Jawa Barat emang surga wisata alam yang seperti tak ada habisnya. Salah satunya adalah Curug Malela. Bisa dibilang ini adalah air terjun yang tercantik di Jawa Barat sehingga sering disebut Little Niagara atau mini air terjun Niagara yang ada di Amerika sono. Cuman memang gak mudah menuju Curug Malela. Dari Bandung, untuk sampai kesini bisa menghabiskan waktu 3 jam perjalanan padahal jarak tempuh hanya 77km. Plus ditambah harus trekking sejauh 1,2km untuk sampai di kaki air terjun.
Saya sempat menunda sehari untuk kesini. Pasalnya saat saya udah mupeng kesini pas udah lewat tengah hari. Kuatir pas sampai sana malah udah gak diperbolehkan sampai ke air terjun karena kesorean banget. Belum lagi ada risiko nyasar. Jadi jam 7 pagi kami start, ini pun telat sejam dari rencana awal. 28km pertama nyaman-nyaman saja karena melewati jalan tol sampai di kota baru Parahyangan, setelah kita mulai masuk ke jalan pedesaan yang baru saja di cor beton. Mulus sih tapi sempit dan cukup berbahaya karena mobil gak bisa berpapasan satu sama lain dan kebanyakan bahu jalannya gak ada. Beruntung karena masih pagi jadi agak sepi, kami hanya berpapasan dengan pengendara motor.
Kami mengikuti jalan yang dipandu oleh oom google, sampailah kami ke PLTA Saguling. Jalan yang ditunjukkan itu merupakan wilayah yang terlarang untuk umum. Bingung kan? Oleh satpam kantor pengelola PLTA tersebut kami ditunjukkan jalan umum ke Curug Malela. Terhitung sekitar 3x kami masih nyasar. Di beberapa tempat sudah ada penanda arah Curug Malela, tapi masih ada persimpangan yang belum ada penanda. Bahkan kami sempat nyasar ke rumah penduduk yang sepertinya sudah gak ada jalan setelahnya. Sama orang disitu kami dipandu lagi, mereka naik motor mengantar kami kembali ke jalan yang benar. Sepertinya sudah banyak yang tersesat kesana sehingga begitu liat mobil mereka langsung ambil motor untuk memandu. Oom google menunjukkan berdasarkan waktu tercepat sampai ke tujuan bukan berdasarkan jalan yang wajar dan aman dilalui oleh mobil.
Sampailah kami ke parkiran mobil di Curug Malela. Kalo gak pengen jalan kaki sampai ke air terjun, bisa naik ojek sih. Harganya sesuai kesepakatan gak ada tarif resmi. Kami memilih jalan kaki karena niat kesini agar semua bisa sekalian berolah raga. Medan trekkingnya gak mulus-mulus amat, di beberapa bagian bukan jalan setapak dari beton ataupun tangga cor, masih tangga tanah yang cukup licin sehingga harus berhati-hati. Di sepanjang jalan menuju air terjun banyak warung, kalo lelah, bisa mampir beristirahat dulu sekaligus makan dan minum. Ada beberapa gardu pandang tempat kita bisa melihat Curug Malela dari kejauhan. Bunyi gemercik air menyemangati kami untuk segera sampai. Ghazy juga semangat karena dia udah dijanji akan berenang di air terjun tersebut bahkan udah pake baju renang dari parkiran mobil.
Air terjunnya gak tinggi hanya sekitar 60 meter tapi melebar. Memiliki lima jalur aliran dan semua aliran air terjunnya deras dan begitu jernih, hingga hanya terlihat putih seperti tirai. Kemegahan langsung terpancar dari air terjun ini, yang begitu mempesona. Area sekitar air terjun juga sudah ditata sedemikian rapi dan cantik, ada sign name Curug Malela dan tempat duduk yang apik.
Tidak diperbolehkan mandi di air terjun ini ternyata, jadi Ghazy hanya saya bolehkan untuk berendam kaki di pinggir kali yang gak begitu deras dengan pengawasan dari kakaknya. Saya yang mencoba untuk mendekat ke arah air terjun, urung karena arus terlalu deras dan karena bawa anak-anak. Padahal ada sih beberapa orang yang berani menyeberang kali. Kami tidak lama disini, karena dibatasi kenyataan bahwa hari itu jam 3 kami sudah harus berada di bandara menjemput pak suami dan Aya hehehe. Saya udah gak bisa membendung keinginan untuk kesini, jadi dipaksain kesini. Ghazy juga berhenti main begitu dikasih tau kalo harus menjemput papanya. Saya bilang sama dia, nanti papa nangis kalo terlambat dijemput.
Jalan menuju parkiran tidak mudah karena menanjak ataupun naik tangga. Kita pada ngos ngosan tapi Ghazy mah anteng-anteng saja. Bahkan sepanjang perjalanan dia sering bilang, “Ghazy baik-baik saja Mama”. Duh, mantap jiwa padahal Ghazy baru berumur pas 3 tahun bulan kemarin. Di tengah perjalanan saya mampir di warung membeli popmie buat dia tapi dengan syarat makannya nanti kalo sudah sampai di mobil. Maka tambah semangatlah dia untuk sampai di mobil.
Kami juga masih kesasar saat pulang dan masih harus turun bertanya sama penduduk setempat. Dan sempat ada insiden di jalan. Mobil saya bertemu dengan mobil lain di jalan sempit dimana mobil tidak bisa berpapasan. Dan secara posisi, saya yang harus mengalah mencari tempat parkir sementara. Saat jalan mundur dan berbelok ke tempat parkir, ban kiri mobil saya terlalu mepet pinggir jalan yang berujung jatuhlah ban saya di selokan. Duh nyebelin. Saya juga terburu-buru sih karena mobil yang didepan juga gak sabaran. Mobil saya mundur, mobil itu langsung maju. Jadinya gak fokus.
Terjadi deh kemacetan di jalan sempit itu. Tapi gak lama sih karena berkat kegotongroyongan para pengemudi motor/mobil dan penumpang laki-laki, mobil diangkat dan dibantu parkir. Duh malunya, menurunkan reputasi sebagai pengemudi handal, ahayyyy. Insiden tadi bikin kami terlambat 15menit sampai di bandara.
waah keren banget nih bun