Bukit Bintang, Petronas, dan Ngopi Sore: Cerita Singkat di KL

Perjalanan menuju Nepal dimulai dengan transit semalam di Kuala Lumpur. Kami berangkat pagi dari Jakarta, dan begitu mendarat di KLIA Terminal 2, waktu transit yang cukup panjang membuat kami memutuskan untuk jalan-jalan menikmati sejenak suasana Kuala Lumpur sebelum terbang ke Colombo keesokan harinya. Saya juga memilih nginap di KL daripada nginap di hotel Bandara.

Dari terminal, kami naik shuttle bus gratis ke Mitsui Outlet Park, pusat belanja yang letaknya tak jauh dari bandara. Koper kami titip di loker, lalu kami pun mulai berkeliling. Di antara deretan toko branded dan diskon menarik, saya akhirnya membeli kacamata hitam  untuk perjalanan selanjutnya di Nepal. Setelah puas berjalan-jalan, kami naik taksi menuju Hotel Cozy KL Sentral, tempat kami akan bermalam. RAtenya IDR450,000/malam untuk sekamar bertiga. Hotelnya sesuai namanya cozy dan strategis sangat dekat dengan stasiun Monorail KL Sentral, Nu Mall, dan Nasi kandar.

Setelah checkin dan beristirahat sebentar, sore harinya kami keluar menuju Bukit Bintang, naik Monorail. Saat itu sedang berlangsung Malaysia Marathon, dan kami cukup beruntung menyaksikan para pelari melewati jalan utama menuju garis finish di Petronas Twin Towers. Suasana begitu meriah: sorak penonton, dan dentuman musik dari berbagai arah membuat sore itu terasa hidup.

Kami berhenti di Damascus, restoran Timur Tengah yang terkenal dengan shawarma-nya. Saya ikut mengantri di antara pengunjung lain yang cukup ramai sore itu, sementara Aya dan Nay mencoba mie ayam Hainan Chee Meng dan Mon Chinese Beef yang panjang antriannya. Setelah itu mereka bergabung di DAmascus. Tujuannya memang buat Aya dan Nay wisata kuliner meski cuma sebentar sekaligus napak tilas karena terakhir ke Bukit Bintang sekitar 10 tahun lalu. Cuci mata window shopping kami skip kuatir gak bisa menahan godaan belanja dan berdampak menambah beban carrier kami.

Kami lanjut menuju Petronas Twin Towers. Namun karena taxi online sulit didapat akibat jalanan ramai dan beberapa ruas ditutup untuk marathon, kami akhirnya memutuskan berjalan kaki. 
Sore hari, Kuala Lumpur ternyata menyenangkan untuk ditelusuri: udara hangat dan  jalanan yang kosong dengan kendaraan hanya ramai dengan pelari Malaysia Maraton.

Tujuan kami adalah Daily Dose Coffee, kedai mungil nan sederhana dengan pemandangan langsung menghadap Petronas. Di sana kami duduk cukup lama, menikmati kopi dan suasananya.  Terasa istimewa sambil melihat hiruk pikuk peserta maraton. Ditambah lagi lagu Poco poco diputar di panggung utamanya. Berasa bangga. 

Selurusan dengan cafe ini, ada juga satu lagi kedai yang viewnya Petronas namanya NZ Curry. Ini keren juga dan varian makanannya banyak. Enak dan terjangkau harganya.

Menjelang malam, kami berjalan menuju stasiun MRT Bukit Nanas, lalu naik kereta kembali ke KL Sentral untuk beristirahat. Jam 5 subuh, kami berkemas dan jalan kaki 5menit ke KL Sentral untuk menuju bandara. Tiket kami sebenarnya untuk Skybus AirAsia, namun ternyata jadwalnya digabung dengan bus lain. Tak masalah — yang penting kami sampai tepat waktu di KLIA Terminal 2, siap untuk terbang menuju Colombo.

Transit di Kuala Lumpur kali ini bukan sekadar persinggahan, dalam waktu kurang dari 24 jam, kami sempat berbelanja, mencicipi kuliner lokal, berjalan di bawah gemerlap kota, hingga menyeruput kopi dengan pemandangan terbaik di KL. Kadang, justru di sela perjalanan besar, kenangan inilah yang paling berkesan.



Leave a comment