Menelusuri Kota Tua Luxembourg

Luxembourg City adalah kota transit terakhir dari perjalanan kami. Tadinya sempat galau di 2 malam tersisa apakah mau dihabiskan di Muenchen dan Luxembourg atau dihabiskan di Luxembourg dan Paris. Tertarik sih ke Muenchen tapi saya putuskan malam terakhir nginap di Paris saja. Lebih amannya gitu, karena kita bakal lebih awal berada di kota tempat kami akan terbang pulang ke Jakarta. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi seperti kendala di kendaraan, kendala di jalan dan sebagainya. Akomodasi tiba di Paris sampai Halstatt sudah saya booking saat di Indonesia sebelum berangkat. Yang 2 malam terakhir baru saya booking saat bermalam di Hallstatt setelah gak galau.

Kami meninggalkan Hallstat jam 11 pagi. Jarak Hallstatt-Luxembourg sekitar 748km. Kami baru nyampai di Luxembourg sekitar jam 9 malam. Udah sepi. Saya booking 1 kamar saja di Double Tree by Hilton tanpa sarapan. Harga hotel maupun hostel cukup mahal di Luxembourg. Mungkin karena Luxembourg salah satu negara terkaya dan PDB perkapitanya tertinggi di dunia. Agak tricky juga secara kami berempat dewasa plus 1 infant. Mau pesan 2 kamar, berat diongkos. Kita cuma numpang tidur dan pagi-pagi udah jalan. Dan kita datangnya saat hotel udah sepi dari aktivitas. Pasrah aja kalo diminta nambah extra bed. Yang masuk check in saya sama anak-anak. Pak suami nunggu di mobil.

Yang proses check innya kita adalah bapak bermuka khas Timur Tengah. Dia bilang ini harus nambah extra bed. Saya jawab, please kami hanya numpang tidur saja, besok pagi-pagi kami sudah jalan ke Paris. Si bapak hanya tersenyum lalu ngasih kunci dan 3 cookies khas Double Tree. Kami masuk kamar dan beberapa saat kemudian pak suami menyusul.

Luxembourg adalah salah satu negara terkecil di Eropa. Negara ini luasnya sekitar 2.586 km². Luxembourg berbatasan dengan provinsi Luxembourg negara Belgia, yang luasnya sebesar 4.443 km², hampir dua kali luas negara ini. Negara ini negara terkurung, berbatasan dengan Jerman, Belgia dan Prancis. Mungkin itu sebabnya ada 4 bahasa resmi di. Luxembourg: bahasa Jerman, Belanda, Prancis dan bahasa Luxembourg sendiri.

Kami memilih untuk explore kota tuanya saja. Seperti kebanyakan kota tua di negara lainnya yang dapat dikelilingi dengan berjalan kaki. Mobil kita parkir di pinggir jalan. dekat Notre Dame. Hari itu hari Minggu jadi bebas parkir mobil di jalan. Dan mulai berjalan kaki dengan mengandalkan gmap.

Place d’Armes dan Place Guilaume II merupakan salah dua dari alun-alun yang ada di Luxembourg. Di alun-alun Place Guillaume terdapat patung pria sedang menunggang kuda yaitu Guillaume II, King of the Netherlands dan Grand Duke of Luxembourg yang namanya didedikasikan sebagai nama alun-alun ini. 

Salah satu tempat yang juga dikunjungi adalah Palais Grand Ducal yang menjadi tempat kediaman resmi dan kantor Grand Duke of Luxembourg. Meski hanya bisa berfoto dari luar. Grand Duke adalah kepala negara yang berkuasa penuh untuk membentuk kabinet pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas sehari-harinya, kabinet ini dikoordinasi oleh seorang perdana menteri.

Le Chemin de la Corniche  juga disebut juga sebagai “balkon terindah di Eropa” karena menjulang tinggi di atas kota tua di lembah sungai. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Luxembourg dan menyusuri jalan kurang lebih 500m hingga sampai di Casemates du Bock. Casemates du Bock adalah terowongan sepanjang 17 kilometer yang dibangun oleh Spanyol antara tahun 1737 dan 1746. Terowongan Casemates berada di bawah Kastil Montée de Clausen. Sayang terowongan ini masih tutup saat kami datang. Casemates hanya buka Maret-Oktober saja.

Kami tidak berlama-lama di Luxembourg, cukup sekedar tau kotanya saja. Kami masih mau mampir di La Valle Village, factory outlet yang ada di pinggiran kota Paris yang akan kami lewati. Sebenarnya saya gak hobi belanja, tapi penasaran saja dengan factory outlet ini yang katanya popular banget buat wisatawan Indonesia. Dan benar saja, di La Valle Village disana sini banyak kedengaran suara berbahasa Indonesia. Kami juga tidak lama disini cukup sekedar tau saja dan masuk ke toko yang salenya menarik perhatian seperti Tumi dan L’Occitane. Saya khilaf beli koper padahal space di mobil udah nyaris gak ada. Ternyata setelah diatur ulang, koper baru itu masih muat dibawah kaki penumpang di belakang driver, hehe. Toh sisa sehari ini.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s