COMMUTER LINE KLENDER-TANAH ABANG

Bulan lalu, dapat kesempatan diklat lead auditor di Jakarta. Yang bikin sebel, diklat ini gak ditanggung penginapan. Padahal, saya dengan pedenya begitu tiba di bandara, berbagi taxi dengan karyawan suatu bank di Kendari ke hotel Peninsula. Kebetulan tujuan kita sama. Ibu itu mau diklat muda selama sebulan dan nginapnya di hotel Peninsula. Sampai di hotel, baru tau kalo gak ditanggung penginapan. Too bad. Memang sprintnya agak aneh, hanya perintah untuk menghadiri kursus tanpa informasi harus check in. Namun saya berpikir, gak mungkin kantor pusat ku setega itu.  Seandainya tau duluan, dari Manado saya udah menyiapkan dimana saya harus menginap.

Saya nongkrong di lobby, browsing mencari tau penginapan terdekat dan murah. Gak mungkin nginap di hotel Peninsula ini secara harganya semalam melebihi uang harian dinas. Padahal uang harian itu komponennya tidak hanya penginapan tapi juga uang saku dan transport. Ada penginapan 300 ribuan dekat situ tapi full untuk malam itu. Ibis slipi juga masih mahal. Daripada pusing dan bingung, saya memutuskan untuk menginap di rumah kakakku di daerah Klender.

Selalu ada hikmah atau sisi positif dari suatu kejadian. Saya jadi bisa tau dimana rumah kakakku dan merasakan ngantor beberapa hari di Jakarta pakai transportasi umum. Seru juga sih.

Senin pagi, keluar dari rumah jam 6.30. Naik angkot dulu, turun di jembatan.  Jalan sedikit menuju stasiun kereta Klender, naik kommuter tujuan manggarai, ganti kereta kommuter tujuan tanah abang, lalu naik ojek ke hotel Peninsula. Total biaya transport 20rb. Ribet tapi saya menikmatinya. Cara mudah pastinya dengan naik taxi, bayar 60-70rb duduk manis sampai di hotel. But it isn’t my style. Act like local and save the money. Saya baru mau naik taxi kalo gak sendiri ataupun sedang bawa barang cukup banyak.

Hari kedua, saya diantar ke stasiun Jatinegara sama kakakku. Saya ikuti aja sarannya. Tapi perjalanan ke Jatinegara makan waktu karena kena macet. Jadinya sy dari situ langsung naik ojek ke hotel, deal harga 25rb. Takut terlambat. Jauh banget ternyata dan gak nyaman. Kena debu, kena macet, kena asap kendaraan, dan duduknya gak nyaman.

suasana di commuter line pada saat sepi berasa naik mrt

suasana di commuter line pada saat sepi berasa naik mrt

Beberapa hari naik kommuter, jadi banyak tau triknya antara lain:

  1. Jangan telat keluar dari rumah kalo mau nyaman berkereta. Jam 06.45 waktu yang pas untuk nungguin kereta dari Bekasi tujuan Manggarai. Terlambat dikit, sangat tidak nyaman naik kereta. Di manggarai, penumpang kommuter jurusan Tanah Abang tumplek plek. Banyak dari mereka akan turun di Sudirman. Jadi kayak ikan sarden di dalam kommuter. Setelah beberapa kali melewatkan kereta yang penuh, saya jadi nekat ngotot naik di kereta meski penuh. OMG. Terpaksa daripada terlambat. Dibantu tarik sama penumpang lain dan diberikan tempat selapis dari luar. Kalo gak gitu, jadinya bergelantungan di pintu kereta.
Kondisi pagi hari di peron kereta Manggarai-Tanah Abang. Kereta berikutnya saya ikut berebutan naik daripada telat

Kondisi pagi hari di peron kereta Manggarai-Tanah Abang. Kereta berikutnya saya ikut berebutan naik daripada telat

  1. Stasiun klender itu rupanya peronnya pendek. Saya yang tidak mengantisipasi pada saat pulang kerumah jadi bingung gimana turunnya. Terpaksa terus sampai stasiun berikutnya. Pas baliknya, kelewatan lagi sampai di stasiun Jatinegara gara-gara dapat info yang salah. Ternyata teorinya, kalo menuju Bekasi mau turun di stasiun Klender, harus berada di gerbong 1 sampai gerbong 4 (gerbongnya ada 8).
  2. Cukup praktis, karena cukup beli 1 karcis untuk sampai ke Tanah Abang, meski harus ganti kereta. Harga kommuter AC Rp 8500, gak beda jauh dengan harga bis kota.

PT. KAI patut diacungi jempol karena upayanya meningkatkan pelayanan. Stasiun bersih dari preman, pedagang dan juga dari sampah. Toilet, tulisan gratisnya besar, bahkan minta dilaporkan kalau ada yang meminta bayaran. Sekuritinya banyak dan tegas serta informatif. Gak pelit ditanyai mengenai dimana peron yang kita tuju. Keretanya nyaman dan bersih. Acnya dingin, kursinya empuk. Hanya saja harusnya pada jam-jam tertentu seperti waktu pergi kantor dan pulang kantor itu keretanya ditambah.  Apalagi kalo sistem kartu diberlakukan, sisa tap and go. Berasa kaya negara tetangga sebelah, meski masih beda kelas…hehe…

Apartmennya kakakku ternyata dekat dengan rumah tempat sy tinggal selama 2 tahun di Jakarta. Jadinya sepulang diklat, sy mampir ke rumah yang terletak di Jalan Penas No 2A, Pondok Bambu. Ngeliat dari luar doang, tapi rasanya senang banget. Tahun 1984-1985, waktu itu kelas 4-5 SD. Cukup banyak kenangan yang tersisa. Pergi mengaji di rumah ustadz melewati hutan yang banyak pohon kecapinya, kemudian pergi bermain di rumah teman di daerah Duren Sawit, rumahku itu cukup luas, di dalam kayaknya bisa main bola deh, diluar halamannya dipake’ tanam jagung. Kalau ke sekolah, cukup jalan kaki saja. Jakarta jaman itu, masih enak banget. Hutannya beneran, sekarang hutannya palsu, dimana-mana hutan beton.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s