, yuk ke sini. Berangkat Kamis pagi pulang Minggu sore udah bisa menikmati keindahan Labuan Bajo, Waerebo dan Kelimutu.
Mensen Ojek Kelimutu: 081238742448
danau yang ada di uang 5000an, sukak kak
iya tapi udah gak berlaku lagi ya