1. Longyi. Kebanyakan masyarakat Myanmar baik pria maupun wanita menggunakan longyi. Longyi untuk pria sejenis sarung bermotif kotak-kotak pengganti celana panjang. Cara menggunakannya juga unik, diikat di bagian depan. Sedangkan longyi untuk wanita sejenis kain panjang yang dililitkan kemudian diikat di samping. Motifnya bermacam-macam. Ada yang bilang mereka sudah tidak mengenakan apapun di balik longyi. Karena penasaran, saya sempat bertanya sama Mr Ko Ye driver kami di Yangon, apakah masih menggunakan dalaman di dalam sarung tersebut. Katanya sih iya.Hehehe. Tapi kata Pak Damar, chefnya Toba Restaurant, banyak juga yang gak pake underwear. Penggunaan celana panjang disosialisasikan di Toba Restaurant, agar lebih aman beraktivitas di dalam dapur. Alhasil sebagian sudah mau menggunakan celana panjang, sebagian lagi masih pakai longyi dengan alasan gatal pakai celana panjang. Saya sempat beli longyi untuk perempuan, biar ada kenang-kenangan dari Myanmar. Di airport, yang pakai longyi sisa para driver yang sedang mencari penumpang yang ingin ke kota.
2. Thanaka, semacam pupur atau bedak dingin yang banyak dipakai masyarakat pedesaan di Indonesia. Di Myanmar, dipakainya sepanjang hari oleh kebanyakan pria dan wanita sebagai pelindung wajah dari sengatan sinar matahari. Ih kapan cantiknya ya kalo sepanjang hari pake bedak dingin. Kami sempat berkunjung ke museum Thanaka di Bagan. Tanaka berasal dari batang pohon Thanaka. Digerus diatas ulekan batu dan dicampur air kemudian dioleskan dimuka. Kami juga mencoba memakai tanaka ini dan ternyata muka emang jadi adem. Batang pohon diameter 10cm panjang 15 cm dapat dibeli dengan harga 17USD. Lumayan mahal juga ya. Tapi saya sempat melihat ada orang yang ditahan batang tanakanya di airport. Kayaknya sulit untuk dibawa keluar. Kalo kami membeli kemasan siap pakai yang harganya 1usd per buah.

tanakha wood
3. Tidak ada motor di Yangon. Pemerintah Yangon menerapkan kebijakan kendaraan roda dua tidak diperbolehkan masuk ke dalam kota Yangon sejak tahun 2003. Alasan utamanya adalah banyak kejahatan bersepeda motor yang timbul dan tingginya tingkat kecelakaan sepeda motor. Namun banyak rumor yang beredar tentang alasan pelarangan seperti gestur pengendara motor yang seperti mengancam seorang jendral militer, atau sepeda motor memudahkan terdistribusinya leaflet prodekmokrasi atau anak seorang jendral yang tewas akibat kecelakan sepeda motor. Artikel menarik seputar pelarangan motor baca disini
4. Setir kanan dan kiri dan berjalan di lajur lalu lintas sebelah kanan. Resminya Myanmar menggunakan lajur sebelah kanan, namun kebanyakan mobil disana menggunakan setir di sebelah kanan juga. Ngeri juga ya? Gimana tuh kalo ingin melambung. Untunglah bus yang kami naiki setirnya sebelah kiri. Myanmar menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menggunakan lajur sebelah kanan. Sejatinya kalo menggunakan lajur sebelah kanan, setirnya harus sebelah kiri. Sekitar 34% negara di dunia berdasarkan populasi mengemudi di lajur kiri, dan 66% di kanan.

sumber: disini
5. Kebiasaan pria mengunyah sirih.
Kebanyakan gigi para pria Myanmar merah akibat kebiasaan makan sirih. Saya tanya sama Mr Ko Ye, apa enaknya mengunyah sirih. Jawabannya simpel aja. Buat bikin pahit mulut jadi gak ngantuk. Diberbagai sudut jalan pasti ada penjual sirih ini. Beruntung 2 driver yang kami pake cukup sopan, gak ngunyah sirih pada saat jalan sama kami, jadi gak buang ludah sembarangan. Supir taxi yang mengantar kami ke bandara, bawa mobil sambil ngunyah sirih dan sebentar-sebentar buka pintunya buat buang ludah. Il-feel sudah.
6. Payung
Saya jarang melihat orang di myanmar menggunakan payung untuk melindungi dari sengatan matahari, mungkin karena sudah pake tanakha. Payung justru banyak digunakan pasangan muda mudi untuk mendapatkan area privacy di area terbuka seperti pada saat duduk-duduk di Inya Lake atau taman Mahabandoola. Hehehe.
7. Becak (Trishaw).
Terdapat 2 kursi yang berlawanan arah. Satu searah dengan pengemudi becak, satunya lagi membelakangi penumpang lainnya.