MAKSUD HATI MAU KE UNIVERSAL STUDIO SINGAPORE TAPI APA DAYA…NANGGUNG

Day-5, Kamis 20 Mei 2010

Pagi-pagi sarapan, enak. Langsung check out, tapi barang masih kami titipkan di ruang khusus penitipan yang disediakan di hotel itu. Kegiatan kami dimulai dengan pergi mencari tempat penjualan tiket bis Sg-KL. Nyarinya gempor juga, kirain dekat dengan MRT Lavender, ternyata jauh. K’Idrus n anak-anak menunggu di stasiun MRT, saya sama Amel yang pergi mencari tempat tersebut. Harga 210rb/dewasa n 150rb/anak-anak berangkat jam 10 malam.

Awal yang kurang enak, dari situ kembali ke MRT Lavender trus ke Bugis Street, belanja-belanja barang-barang 3- 4-10. Maksudnya barang-barang yang S$10/3 biji. Anak-anak n K’Idrus nunggu di Burger King sambil menunggu kami selesai belanja. Biasa, wanita.

Setelah selesai, kami mencari tempat ngambil taxi. Di Sg, kita gak bisa naik taxi di sembarang tempat, harus di halte khusus taxi dan harus antri lagi. Begitu tertib, tapi bagi yang tidak biasa seperti kami, ngomel2 karena untuk naik taxi aja harus jalan sampai di haltenya. Tapi enaknya gak ada lagi proses tawar-menawar seperti taxi Malaysia, semuanya pake argo. Kami ke Merlion Park, singgah foto-foto karena si Dede belum punya foto disini. Abis itu tunggu taxi lagi ke Vivocity, mall yang juga berfungsi entrance gate ke Sentosa Island. Singgah makan di Food Republic, food court yang ada di mall tersebut, setelah itu beli tiket masuk (admission fee) S$3. Alamak, ternyata bisa pake Ez-link (kartu langgananMRT), kesalahan di The peak, Hongkong terulang lagi. Sy pake Ez-link, tiket masuknya jadi nganggur deh. Ya udah.

Tujuan kami ke Sentosa Island, adalah untuk bermain di Univesal Studio, sayang datangnya kesorean, nanggung untuk masuk bermain, lagipula K’Idrus capek n jadi bete banget. Ya udah duduk-duduk aja, istirahat. Kalo anak-anak sih sepanjang kenyang dan tidak ngantuk, mereka senang-senang aja tuh. Gimana gak senang, selalu dibelikan es krim, permen atau makanan kalo lapar dan sepanjang hari bersama orangtuanya.

Padahal, banyak tempat menarik di Sentosa Island yang bisa dikunjungi tapi tentu saja harus berjalan ke sana kemari. Sentosa express, kereta penghubung hanya menghubungka 3 tempat besar di Sentosa, selebihnya harus jalan menuju wahana yang diinginkan.

Kami sempat ke Siloso beach, pengen tau apa aja yang ada disitu. Kami naik trem keliling area siloso beach. Sebenarnya sy sempat mengincar untuk menginap disini, di hotel Siloso Beach, hotel yang menurut review di http://www.agoda.com recommended, tapi harganya 1,4jt/malam. Gak jadi. Tapi trem melewati hotel tersebut, jadi udah tau, kalo besok-besok ada rejeki menginap disana.

Kami pulang, naik MRT sampai Dhoby Ghout. Sebagian besar mall yang ada di Sg terkoneksi dengan MRT, seperti Plaza Singapura ini. Disini kami makan, dan naik taxi singgah ambil barang lalu menuju stasiun bis. Pertimbangan naik bis diambil karena tiket pesawat ke KL agak mahal, airport tax Changi aja 225rb/orang. Jam 10 malam, bis berangkat menuju KL.

Di Border Sg-Malaysia, kami harus turun bis 2x untuk proses imigrasi Singapura dan Malaysia. Untuk proses imigrasi Malaysia, malah harus bawa semua barang bawaan. Waduh, gak kebayang repotnya kalo pas bawa koper seabreg udah gitu plus anak-anak lagi. Barang bawaanku meski cuman ransel, tetap aja bikin repot. Udah gitu tengah malam lagi, di saat ngantuk n anak-anak udah tidur. Tapi alhamdulillah, selama jalan dengan anak-anak, mereka cukup pengertian. Rewel sih masih, namanya juga anak-anak, tapi teratasi.

Perjalanan ke KL kurang lebih 5 jam. Jam 3.30 kami tiba di Bukit Jalil, terminal bis darurat selama stasiun Puduraya ditutup untuk renovasi. Bener-bener darurat, karena bukit Jalil itu sebenarnya merupakan taman yang dipaksakan jadi terminal. Tengah malam, turun dari bis, dikerubungi oleh supir taxi yang mencari penumpang, kami cuek aja berdiri (gak ada tempat duduk), berlagak seolah-olah akan ada yang jemput, liat-liat situasi dulu, baru nanya-nanya. Akhirnya kami deal dengan supir taxi untuk diantar ke KL Sentral RM25, sampai di KL Sentral yang emang buka 24 jam, meski kereta yang paling pagi tiba jam 05.30. Kalo bis yang ke LCCT ada setiap jam dan hampir 24 jam bisnya tersedia. MCd di Kl Sentral juga bukanya 24 jam. Sambil menunggu pagi, anak-anak saya mandiin. Kepagian??? Biarin aja, mumpung lagi sepi. Sy n Amel sekalian mandi juga, karena masih harus ke hostel untuk mengambil barang kami. K’Idrus menemani anak-anak.

Kami kepagian tiba di hostel, pakcik yang jaga pagi agak kesel melihat kami. Katanya kenapa gak bilang kalo ngambil mau pagi banget, disuruh balik 1 jam kemudian. Huhhh. Akhirnya nongkrong di KFC, baru balik kesitu lagi ambil barang. Naik taxi cuman RM10 ke KL Sentral, supir taxinya orang India yang agak genit. Ngasih kartu nama, minta dihubungi kalo jalan-jalan ke Kl lagi. Mr. Sam namanya, bercerita bahwa dia senang ke Indonesia, ke Jakarta dan Medan, katanya banyak happening area atau tempat bersenang-senang di Indonesia. Ya iyalah, aturan untuk WN Malaysia terlalu ketat, jadi kalo mau bersenang-senang dalam tanda kutip, harus keluar.

Liburan selesai, kami tiba kembali di Makassar jam 17.00. Amel bergegas menuju hotel Clarion, tempat dimana harus mengikuti Gathering Bidang Keuangan yang acaranya dimulai setelah makan malam.

Sabtu Malam, sy masih sempat ketemuan ama teman-teman kuliah. Ada Ryan dari Jakarta dan Hasni dari Soroako yang datang dalam rangka kawinan Agung, satu dari high quality jomblo Sipil 93 selain Irwan n Chali (kapan menyusul????).

Setelah itu baru berangkat menuju Palu, singgah di Pare-pare untuk nonton final Piala Champion, tiba di Palu jam 23.00.

Capek, pasti. Tapi everything has its own story. Catatan perjalanan ini berfungsi sebagai pengingat waktu, pengingat cerita/pengalaman dan pengingat biaya.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s