Hotel kami di Madinah, Wasel Farraq Hotel berjarak 150m dari Masjid Nabawi sehingga memudahkan kami dapat bolak balik dan memperbanyak shalat di Masjid Nabawi.

Menyeberang jalan menuju masjid Nabawi, hotel kami terletak dibelakang hotel sanabel, masih dalam gedung yang sama

Kamar kami hanya diisi tiga orang, yang suami istri ada yang memilih sekamar berdua, meski tetap yang dikasih kamar yang tempat tidurnya ada empat. Ada dapur, tapi peralatan u masak dan piring2 gak ada. Kamar mandinya di luar, persis di depan pintu kamar kami. Ke-13 anggota grup kami terbagi dalam 5 kamar, dan ada 3 kamar mandi yang tersedia.
Hotel kami di Makkah, Nawart Aseel Hotel berjarak 2km dari Masjidil Haram. Namun disediakan bus gratis khusus penghuni hotel Al Aseel Plaza Hotels yang jumlahnya banyak dan kapan saja. Kecuali ketika azan berkumandang, mereka akan berhenti beroperasi sementara. Pergi menuju masjidil haram tidak perlu menunggu lama, tapi pulang ke hotelnya yang mesti menunggu karena banyaknya jamaah dari Masjidil Haram yang akan pulang ke hotel. Sering harus berebutan, dan ada bus hotel yang sudah dibooking jamaah negara tertentu seperti iran atau turki, jadinya kalo mau naik disitu diseleksi dulu.
Hotelnya lebih bagus dari hotel di Madinah, dari segi lobby, fasilitas, ukuran kamar dan kenyamanan tempat tidur. Modelnya seperti apartemen, 1 ruangan terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur. Kamar tidur kami ada meja makan, ada kulkas mini, meja belajar, lemari, meja lampu disetiap sisi tempat tidur. Di dapur ada mesin cuci, teko listrik, kompor listrik, peralatan makan namun tidak ada peralatan dapur seperti panci.
Dari tempat turun bus harus jalan beberapa ratus meter menuju pintu Masjidil Haram yang paling dekat yaitu pintu 25 atau dikenal pintu bukit Marwa. Banyak juga jamaah grup yang memilih shalat di pelataran, mungkin takut terpisah-pisah. Kalau saya lebih suka di dalam masjid meski jauh, berusaha dapat tempat di karpet sekitar pintu 1-9. Untuk dapat tempat di karpet, harus datang 45 menit sebelum azan. Waktu perjalanan dari hotel naik bus dan jalan menuju tempat shalat cukup makan waktu. Saya sempat mencoba menghitung jarak jalan kaki dari terminal bus sampai di sekitar pintu 9 yaitu 1,1km, pulang pergi 2,2km. Biasanya untuk menghemat energi, shalat subuh lanjut thawaf lanjut shalat dhuha setelah itu baru pulang ke hotel. Kemudian datang lagi ke masjidil haram mulai ashar dan nanti selesai shalat isya baru pulang. Jeda waktu antara shalat ashar dengan isya, kadang kala digunakan untuk jalan-jalan nyari oleh-oleh, kadang kala nongkrong aja di masjidil Haram (ngaji ataupun sekedar istirahat).
Bagi saya, jarak ini bukan masalah, hitung-hitung ibadah sambil olahraga. Hehe. Tapi bagi sebagian teman, ini merupakan keluhan utama. Jadi saran saya, upayakan nego mengenai hotel jika memilih cara umrah backpacker. Terlebih jika mengikutkan orang tua.
Sayangnya, akhirnya datang bulan juga, meski dari tanah air sudah minum obat penahan haid (pil kb). Mungkin obatnya gak mempan karena minumnya gak teratur. Saya tetap minum tiap hari hanya kadang-kadang jamnya yang tidak beraturan. Untungnya datang bulan itu datang setelah selesai proses umrah. Saya masih berusaha untuk bisa tetap berkesempatan shalat dengan beli premolut di toko obat sekitar masjidil haram. Minum 2 butir setiap 6 jam, fleknya kadang ada dan kadang juga tidak ada. Pas fleknya gak ada, baru mandi dan pergi shalat.
wah… hotelnya kayaknya sama dengan hotel saya menginap waktu haji 2006 lalu
itu haji plus mbak?
haji reguler