Di beberapa postingan sebelumnya saya sudah menceritakan beberapa interaksi saya dengan orang Jepang lainnya pada saat berkunjung ke Jepang. 6 hari berada di sana saya sungguh merasakan keramahan orang sana. Meski interaksinya hanya sekedar bertanya . arah dan lokasi. Eh ada juga sih interaksi saat melapor ke kantor polisi. Baca disini.

dompetnya ketinggalan di tempat ini.
Teman saya, Risma kehilangan dompet di Tokyo. Baru nyadar pada saat mau beli baju di Disney Sea. Setelah dirunut kejadiannya, kemungkinan tertinggal di mesin tempat beli tiket kereta di Tokyo Station. Di Tokyo, kami hanya beli tiket ngeteng-ngeteng. Biar kami bebas naik kereta apa saja, mau naik JR ok, naik Metro pun ok. Pengalaman hari pertama di Tokyo beli tiket one day pass Metro, tidak terlalu praktis. Kami masih harus beli tiket kereta JR, karena ada tujuan yang tidak tercover dengan Metro. Risma menginformasikan kehilangan itu ke bagian informasi di Disney Sea kemudian mengisi formulir kehilangan. Bagian informasi menyampaikan pihaknya akan berupaya mencari dompet tersebut, tapi kalopun ketemu, dompetnya akan dikirim ke alamat Indonesia diluar uang yang ada di dompet itu.

Bagian informasi di Tokyo Station
Dari hotel ke Disney Sea, harus 3x berganti kereta. Dari Ikebukuro Station ke Tokyo Station naik Metro, dari Tokyo Station ke Maihama Station naik JR, dari Maihama Station ke Disney Sea Station. Risma juga bertanya di informasi di Maihama Station, gak ada hasil. Di Tokyo Station, bagian informasinya sudah tutup. Saya bilang besok saja, karena toh besok masih ke Tokyo Station. Keesokan harinya kami mampir ke bagian informasi di Tokyo Station, setelah memberikan deskripsi dompet dan konfirmasi ke bagian lost and found, customer servicenya bilang dompetnya ada di lost and found. Wihhh keren, padahal tadi antara niat gak niat mau nanya, agak pesimis dengan hasilnya secara ini stasiun yang besar. Kami lalu diberikan peta menuju ke Lost and Found JR, masih di Tokyo station tapi agak jauh dari bagian informasi. Keliatannya mudah saat memberi petunjuk arah ke Lost n Found, tapi begitu dicari masih agak meraba-raba. Saya bertanya 2x, orang kedua yang saya tanya awalnya bingung membaca peta lokasi yang kami tanya, tapi tetap berusaha membantu. Sampai-sampai bapak itu mengantar kami ke lost and found. Padahal lokasi tempat kami bertanya dengan lost n found cukup jauh jaraknya. Dan dia sendiri juga sebenarnya gak tau tempatnya, tapi bertanya sana sini hingga ketemu tempatnya. Dalam perjalanan, saya sempat mengucapkan terima kasih atas waktunya, Bapak sungguh baik mengantar kami. Respon si dia, no problem, this is my responsibility as a Japanese. Keren dan saya sangat terharu. Saya aja belum tentu bisa seperti itu, dalam artian saya pasti bantu kalo cuma sekedar ditanya arah dan bantuan nyari di google, tapi masih mikir-mikir jika harus menyisihkan waktu untuk mengantar sampai ke tujuan.

bapak ini yang ngantarin kita, bantuin nanya juga sama petugasnya, baru setelah itu meninggalkan kita
Selain itu, di Kyoto dan Osaka dalam 1 hari yang sama, saya menyaksikan cara mereka berpisah dengan teman atau kerabatnya. Siang hari, pas jalan melewati sebuah hotel di Kyoto dimana di depannya sedang ada beberapa orang yang berpisah. Bungkuknya sampai berkali-kali lho. Kemudian pada saat statiun kereta Osaka menjelang mau tutup, beberapa anak muda juga sedang berpisah, kelihatannya mereka mengantar temannya yang mau naik kereta terakhir. Mereka tetap menunggu sampai temannya itu tidak keliatan sambil melambaikan tangan dan senyum-senyum. Setelah itu, jam 1 malam saat saya bingung mau kemana yang akhirnya saya nongkrong di kedai fast food, dari balik kaca saya menyaksikan another scene of farewell, 4 anak-anak muda membungkukkan badan berkali-kali kemudian berpisah. Salut, betapa mereka menjaga tradisi dan bagaimana mereka menghargai satu sama lain. Bagaimana dengan kita? contoh kecil saja soal cium tangan. Kalau dulu kita salam sambil cium tangan, bibir nempel ke tangan. Sekarang anak-anak salam sambil tangan nempel di pelipis atau pipi. Hadeuh. Anak saya pasti saya protes kalo melakukan itu. Mereka harus melakukannya dengan benar.
Ayah Edy Parenting sempat membahas masalah moral orang Jepang ini. Katanya fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang memang lebih menitikberatkan pada pentingnya Moral. Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka. Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat.
Di Osaka, Kyoto dan Tokyo, saya gak ragu untuk bertanya pada siapapun. Kalo jalan di negara lain, bertanya adalah hal paling terakhir yang saya lakukan setelah mentok banget. Kalo di Jepang ini, bertanya adalah hal yang utama yang saya lakukan ketimbang memanfaatkan petunjuk dari internet. Hihihi. Saya juga gak milih-milih orang untuk di tanyai. Maksudnya sambil survey kecil-kecilan, apakah mereka perlakuannya sama. Jadi saya nanya sama siswa, couple yang lagi jalan bersama, mama muda, mama separuh baya, kakek tua, bapak muda. Dari sekian banyak yang saya minta bantuan, seingat saya hanya ada satu yang menolak ditanya dan berlalu. Sisanya mau meluangkan waktu, nyariin di google jepang ntah sekedar jadwal kereta, petunjuk arah dan sebagainya.
Ada juga sih ketemu orang Jepang yang pamrih. Sepupu saya kehilangan Kansai Thru Pass, jadi harus beli tiket lagi. Nanya di loket, petugasnya bilang beli di mesin. Karena bingung, saya mau balik lagi ke loket untuk minta di pandu. Kemudian ada yang nyamperin dan bantuin beli tiket. Pas udah dapat tiketnya, ibu itu mengulurkan tangannya. Saya lalu menjabat tangannya, tapi setelah itu masih mengulurkan tangan sedikit menengadah. Wah ini pasti minta tip. Ya udah setengah dari recehan kembalian beli tiket saya kasih ke ibu itu. Hahaha. Ada-ada aja.
Ia saya setuju. Org jepang emang sangat ramah. Kalau nanya jalan mereka dengan senang hati jalan beberapa blok untuk bawa kita ke tujuan. Indonesia sebenernya budayanya sopan loh, tp sayang udah jarang diterapkan. Padahal jepang modern bgt tp masih memegang teguh moral dan budaya mereka, ya. Harusnya sejak kecil anak2 Indonesia diajarin pelajaran budi pekerti di sekolah, seperti jaman ibu saya kecil dulu.
itulah, padahal budaya kita sama. cuman mungkin terjebak dengan arus modernisasi dan akhirnya kebablasan. banyak nilai-nilai atau norma yang hilang.
Pengalaman yang paling berkesan saat nyasar di suatu snow resort di Echigo Yuzawa, nyasarnya barengan satu keluarga Jepang. Terus karena tujuan kami sama, itu Bapak memastikan kami diangkut hotel tempat dia menginap, yang mana kami sih enggak menginap di sana, cuman mau ke Snow Park Joetsu Kokusai aja.
Baik betul emang mereka ya:)
berasa nikmat banget saat ditolong orang… self reminder
beda yah emang, terbentuknya karena lingkungannya juga siih, mau deh indonesia kayak gitu
amin… mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan sederhana dan mulai dari sekarang
Hai Mak
Postingannya menarik.Sayang templatesnya belum responsive. Sayang loh, hari gini lbj banyak org yg baca via smartphone. Aktifkan versi mobile atau pake template yg responsive. Semoga makin oke yah mak..
terimakasih masukannya. udah tau sih tapi belum sempat utak atik, hehehe