Lagi ngecek-ngecek draft tulisan yang jumlahnya 30 draft, ceritanya pengen bersih-bersih. Menghapus draft yang sudah gak update ataupun cerita nanggung. Eh nemu tulisan ini. Kenapa gak terposting ya waktu itu? Saya posting aja sebagai kenang-kenangan di masa itu. Posting apa adanya, gak ada yang ditambah ataupun di kurangi.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Tiada yang tau rahasia Allah. Jumat, 28September terjadi bencana gempa, tsunami dan liquifaksi di Kota palu dan sekitarnya (sigi dan donggala).
Baru saja sampai di rumah, dapat telpon dari kantor pusat yang menginfokan ada gempa di palu. Segera saya menyalakan tv, menghubungi teman-teman disana dan mencari info. Yang terjadi sungguh dahsyat dan mengerikan. Rasanya gak percaya apa yang terjadi. Video tsunami yang beredar jauh di whatsapp sebelum tv menayangkan, saya berharap itu hoax. Karena tv sempat menayangkan pengumuman peringatan potensi akan terjadi tsunami telah berakhir. Ternyata beneran terjadi tsunami. Teman-teman di palu baru bisa terhubung keesokan harinya. Itupun putus nyambung. Alhamdulillah semua teman-teman kantor selamat. Meski Beberapa teman ada yang setelah beberapa hari baru terinfo bahwa mereka selamat. Pada saat kejadian, mereka sebagian masih di kantor. Mereka abis maghrib berencana akan menghadiri festival Nomoni yang berlangsung di anjungan. Seandainya gempa dan tsunami datang lebih telat, mungkin saja mereka jadi korban. Allah masih melindungi mereka. Driver mobil Kcp Donggala yang sedang dalam perjalanan pulang ke Donggala, terpaksa meninggalkan mobil di tengah jalan kemudian menyelamatkan diri. Mobilnya juga terkonfirmasi aman setelah beberapa hari kemudian.
Kami di kanwil segera mengirimkan bantuan logistik untuk teman-teman disana melalui palopo. Teman di palopo yang membantu membelikan dan mengirimkan ke Palu. Hari minggu sore bantuan logistik tersebut berangkat dan alhamdulillah tiba dengan aman di kantor. Padahal lagi marak penjarahan barang-barang bantuan. Si driver katanya begitu tiba di perbatasan, menunggu rombongan brimob dan nebeng dalam rombongan itu. Hari minggu pagi, kami di kanwil rapat untuk membahas dukungan penanganan bencana palu. Hari itu juga buat laporan resmi ke kantor pusat beserta rekomendasinya dan belanja kebutuhan bantuan bencana untuk masyarakat Palu. Bantuan bencana kami upayakan pengiriman via Hercules. Sayangnya, bantuan sudah banyak menumpuk disana. Saya pun menyiapkan diri untuk segera berangkat kesana jika bantuan dikirim lewat darat. Lalu kami dapat kabar bahwa ada KRI Makassar yang akan berangkat minggu malam. Tim kanwil berpacu untuk menyelesaikan belanja kebutuhan kemudian penyerahan di Lantamal. Sampai jam 03 subuh, saya dan teman2 masih memastikan pemuatan barang di kapal tersebut. Kapal itu banyak memuat personil keamanan, relawan, alat berat dan bantuan logistik dari berbagai pihak.

Kelangkaan bbm, penjarahan di mana-mana, para napi meloloskan diri dari penjara membuat situasi Palu menjadi tidak aman dan mencekam. Gempa susulan terus terjadi. Bandara tutup, bandara penuh dipadati orang yang ingin segera keluar dari palu. Mau mendarat ke Makassar terkendala karena kelangkaan bbm. Beberapa suami teman berangkat dari makassar untuk menjemput sekalian membawa bbm ke palu.
Hari senin sore, sudah ada keputusan kantor pusat untuk segera mengevakuasi teman-teman Palu ke Makassar. Malam itu juga kami di kanwil rapat untuk teknis evakuasi. Mereka dari palu berangkat dengan mobil kantor dengan bbm yang hanya cukup sampai di Pasangkayu (sekitar 150km dari Palu). Dari situ, teman kami yang di Mamuju akan membawakan pasokan bbm. Sampai di Mamuju, mereka dicarterkan bus ke Makassar, sebagian yang tiba duluan ada yang berangkat naik pesawat ke Makassar. Salah satu direksi kami secara khusus datang untuk bertemu mereka di makassar. mereka diberi waktu untuk trauma healing selama 5 hari yang dapat dipergunakan untuk bertemu dengan keluarga di homebase mereka masing-masing dengan biaya transportasi ditanggung kantor. Kantor Palu tidak tutup, kakacab dan beberapa volunteer karyawan tetap berada disana. Sebagai kantor publik, Pelayanan harus tetap berjalan meski dengan segala keterbatasan. Apalagi bisa dipastikan banyak sekali pekerja yang menjadi korban luka-luka maupun meninggal karena gempa terjadi sekitar jam pulang kantor. Seperti agung karyawan airnav, hrd . Tiada seorang pun yang menginginkan risiko.