Mengawali tahun 2021, saya mengambil cuti selama 5 hari. Biasanya cuti segitu plus 4 hari weekend sebelum dan sesudah cuti udah cukup buat saya traveling ke luar negeri. Tapi hiks, dunia masih sakit, masih berjuang melawan pandemi ini dengan segala kerusakan yang ditimbulkan. Jadi yah dinikmati saja yang ada di dalam negeri dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Emang sih baiknya di rumah aja, tapi kalo di rumah aja semua pada mager dan sibuk dengan gadget masing-masing. Si sulung sibuk dengan semua yang berbau oppa oppa BTS, si Tengah sibuk main PUBG dimana saking fokusnya, hp itu dekat banget dengan matanya, Ghazy sibuk wara wara mengganggu sambi ngomong, “boleh pinjam hp?” “boleh pinjam laptop?”, please, please. Setelah dapat, sibuklah dia nonton yutub. Jadi mending cari kegiatan di alam yang relatif sepi. Biar pada ngumpul bersama dan sekalian olahraga.
Tadinya kepikiran banget ke Ijen Banyuwangi lanjut nyebrang ke Bali, tapi mikir harus tes usap antigen jadi maless. Lumayan juga costnya berlima. Trus Ijen tutup sampai tanggal 3 Januari, dan belum tentu juga langsung buka di tanggal 4. Jadinya mikir ke Cukang Taneuh Pangandaran walaupun agak setengah hati. Cukang Taneuh atau popular disebut dengan Green Canyon berjarak sekitar 31km dari Pangandaran. Pengen ke sana tapi sepertinya kurang seru jika gak bisa body rafting karena bawa anak kecil. Sudah banyak cari referensi via blog maupun vlog yutub. Saya nyari referensi apakah memungkinkan anak 3 tahun ikut body rafting. Tapi gak dapat, yang ada kebanyakan anak mulai usia 5 tahun. Nyari juga referensi warna air Cukang Taneuh di musim penghujan ini. Cuman gak ada lagi pilihan tempat yang lebih menarik dari ini, jadilah saya putusin berangkat aja kesana. Jam 6 pagi baru ngomong sama pak suami dan anak-anak bahwa kita akan ke Pangandaran. Packing barang dan mandi butuh sekitar 2 jam dan jam 8 pagi kami start ke Pangandaran.
Akomodasi baru di pesan saat di jalan. Tadinya masih mikir apa semalam di kota Tasikmalaya dan semalam di Pangandaran atau sekalian dua malam di Pangandaran. Opsi terakhir yang saya pilih biar Ghazy lebih puas berenangnya. Berenang di sungai, berenang di pantai dan berenang di kolam renang hotel.
Jadi rencana awal kesini hanya akan berperahu kemudian menambah waktu untuk berenang karena bawa anak kecil 3 tahun. Hitungannya 250ribu buat sewa perahu dan 100ribu extra time berenang/30menit.
Pas datang, agak kebingungan mengenai tempatnya, kemudian ada seseorang yang mengarahkan parkir. Ternyata kami dibawa ke Camp Baraja salah satu provider body rafting. Tadinya kesel sama orang itu, tapi karena dia bilang anak saya bisa ikut body rafting dan harganya juga tidak terlalu mahal, saya pun tertarik. Mobil diparkir di camp tersebut. Setelah tawar menawar, harga body rafting sejauh 5km 1,1juta untuk 5dewasa dan 1 anak. Body rafting 10km beda dikit sih harganya, cuman karena bawa anak kecil ngambil track yang pendek saja. Udah termasuk baju pelampung, sepatu karet, helm, 2 guide, pergi naik pickup pulang naik perahu dan makan siang di Baraja camp. Barang berharga dititip di guide dan ditaruh di drybagnya. Kita diantar naik pick up menuju hulu sungai, masih harus jalan sekitar 15menit turun menuju sungai, dikasih pengarahan, berdoa kemudian mulai lompat turun. Airnya gak terlalu deras di awal turun, masih bisa bikin kereta-keretaan body rafting, berlima rebahan sambil bersusun gitu mengikuti arus sungai sampai di titik yang ditunjukkan oleh guide. Anak kecil saya dihandle khusus sama 1 guide. Pokoknya sisa ikut arahan guide. Kalo arus deras, kita naik dan berjalan di pinggir sungai sambil manjat-manjat batu. Ada 1 spot yang mendebarkan karena mau gak mau harus melewati arus deras tersebut. Guide sudah prepare tali webbing kalau-kalau kita susah tergapai oleh tangan. Lama di sungai sekitar 2 jam, baru kita naik perahu transit dan diarahkan ke tempat transit untuk sekedar ngopi dan nyemil gorengan sambil nunggu perahu jemputan. Sesampai di camp, tersedia kamar mandi//bilas yang cukup banyak untuk berganti pakaian sambil nunggu disiapin makan siang. Guidenya juga yang foto-foto tapi pake hp saya (note ultra20), dia juga udah nyiapin kanebo buat menjaga hp tetap kering. Katanya bisa nyewa gopro juga kalo gak mau pake hp sendiri sekalian difotokan.
Berdasarkan referensi vlog yutub, ada 2 tempat melompat ke air, 1 dari ketinggian 3 meter dan 1 lagi dari ketinggian 9meter. Ternyata kata Asep, guide yang menemani kami, tempat melompat dari ketinggian 3 meter itu masuk ke paket 10km. Harus naik keatas dan dari yang saya liat di vlog tempatnya seperti kolam kecil yang warna airnya cakep banget. Jadi sedikit menyesal, gak ambil paket 10km. Tapi gak apa apa deh, ini juga sudah menakjubkan banget. Keindahannya gak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Senang banget bisa punya experience disini. Kami juga uji nyali untuk melompat dari ketinggian 9km. Anak-anak yang mulai duluan, kemudian saya lalu pak suami. Melompat jangan ragu-ragu, jangan terlalu lama mikir. Sayang saat saya melompat, eh malah kepeleset dulu jatuh ke sungai. Hehehe. Batu tempat melompat seperti kepala komodo lho.
Pas kesini, airnya juga alhamdulillah berwarna hijau meski tidak terlalu bening, padahal udah masuk musim hujan yang cenderung kecoklatan. Waktu yang tepat kesini adalah di musim kemarau.
Kesimpulan: wajib body rafting kalo ke cukang taneuh dan nikmati keseruannya. Sayang kalo udah disana gak body rafting tapi pastikan dalam kondisi sehat walafiat ya. Kalo dihitung2 perbandingan naik perahu +extra time berenang 2jam totalnya bisa 650ribu, belum termasuk sewa alat safety, 2 guide, dry bag, makan dan diajak ke spot spot menarik. Jadi gak terlalu beda jauh.
Saran: berhubung masa pandemi, sebaiknya tidak kesini bawa anak2 karena ini melibatkan kontak fisik dengan guide, anak digendong sama guide soalnya. Sehari setelah pulang dari sini, Ghazy tengah malam muntah-muntah kemudian keesokan harinya pagi sampai siang 9x diare. Sempat kuatir, karena dari beberapa informasi ini biasanya gejala covid buat anak-anak. Trus menyusul suami juga meriang. Waduh. Ghazy saya bawa ke dokter, meski sudah minum obat dari dokter dia masih saja on off muntah dan diare. Paksu gak ke dokter cuman minum obat pereda nyeri. Saya terpaksa minta tambahan ijin 1 hari potong cuti agar bisa ngawasin Ghazy dan sekalian tes usap antigen buat bertiga di hari itu. Was-was juga mau ngantor, gak jelas status. Biar teman-teman kantor juga merasa tenang. Alhamdulillah semua hasilnya negatif. Dan alhamdulillah semuanya membaik. Saya meski cuti, sorenya tetap menghadiri meeting di kanwil.
All is well.