KL lagi, KL lagi

Bosen sih, tapi apa mau dikata. Semua rencana perjalanan tahun ini berantakan semua. Berawal dari rencana ke Melb sama Amel, batal karena masalah visa. Kemudian rencana ke Bangkok, dengan sangat terpaksa, saya batalin mengingat sikon Bangkok yang sangat tidak kondusif. Saya sebenarnya masih berbesar hati mau kesana meskipun K’Idrus n Amel sudah kuatir, karena sampai meninggalkan Palu pun hari Jumat, 14 Mei 2010, belum ada niat untuk membatalkan. Nanti setelah mendapatkan informasi kalo hotel yang saya booking ternyata berada di area ”life firing zone” alias kawasan baku tembak, beberapa jam sebelum berangkat ke KL, akhirnya kami putuskan rencana tersebut dibatalkan. Telpon AirAsia, tiket KL-Bangkok-KL bisa dibatalkan, tapi tidak bisa dikembalikan secara tunai melainkan system credit shell. Maksudnya refund-nya hanya dapat dipergunakan untuk pembelian tiket Air Asia tujuan lainnya yang harus diissued dalam kurun waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal pembatalan. Ya gpp, bisa dipake buat rencana perjalanan tahun depan. Kemudian pembatalan booking Baiyoke Sky Hotel yang saya beli melalui http://www.agoda.com , ternyata untuk melakukan pembatalan harus melalui e-mail ke mereka karena pembatalan dilakukan <2hari sebelum tgl kedatangan (kalo >2hari bisa langsung di website-nya aja, sisa potong biaya administrasi sekitar US$15). Setelah itu dibatalkan cuman sehari. Ya sudahlah, yang penting masih ada yang kembali dicreditkan meski hanya 50% atau hanya US$75 dari US$150. Tapi sayang juga sih, karena gak jadi nginap di hotel tersebut, karena pertimbangan sy memilih hotel tersebut, karena lokasinya yang sangat strategis, merupakan hotel yang tertinggi di Bangkok, bintang 4 lagi.

Kami memulai melakukan perjalanan lewat darat Palu-Makassar via Mamuju (Jumat, 15/5) dengan jarak kurang lebih 950km setelah sy pulang kantor. Sebenarnya paling tepat kalo berangkat subuh biar sampai hari itu juga sekitar tengah malam, tapi K’ Idrus sudah tidak sabar segera berangkat. Kami pun juga agak was-was, karena ada daerah yang masih rawan dilewati malam hari, tapi alhamdulillah gak ada apa-apa, kami gak berhenti sama sekali sampai melewati daerah Tikke tersebut.

Ada 3 Propinsi & 9 kabupaten yang dilalui, yaitu Propinsi Sulawesi Tengah (Palu, Donggala), Prop Sulawesi Barat (Mamuju Utara, Mamuju Kota, Majene, Polman) & Prop Sulawesi Selatan (Pinrang, Pare-Pare, Pangkep, Maros, Makassar). Alternatif lain dari Palu menuju Makassar adalah via Palopo, jaraknya kurang lebih sama. Dulu kami sering pulang ke Makassar lewat jalur ini, karena waktu itu kondisi jalan via Mamuju rusak parah, tapi begitu udah mulus jalannya, kebanyakan orang memilih via Mamuju. Jalan via Palopo terlalu berkelok-kelok, si Dede gak berhenti muntah lewat sini, meski udah dijagain supaya gak goyang di mobil. Singgah makan di daerah Bambaloka, kemudian singgah untuk tidur-tiduran di mobil, selanjutnya singgah lagi dirumahnya tanteku di Polmas. Disini kami agak lama, tidur, makan (hmm yummi, ada udang, ikan nila goreng n bakar, ayam kampung bakar n sup ayam), mandi. Jam 10 pagi, setelah segar n kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Yang saya perhatikan sepanjang perjalanan ini, banyak sekali mesjid dengan menara yang bagus dan menjulang tinggi. Beda didaerah lain yang menara hanya sekedar pajangan atau tempelan mesjid. Dan yang pastinya swadaya masyarakat sendiri.

Jam 17.00 akhirnya kami tiba di rumah di Makassar. Karena udah janji sama anak-anak mau jalan-jalan ke Mall, setelah istirahat sebentar, lanjut jalan. Ternyata ada gerai Pizza Hut yang baru dibuka di Plaza Ramayana Pettarani. Rasanya belum di Makassar, kalo gak makan Pizza Hut. Favoritku salad n blueberry milkshake. Abis itu baru ke Mall Panakkukang, menemani anak-anak main di Timezone sampai tutup mallnya. Di rumah, sy masih browsing informasi mengenai Bangkok yang berakhir dengan keputusan perjalanan ke Bangkok harus dicancel. Sejak dalam perjalanan memang, sy udah punya firasat, jadi minta tolong Amel untuk menukar uang ke hanya $Singapore n Ringgit.

Day-1, Minggu, 16 Juni 2010

Kami (sy, Amel, K’Idrus, Ayha n Dede) berangkat tanpa punya persiapan tujuan yang jelas akan kemana di Kuala Lumpur. Semua persiapan jadi sedikit mentah, karena yang dipersiapkan tujuan Bangkok n Singapore. Rencana awal hanya akan transit di Bandara LCCT KL, karena kami mengambil rute Makassar-KL-Bangkok-KL-Singapore-KL-Makassar. Tadinya pun gak ada rencana ke Singapore, cuman Airasia menginformasikan perubahan jadwal Mks-KL-Mks yang tidak match dengan connecting flight kami, so kami memutuskan untuk extend, tadinya pulang ke Makassar hari Rabu (19/5) berubah ke Jumat (21/5). Karena bingung, sy minjam laptopnya K’Ira untuk dibawa pergi, ntar di jalan aja diputuskan mau kemana.

Harga tiket kebanyakan 0rp, karena memanfaatkan promo free seat Air Asia. Walaupun 0rp, tetap ada yang dibayar karena Airport tax Bandara di Malaysia, Thailand, Singapore include di harga tiket plus biaya tambahan penggunaan kartu kredit plus kalo pengen pake membagasikan koper/ransel atau beli makanan. Bookingnya di bulan November 2009, Mks-KL-Mks= 75rb/orang (75rb itu untuk airport tax bandara KL), KL-Bkk-KL=300rb/orang (juga hanya untuk airport tax). Total tiket sesuai rencana awal rata-rata 625rb/orang. Karena trip ke Bangkok batal, tiket penerbangan Bangkok kembali dalam bentuk credit shell dikurangi convenience fee aja. Jadi untuk perjalanan yang dilaksanakan ini , total tiket Mks-KL-Sg-KL-Makassar Rp 325rb ditambah bis dari Sg ke KL 200rb = 525rb/orang.

Mata uang, $1 Singapore= 6700rupiah, 1RM=2650rupiah.

Barang bawaan, sy kelompokkan menjadi 3 ransel; 1 buat pakaianku n K’Idrus; 1 buat pakaian anak-anak; 1 buat ransel makanan. Sy bawa travel cooker, susu, beras, mie gelas, popmie, dan makanan praktis lainnya.

Jam 13.30 check in dan bayar airport tax Rp 100rb di Bandara Hasanuddin. Tiket pulang wajib diperlihatkan, mungkin antisipasi untuk mengurangi masalah pendatang gelap di Malaysia. Sayangnya loket fiskal pajak lama banget ditungguin baru buka. Karena berangkat sama anak-anak, fotocopi Kartu Keluarga wajib dilampirkan selain NPWP pribadi.

Setelah melalui proses imigrasi, kami masuk di ruang tunggu. Pesawat berangkat tepat waktu jam 17.00 dan tiba jam 20.05 Makan malam di Food court LCCT. Lumayan ketemu nasi dan banyak pilihan makanan, harganya juga cukup murah ketimbang makan KFC atau sebangsanya. Sy berdua Amel, 2 nasi+ seporsi hati ayam+ seporsi sayur bakso ikan + 1 potong ayam RM9.

Malam ini kami nginap di Tune Hotel, bandara LCCT KL. Vouchernya udah kami pesan jauh-jauh hari, karena tadinya merupakan bagian dari rencana awal jika jadi ke Bangkok. Kami cuman pesan 1 kamar, makanya agar gak keliatan rame, yang jalan duluan sy, K’Idrus, n Ayha untuk check in kamar. Agak jauh juga jalannya, meski gedung hotel keliatan dekat dari terminal kedatangan. Bisa pake trolley buat bawa barang, meski awalnya ragu-ragu ntar ada yang melarang. Tapi gak tuh, ternyata banyak juga yang pada bawa trolley ke hotel. Namanya juga hotel murah, untuk mensiasati kemurahannya, beberapa standar kenyamanan sebuah hotel dibeli terpisah. Misalnya sarapan, penggunaan AC dibeli terpisah mau yang 12 jam atau 24 jam, Handuk/toiletries, koneksi internet. Sy sengaja beli kosongan aja, mau lihat kondisinya dulu. Pas masuk di kamar, kamarnya sempit banget, kalo untuk berdua dan sekedar numpang tidur, gak masalah. Trus ruangan agak panas meski ada ceiling fan. Buru-buru sy turun untuk membeli kredit AC 12 jam plus koneksi internet 24 jam seharga 69rb. Jadi total yang dibayar untuk kamar plus AC n koneksi internet 200rb. Masih cukup murahlah. Sayang cuman pesan 1 buat berlima. Yang lain sudah pada tidur, sy masih browsing penginapan n tempat tujuan wisatanya. Mau nginap di Genting, semua hotel full. Akhirnya karena masih banyak pertimbangan, tidur dulu deh. Liat lagi gimana besok.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s