Berdasar pengalaman kemarin, dimana ada anggota trip yang terpisah, saya bikin postingan ini. Untung kejadiannya di Jepang, dimana orang local sangat-sangat membantu tanpa pamrih. Kalau di negara lain, mungkin harus lebih waspada, dan gak sembarangan meminta tolong sama orang lain.
Sempat kejadian lagi, 1 orang ketinggalan. Ceritanya, kita belanja lagi di Harajuku, janjian kumpul di depan setelah belanja jam 18.30. Begitu kumpul, perasaan udah lengkap. Lalu kita jalan ke station kereta yang gak jauh dari situ, dan beli tiket untuk 14 orang. Pas teman saya Ryan bagi tiketnya, kok ada 1 tiket yang lebih. Bingung, kenapa tiketnya bisa lebih. Sempat blank dan oalahh ternyata Mely belum ikut ke station. Jadi suamiku dan K’ Ishak balik ke Harajuku buat nyari Mely. Hehehe. Ada-ada aja ya.
Rombongan saya ke Jepang ini memang termasuk banyak dan pertama kali bawa grup gado-gado, karena gabungan dari keluarga saya, teman kuliah dan teman kantor. Usiapun beragam, mulai dari umur 10 tahun sampai dengan 65 tahun. Trip-trip sebelumnya kebanyakan dengan teman kantor namun beda-beda lokasi kerjanya dan jumlahnya pun rata-rata berkisar 7-8orang. Belum pernah ada kejadian ini sebelumnya. Biasanya saya ada tandemnya, saya hanya mengelola trip mulai dari beli tiket, visa, booking akomodasi, transportasi local, itinerary sementara dan estimasi budget. Selanjutnya pas udah di tiba di negara tujuan, ada yang bertugas mengelola keuangan budget sharing dan ada yang menentukan itinerary selama disana. Itinerary memang kita gak buat detail sebelum berangkat, karena biasanya menyesuaikan situasi dan kondisi disana.
Sementara di trip Jepang ini, saya gak punya tandem. Segalanya saya harus atur sendiri dari A-Z kecuali keuangan. Ada Ryan teman yang saya tunjuk sebagai bendahara. Ada Risma, yang bantuin saya membaca peta kereta dan menentukan dari destinasi ke destinasi lainnya, tapi belum mau ditunjuk sebagai tandem, dia pengennya jadi follower saja hehehe. Di satu sisi saya harus memperhatikan kepentingan grup, namun disisi lain karena bawa keluarga saya juga harus memperhatikan kebutuhan mereka. Wajar ajalah kalau dalam beberapa situasi, fokusnya meleber kemana-mana. Hihihi. Tapi salut buat grup saya ini, mereka juga memaklumi kondisi ini. Toleransi dan kompromi mereka cukup tinggi sehingga gak memperkeruh suasana.
Balik lagi ke topik, apa yang harus dilakukan dan disiapkan untuk mengantisipasi jangan sampai terpisah dan seandainya terpisah dari rombongan?
- Pastikan semua anggota mempunyai nomor hp aktif yang bisa dihubungi. Di tes satu persatu. Lebih baik kalau ada cadangan pulsanya.
- Bawa sendiri power bank/charger, antisipasi kalau hpnya low battery. Jangan mengandalkan power bank/charger milik orang lain.
- Pastikan juga semua anggota tau cara mengaktifkan wifi. Kalau terjadi sesuatu, bisa nyari wifi atau minta tolong petugas/orang-orang yang ada di sekitar situ.
- Setiap orang juga harus pegang alamat hotel tempat nginap berikut nomor telponnya. Minta tolong sama petugas atau orang local untuk bantu nelpon dengan handphone mereka ke hotel dan menginformasikan posisi terakhir.
- Tentukan cara efektif untuk memastikan bahwa semua anggota udah ada, Mungkin bisa dengan menugaskan 1 orang untuk mengabsen, atau minta teman sekamar memastikan semua teman kamarnya sudah ada atau cara lain.
- Usahakan jangan jalan sendiri, akan lebih mudah keliatan kalau ada lebih dari satu anggota yang kurang
- Setiap orang juga peduli terhadap itinerary atau minimal tau kemana tujuan selanjutnya. Jadi gak sekedar jadi follower.
- Jika naik kereta upayakan berada dalam gerbong yang sama. Pernah kejadian, hanya karena masuk di gerbong kereta yang berbeda dalam perjalanan menuju bandara di Budapest, saya dan adik saya terpisah. Sementara masih harus berganti kereta dan bus untuk ke bandara. Baru bertemu kembali di bandara. Dan itu bikin degdegan juga, bagaimana seandainya kami tidak ketemu. Perjalanan yang direncanakanbisa jadi kacau balau.
- Kembali lagi pada komitmen untuk kenyamanan bersama, harus tau diri juga jangan membiarkan teman yang lain menunggu terlalu lama.
- Punya asuransi perjalanan. Apapun bisa terjadi, dan kita harus mengantisipasi sampai risiko terburuknya. Cari asuransi perjalanan yang mencover nyaris all risk, seperti kehilangan paspor, kehilangan koper, ketinggalan pesawat, biaya yang dikeluarkan akibat penundaan pesawat dan kehilangan-kehilangan, risiko sakit dan celaka dan lain sebagainya. Selama ini saya gak beli asuransi kecuali saat ke Eropa (karena merupakan salah satu persyaratan wajib untuk ngurus visa Schengen).
Apa lagi ya? Silakan kalau ada yang ingin menambahkan di kolom komentar.
seremnya kalo ga bisa bahasa asing
Iya sih mbak, minimal ngerti dikit dikit.