MASJID NABAWI DAN RAUDHAH (bagian 5)

20140306_230727

Salah satu tempat mustajab untuk berdoa adalah Rawdah/Raudhah. Raudhah merupakan salah satu ruangan di Masjid Nabawi yang terletak di antara Kamar Rasulullah dan mimbar untuk berdakwah. Luasnya hanya sekitar 22x15m tidak sebanding dengan banyaknya jamaah yang ingin masuk.

Sabda Rasulullah Saw, “Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga” (HR. Bukhari ) .

Raudhah terbuka sepanjang siang untuk jamaah pria kecuali malam, sementara untuk jamaah wanita hanya terbuka tiga kali sehari setelah shalat shubuh, shalat dhuhur dan shalat isya. Tidak mudah untuk bisa ke raudhah, harus menyiapkan fisik untuk siap berlari menuju raudhah dan berdesak-desakan juga harus menyiapkan mental agar senantiasa sabar dan menahan emosi. Karena ada jamaah dari luar yang posturnya lebih gede gak memperdulikan orang lain, mendorong-dorong jamaah, memaksa lewat dengan melangkahi orang yang lagi sujud.

Raudhah ditandai dengan karpet hijau keabu-abuan (hijau pudar). Namun banyak juga jamaah gak sekedar puas masuk di karpet hijau pengennya berada di shaf paling depan. Padahal Gak bisa juga melihat langsung karena dibatasi oleh penghalang berwarna putih.

Alhamdulillah 3 malam di Madinah, 3 malam juga berkesempatan untuk berdoa di Raudhah. Malam pertama sendirian. Sebenarnya rencana bertiga, namun karena kebelet pipis dan kamera teman gak boleh dibawa masuk, 2 temanku itu saya persilakan duluan masuk setelah shalat isya. Setelah mereka selesai berdoa baru gantian saya masuk. Ternyata yang masuk jam 22.00 lama sekali prosesnya untuk bisa berdoa di Raudhah. Lebih banyak jamaah yang memilih masuk sekitar jam 21-22, karena setelah shalat Isya kebanyakan pada pulang dahulu untuk makan malam. Kami dikelompokkan dan antri masuk berdasarkan suku bangsa. Indonesia dan Malaysia dalam suku bangsa Melayu. Mungkin agar jamaah asal Melayu yang badannya kecil tidak tergencet sama bangsa Arab yang badannya besar-besar. Ada sekitar 4x pindah tempat kemudian menunggu giliran untuk menuju raudhah. Menunggunya lama, karena lebih banyak grup Bangsa Arab yang didahulukan masuk. Mungkin karena mereka lebih gak sabaran dan bisa ngomel pake bahasa Arab. Jamaah Melayu banyak juga sih yang gak sabaran, pas ada peluang nyelip sana nyelip sini. Kesian askarnya setengah mati menyuruh duduk, gak juga di gubris.

Alhamdulillah, di malam pertama berkesempatan untuk berdoa termasuk doa titipan saudara n teman-teman dan sampai 3x shalat sunnat. Yang tadinya nyaris tidak ada ruang untuk sujud, begitu shalat tiba-tiba saya dapat ruang untuk bisa sujud. Di sebelah saya, ada ibu dari indonesia, yang duduk tenang dibalik tembok sambil membaca kertas-kertas berisi tulisan titipan doa.

Jam 1 malam selesai, teman saya ternyata masih menunggu diluar, padahal saya sudah ikhlas ditinggal pergi. Awalnya gak langsung ketemu, jadi saya pulang nyeker pake kaos kaki, karena sendalnya dititip sama temen. Sampai kamar mereka belum ada, jadinya balik lagi ke masjid dan alhamdulillah ketemu.

Malam kedua, berkaca ke pengalaman malam pertama, kami shalat isya di dekat terbukanya pintu kayu menuju raudhah. Masuknya dari pintu no 25 atau tempat shalat wanita yang berada disebelah kiri tempat shalat pria. Setelah shalat isya, dikelompokkan sesuai suku bangsa, Melayu berada dibelakang bangsa Arab. sambil menunggu dapat tausiyah berbahasa Indonesia. Menunggunya juga gak terlalu lama, begitu pintu dibuka, semuanya langsung berhamburan menuju raudhah. Kami berlari sekencang-kencangnya, alhamdulillah bisa langsung dapat di karpet hijau. Ruangan penuh sesak, banyak yang gak peduli dengan orang lain sehingga saling dorong-dorongan pun terjadi. Kami menyingkir di balik tiang menghindar untuk tidak didorong. Kami bergantian shalat, saling menjaga agar gak dipepet orang dan supaya ada ruang pada saat sujud. Di malam terakhir, alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk ke raudhah tetap setelah shalat isya, meski stamina agak drop.

Kami juga berkesempatan untuk ikutan shalat Jumat di masjid Nabawi. Namun sempat 1x bablas gak shalat magrib di Masjid Nabawi gara-gara ketiduran, jadinya shalat di hotel…hehe. Sisanya alhamdulillah di Masjid Nabawi termasuk shalat dhuha dan tahajjud karena keutamaan Shalat di Masjid Nabawi akan diganjar 1.000 pahala. Dan nyaris disetiap selesai shalat fardhu, ada shalat jenazah. Jadi harus membekali diri juga dengan pengetahuan shalat jenazah.

Sebelum shalat Jumat, kami menyempatkan diri untuk berkeliling kota Madinah antara lain:

  1. Masjid Quba, shalat tahiyatul masjid disana
  2. Bukit Uhud
  3. Kebun Kurma, membeli kurma dan coklat disini. Hanya saja setelah membandingkan harga, harga kurma dan coklatnya jauh lebih mahal dibanding yang dijual sekitar Masjid Nabawi. Contoh kurma ajwa di kebun kurma ini 80real/kg, di dekat masjid Nabawi hanya 60real/kg. Kurma yang paling murah yaitu kurma rabiah, dikebun kurma harganya 15real, di sekitar masjid nabawi hanya 8 real/kg. Begitu juga coklat, buah tin, kacang pistachio, di sekitar Masjid Nabawi hanya setengah harga dari kebun kurma. Sakit hati juga, tapi sudahlah sudah terlanjur dibeli.
  4. Masjid Qiblatain, hanya dilewati saja.
Gaya Hanif, pembimbing kami lagi menjelaskan sejarah perang uhud

Gaya Hanif, pembimbing kami lagi menjelaskan sejarah perang uhud pada saat kunjungan di bukit uhud

Yang belum kesampaian adalah melihat proses buka tutup payung Masjid Nabawi. Untuk bisa melihat pada saat bukanya harus datang sekitar jam 3 subuh, sedangkan proses tutup payungnya sekitar jam 5 sore. Sempat meniatkan menunggu waktu tutupnya, tapi ketiduran di mesjid…hehe.

Di hari terakhir kami juga dibekali manasik haji oleh pembimbing kami di Madinah. Namanya Hanif, mahasiswa jurusan Syariah di Universitas ….. First impression, langsung tahu dia dari Makassar dari logatnya.  Ternyata dia warga negara Malaysia namun ibu bapaknya asli Indonesia yang sudah lama pindah ke Malaysia. Masa kecilnya pernah dihabiskan di Makassar.

Hanif juga menawarkan program pembimbingan haji jadi apabila ada yang berencana berhaji pada tahun ini dan ingin dibimbing atau ada yang ingin ditanyakan boleh menghubungi Hanif via telpon atau sms di nomor     .

Dianjurkan juga untuk menyelesaikan proses belanja di Madinah. Selain tujuannya agar di Makkah bisa fokus ibadah di Masjidil Haram, harganya lebih murah di Madinah seperti kurma, baju gamis, coklat, sajadah. Banyak shopping centre disekitaran Masjid Nabawi, seperti H&M, Saha Shopping Centre, Bin Dawood shopping centre. Biasanya jeda antara 2 waktu shalat dimanfaatkan untuk berkeliling. Banyak juga pedagang kaki lima persis di jalanan menuju Masjid Nabawi.

Advertisement

2 thoughts on “MASJID NABAWI DAN RAUDHAH (bagian 5)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s