OUR EUROTRIP REVIEW MAY 2012

Trip kami berakhir sudah. 16hari di eropa, semakin memperkaya pengalaman travelling kami. Kami berhasil menchallenge diri kami pergi ke sana dengan cara backpacking untuk pertama kali ke Eropa.

Total 7 negara dan 11 kota yang kami kunjungi. Amsterdam (Netherland), Prague (Czech), Budapest (Hungary), Warsaw (Poland), Rome, Venice, Florence, Pisa, Milan (Italy), Lucerne (Switzerland), Paris (France). ini sedikit review kami.

Amsterdam

Jangan takut tersesat. Banyak orang bertanya ngapain pergi jauh jauh tanpa pakai jasa tour, apa gak takut tersesat. Tersesat adalah hal wajar, bagaimana kamu mengharapkan seluruh perjalananmu berjalan sesuai rencana tanpa kesasar sementara ini merupakan pengalaman pertama ke negara itu. Alhamdulillah, kami gak pernah sampai kesasar terlalu jauh atau salah naik transportasi. Palingan cuman disorientasi arah, salah membaca peta, salah mengerti arah yang harus diambil. kalo sudah begitu, paling kami balik ke tempat semula dan menggunakan feeling.

Sistem transportasi sudah sedemikian baiknya di negara-negara yang kami kunjungi dan sistemnya kurang lebih sama di setiap negara. kalau biasa menggunakan transportasi umum seperti mrt/mtr di singapore, bangkok, hongkong tentu tak sulit untuk memahami cara kerja sistem transportasi disini. Hampir semua kota sudah menerapkan 1 for all, beli 1tiket day pass berlaku untuk semua moda transportasi di kota itu, metro, tram, bus, train. Ada yang berlaku hanya untuk hari itu, seperti di paris dan roma, ada yang berlaku sampai keesokan harinya pada jam yang sama divalidasi/dibeli seperti budapest, warsaw, amsterdam. Kami tidak berminat menggunakan bus wisata seperti bus hop on hop off, sight seeing bus atau jasa wisata lokal. Hanya di Amsterdam, kami menyempatkan diri ikut free walking tour. Pengen tau seperti apa free walking tour itu.

Map/peta merupakan hal yang sangat penting. Kami sangat mengandalkan free map yang mudah ditemukan dibandara, tourist information, di hostel. Kami tidak menyiapkan peta kota yang akan kami kunjungi dari indonesia. Di Rome dan Venice, kami harus membeli peta karena tidak ada yang gratis. Beberapa map gratis itu bahkan sangat detail sampai ke jalur transportasinya seperti di Prague dan Budapest. Nomor bus/tram yang menuju suatu tempat sudah tertera disitu, sisa kita memastikan disisi sebelah mana yang tepat untuk menunggu bus/tram yang akan membawa ke tempat tujuan.

Referensi. saya sebenarnya bertekad untuk mengandalkan informasi hasil googling dan hasil pertemanan di milis indobackpacker/backpackerdunia. Baca pengalaman orang melalui blog dan menyimak apa kata orang tentang hal yang kita ingin ketahui. Namun Amel sempat membeli buku Euro Trip Safe n Fun by Matatita dan Panduan hemat keliling Amsterdam, Brussel, Paris, Luxemburg & Trier by Sari Musdar, diberikan kepada saya sebagai panduan untuk mengatur trip ini. Gak terlalu saya pake dan gak saya bawa ke Eropa karena sebagian besar kota yang kami kunjungi berbeda dari yang ada di buku itu. saya juga punya ebook lonely planet seluruh dunia hasil sharing teman di milis. meski buku itu edisinya dibawah tahun 2009, tapi lumayan memberikan sedikit gambaran tentang suatu negara dan pada saat searching akomodasi. Setiap informasi hasil googling saya copy paste dan simpan, sayangnya saya gak punya waktu untuk merangkum dan membuatnya lebih ringkas dibaca. Karena gak punya cukup waktu pula, saya gak terlalu detil merencanakan sampai ke tempat yang akan dikunjungi. jadi what to see and what to do nya baru kami lakukan setelah tiba di negara itu, mendapatkan peta dan terkoneksi wifi. Saya hanya fokus mencari informasi transportasi antar negara dan akomodasi, karena itu hal yang terpenting, harus ada tempat yang harus dituju begitu tiba di suatu negara/kota dan how to get there.

Transportasi antar negara. Tadinya mau menggunakan bus malam atau kereta malam. Berangkat malam tiba pagi. Bahkan kami menyiapkan diri jika harus tidur di airport atau di stasiun kereta. Pertimbangan waktu dan kenyamanan yang bikin kami berfikir ulang. Naik bis/kereta berjam-jam sebenarnya tidak masalah buat saya. Udah terlatih dinas ke daerah berjam-jam via darat dan pulang kampung via darat sampai 20 jam lamanya meski pake kendaraan pribadi/dinas. Namun saya gak mau terlalu memaksakan diri apalagi ini trip pertama kami ke Eropa dan rata-rata kami hanya 2 malam di suatu negara. Kami juga masih punya banyak kekhawatiran mengenai kondisi disana, masih merasa serem dan belum punya bayangan utuh seperti apa disana. Kami memilih naik kereta atau naik pesawat. Lewat http://www.skyscanner.com saya rajin membuat simulasi dari mana mau kemana kemudian membandingkannya dengan harga tiket kereta. Mana yang lebih murah itulah yang akan kami ambil. Ada 4x penerbangan dan 2x perjalanan dengan kereta api yang kami book online. Ada beberapa transportasi kereta yang rencananya kami mau coba beli di tempat. Mencoba beli di tempat tujuannya adalah ingin tau prosesnya dan ada informasi bahwa beli di tempat bisa jadi dapat lebih murah.

Amsterdam-Prague Easyjet harga 78Euro, agak mahal sih, tapi harganya sama dengan naik kereta 10jam.

Prague Budapest, beli online, naik kereta harga 555Czk. Ada kesalahan disini, saya gak ngeh kalo tiket yang saya pegang hanya untuk 1 orang dan nama adik saya lagi. Tiketnya tercetak dalam bahasa Ceko, jadi kagak ngerti. Sedikit panik, karena baru tau 20 menit sebelum berangkat. Ke bagian ticketing, mereka gak mau bantu ngecek list penumpang yang beli online, mereka hanya menyuruh untuk beli tiket baru dan harganya 1512 czk. Pengalaman, periksa dengan teliti tiket yang dibeli online.

Budapest-Warsawa naik Wizz air harga 10,310 HUF. Lama perjalanan 1 jam

Warsawa-Rome naik Wizz air harga 260PLN termasuk bagasi. Lama perjalanan 2 jam

Rome-Venice naik Easy jet harga 34.5Euro. Lama perjalanan 45 menit.

Venice-Florence, beli di tempat, 43 Euro, beli di mesin tiket pake kartu debit mandiri.

Florence-Pisa, beli di tempat, 7Euro, beli di mesin tiket pake kartu debit mandiri

Pisa-Milan, beli online, 19Euro, tiket kelas 2, lama perjalanan 3 jam. Pada saat pemeriksaan, mereka punya alat untuk mengecek data penumpang yang beli tiket online. Malah ada penumpang yang cukup menunjukkan file ticket yang ada di gadget.

Milan-Lucerne, beli di tempat, kena harga mahal 102Euro karena harus beli tiket kelas 1, tiket kelas 2 habis. Beli di bagian ticketing, siapa tau ada opsi lebih baik karena sebelumnya udah cek di mesin tiket. Lama perjalanan 4jam.

Lucerne-Paris, beli di tempat, beli di bagian ticketing, kena harga mahal juga 170Euro, tiket kelas 2. Jenisnya kereta cepat TGV Lyria. Lama perjalanan 4 jam.

Pengalaman harus antisipasi jangan sampai kehabisan tiket, kalau bisa beli online. Kita jadi punya banyak waktu memilih sebelum memutuskan mana yang tepat untuk dibeli. Kalau beli di tempat, apa yang tersedia meski mahal ya harus diambil. Mana harus ngantri panjang untuk beli tiket, tersedia banyak mesin untuk beli tiket tapi kami juga membutuhkan informasi yang lebih banyak. Jika sudah punya tiket hasil beli online, gak perlu lama-lama mondar-mandir di stasiun kereta. Cukup menyediakan waktu 30 menit sebelum jadwal keberangkatan sudah ada di stasiun, mengecek papan informasi kereta dan platform, duduk manis menunggu kereta di platform yang benar.

Naik pesawat meski cepat sampai di tujuan, tidak terlalu praktis. Kita tetap harus menyediakan spare waktu sekitar 4 jam untuk gak terburu-buru ke airport. Airport rata-rata terletak agak jauh dari kota, biaya transportasi ke bandara juga cukup mahal, 5-10 Euro. Belum lagi kalo salah turun terminal atau bandaranya cukup luas, harus ngantri pada saat check in, harus memastikan bagasi gak overload atau harus bisa masuk di kabin, harus ngantri pada saat masuk ke ruang tunggu. Disana pemeriksaannya ketat banget, orang-orang udah menyiapkan diri buka jaket, topi, jam, ikat pinggang sampai sepatu. Saat boarding pun masih harus ngantri.

Naik kereta, lebih praktis. Stasiun kereta rata-rata terletak di tengah kota. Gak perlu mikirin bagasi yang seabreg. Gak ada proses check in, sisa naik ke kereta begitu keretanya datang. Pemeriksaan tiket hanya dilakukan pada saat kereta udah jalan kembali. Lamanya waktu perjalanan bisa dipakai untuk memulihkan tenaga.

Hostel. Secara keseluruhan saya cukup puas dengan hostel yang kami inapi. Berlokasi strategis, tidak sulit dicari, menekankan keamanan, dekat dengan halte bus/tram, dekat dengan sight seeing, cukup nyaman dan sangat bersih. Saya cukup surprise, kamar mandinya berada di dalam kamar kecuali di Twinminbak. Di Singapore dan KL, kamar mandi terletak di luar untuk kamar dorms. Wifinya kencang, bisa diakses sampai di tempat tidur, kecuali Stayokay hanya di area lobby. Masing-masing dapat loker berkunci di Papaya dan Archi Rossi, Stayokay dan absolute harus bawa gembok, hanya di Twinsminbak yang gak menyediakan loker. Kalau gak ada loker berkunci, barang-barang berharga kami pasti bawa jalan.

Saya lebih senang nginap di hostel, bisa bertemu dan berkenalan dengan backpacker seluruh dunia, berbagi informasi dan pengalaman, sekalian memperlancar Bahasa Inggris. Resepsionis hostel juga sangat membantu banget kalo mau nanya arah, kecuali di Papaya Female karena lokasi check in berbeda tempat dengan lokasi nginap. Hal-hal yang tidak kita dapatkan jika nginap di hotel. Susah menemukan hotel bagus dan murah di negara-negara yang kami kunjungi. Kalaupun ada, lokasinya yang gak bagus, fasilitasnya kurang ok, tambahan biaya jika perlu wifi, resepsionisnya susah ditanyain. Bisa jadi dapat hotel yang kamarnya bau macam-macam, kamar mandinya lembab, kurang terurus, ataupun dapat hotel spesialis esek-esek.

Nginap di hostel mesti punya toleransi yang tinggi. Bicara jangan terlalu keras terutama jam-jam tidur, beraktivitas di dalam kamar sebisanya jangan sampai mengganggu yang lain, tidak mengotori kamar dan kamar mandi, barang tidak berceceran dimana-mana. Itu merupakan code of conduct nginap di hostel.

Saya hanya mencoba 1 kali nginap menggunakan Couchsurfing. Saya sebenarnya masih serem mencoba nginap. Takut kenapa-kenapa. Tapi saya juga penasaran ingin mencobanya. Toh berdua ini. Ternyata nyesel gak mencoba lebih banyak. Bisa berinteraksi dengan penduduk lokal, mengetahui kehidupan dan kebiasaan mereka meski cuman sebentar dan penghematan luar biasa. Nginap 2 malam di hostel sekitar 50Euro, nginap di Couch surfing gratis, duitnya bisa dipakai untuk 10x makan tuh.

Secara kebetulan, di Budapest ditawari nginap di flatnya Mbak Shiva, teman milis. Di Lucerne, sempat mengemail teman milis untuk numpang nginap di rumahnya, sayang saya emailnya juga mendadak, jadi beliau belum bisa menerima. Tapi beliau masih membantu kami untuk mendapatkan Lucerne day pass.

Stayokay Amsterdam Vondelpark
Amsterdam
2 hari
76E
6 beds female dorms
Breakfast, Bed Linen

St Christopher Mosaic House
Prague
2 hari
50E
1 night: 2 beds private, 1 night: 26 beds female dorms
Bed Linen

Papaya Female Hostel
Rome
2 hari
54E
4 beds female dorms
Bed Linen, Kitchen

Archi Rossi Hostel
Florence
1 hari
26E
9 beds female dorms
Breakfast, Bed Linen, Kitchen

Twinsminbak Hostel
Lucerne
2 hari
59E
12 beds female dorms
Bed Linen, Kitchen

Absolute Hostel
Paris
2 hari
60E
4 beds female dorms
Breakfast, Bed Linen, Kitchen

Makanan. 16 hari perjalanan membuat kami harus membawa travel cooker, alat masak serbaguna buat masak nasi, indomie dan scrambled egg. Maklum kami susah kalau gak ketemu nasi. Kalau sehari dua hari tanpa nasi, perut kami masih bisa kompromi. tapi lebih dari itu, no way. Belum lagi masalah selera, makan pizza di italia rasanya lebih nikmat makan di pizza hut. Mereka sukanya roti yang keras seperti pan pizza basic, orang kita sukanya yang rotinya lembut. Sedangkan masakan india terlalu penuh rempah. Makanan untuk muslim seperti kami sangat terbatas. Kami tidak memakan daging ayam dan daging sapi disana karena memikirkan cara potong hewan tersebut belum tentu dengan cara yang halal. Belum lagi memikirkan wadah untuk memasak masakan tersebut bebas dari masakan tidak halal seperti babi atau tidak. Mcd, KFC, Burger King, restoran cepat saji tidak kami jadikan sebagai pilihan utama. Kami hanya membeli kentang dan fish filletnya. untuk pizza, kami memilih vegetarian pizza. kami baru makan daging kalo ketemu restoran kebab atau restoran halal. meski saya ngiler makan lasagna di tempat asalnya, hal tersebut tidak kami lakukan. Teman kami yang sudah lama tinggal di budapest, juga melakukan hal yang sama, di restoran hanya memesan menu non daging. Jadi kami membawa persediaan makanan. gak banyak sih antara lain tuna kaleng, ikan kaleng, abon ikan, abon sapi, indomie 5bungkus, mie gelas, sosis, beras 1liter. terhitung 3x kami belanja di supermarket. pertama di prague, beli beras. kedua di roma, mencoba bikin spaghetti jamur mayonaise sendiri, beli buah, telur, tomat, juice buah. ketiga di lucerne, beli telur, tomat, yoghurt, roti dan selai coklat. 2hari terakhir di paris, karena sepanjang jalan menuju hostel banyak sekali restoran halal/restoran kebab, kami membeli makanan disitu saja. saya gak tiap hari masak nasi. 1x masak nasi bisa untuk bekal kami 2harian. disana udara dingin, makanan gak mudah basi. bekal kami biasakan makan di jalan.

Air mineral cukup mahal disana. Beli di stasiun kereta atau di airport, 2.5Euro untuk botol 600ml. Beli di supermarket, pernah dapat murah 0,8 Euro untuk kemasan 1,5liter. Hanya gak setiap saat, kami ketemu supermarket. Karena itu kami menyiapkan botol minum untuk isi air minum dari kran. Selain itu saya juga bawa gelas minum bertutup tupperware untuk wadah minum kopi/teh dan sebagainya. Gelas minum itu juga kadang-kadang berfungsi untuk bilasan air pada saat pipis/bab. Rasanya gak bersih tanpa air.

Siang lebih lama daripada malam hari. di bulan may ini, waktu terangnya panjang sekali mulai dari jam 5pagi sampai jam 21. malah di paris masih terang sampai jam 21.30. subuh jam 03.30, maghrib jam 20.30 keatas. merupakan suatu keuntungan bagi kami yang berlibur karena bisa punya waktu lebih banyak untuk mengexplore. kalo kami tiba disuatu kota pada pagi hari, biasanya keliling sampai jam 7malam. kalo tiba siang sampai sore, biasanya kami pollkan untuk keliling keliling jam 10-11malam. yang gak enaknya kami jadi sangat susah untuk shalat subuh. baru tidur sebentar, sudah terang lagi. badan masih berasa capek, jam 06-07 kami sudah harus mandi, sarapan, beres-beres dan siap jalan lagi.

Cuaca. pertama kali kami tiba benua eropa pagi hari disambut dengan suhu 08 derajat. brr dingin. sore harinya tubuh kami sudah menggigil kedinginan. jadi 2malam pertama di amsterdam sudah gak sanggup keluar di sore hingga malam hari. tiap negara berbeda beda suhu udaranya. makin lama di eropa, kami makin sanggup menahan dingin. buktinya ada beberapa kota, kami gak perlu menggunakan jaket. di sana, meski cuaca bersinar cerah dan terik menyengat tapi angin dingin agak kencang.

Daya tahan tubuh. Perubahan suhu dari indonesia ke eropa, dari kota satu ke yang lainnya, tidur yang kurang, badan yang tiap hari terus bergerak, membuat daya tahan tubuh bisa melemah. untuk itu kami mendoping diri kami dengan multivitamin dan tolak angin. tolak angin sangat manjur untuk menghangatkan badan, saya aja yang gak pernah minum tolak angin diindonesia merasa wajib minum minimal sekali sehari ditambah salah satu dari imboost kaplet/pharmaton formula,fatigon, supradyn effevescent. Alhamdulillah fisik gak pernah drop. Selain itu kami juga membekali diri dengan obat flu, diare, dan antimo. Naik kereta kalo pas dapat tempat duduk yang membelakangi arah kereta, paling pas minum antimo biar gak pusing.

Komunikasi. saya gak membeli sim lokal sana. saya cukup membekali diri dengan sim halo telkomsel, cukup untuk komunikasi via sms untuk hal hal penting dan emergency. untuk laporan ke suami hampir setiap hari. kami berkomunikasi via skype video call. di hostel kan free wifi dan koneksinya kencang, jadi kami memanfaatkan fasilitas skype ini. Gratis. Saya juga masih punya sisa pulsa Skype yang saya beli dari tahun lalu. Pulsa skype digunakan kalo menghubungi hp. beberapa hari terakhir internet di rumah ngadat, jadi sy menghubungi suami ke hp dengan pulsa skype. tarifnya 800/menit. Total pulsa skype yang habiskan sekitar 5Euro sampai selesai trip.

Lama tinggal. Cukup 1 visa kita bisa masuk ke negara-negara Uni Eropa yang masuk dalam Perjanjian Schengen yang jumlahnya sekitar 28 negara. Hal tersebut membuat kami sedikit kemaruk mengatur rute kota yang akan kami singgahi. Mumpung bisa kesana. Rata-rata 2 malam di satu negara, kecuali di Italia 3 malam tapi sampai 5 kota kami singgahi. Meski gak ada yang meleset dari itinerary, hal tersebut membuat kami sedikit keteteran untuk memenuhi itinerary. Terutama di Italia, 2 malam di Rome, 1 malam di Florence, 3 kota lainnya Pisa, Venice, Milan hanya dayvisit. Pagi hari di Venice, sore hari di Florence. Esoknya, hanya sejam di Pisa, siangnya sudah di Milan menunggu kereta menuju Lucerne. 2 malam di suatu kota sebenarnya cukup, tapi memang harus sedikit memaksakan diri agar semua tempat wisata dapat dikunjungi. Jangan ditanya capeknya, poll. Tapi secara keseluruhan, kami menikmati setiap tempat yang kami kunjungi. Jika tempat tersebut kami anggap menarik, kami akan berlama-lama disitu. Kami tidak menargetkan berapa lama waktu yang akan kami habiskan di suatu tempat. Malah dibeberapa tempat, kami masih bisa nongkrong di taman melihat suasana di sana sembari menselonjorkan kaki dan makan bekal. Tidak seperti travelling pake tour yang selalu dibatasi waktu. Makan pake waktu, foto-foto pake waktu, belanja pake waktu dan sebagainya. Kami memulihkan tenaga atau istirahat pada saat di kereta antar kota atau di pesawat. Trip ini kami anggap sebagai perkenalan ke negara-negara Uni Eropa, pengen tau suasana suatu kota terlebih dahulu. Jika suka suatu saat kami akan berkunjung lagi. Jadi kalo fisik gak terlalu kuat sebaiknya tinggallah minimal 3 malam.

Travelling light is a must. Untuk memudahkan mobilitas, tentu saja tas travelling yang kita bawa jangan sampai membuat kita kerepotan. Dari bandara atau stasiun kereta kami hanya akan menggunakan transportasi umum selain taxi. Harus naik turun kereta dimana di stasiun kereta tidak semua bagian menggunakan eskalator. Nyambung-nyambung metro harus naik turun tangga, begitu pula harus menuju peron/platform tempat kereta kita. Naik turun bus, tas besar akan butuh space yang besar pula di bus sementara busnya bisa jadi penuh sesak. Belum lagi buru-buru mengejar kereta atau bis.

Dari awal, kami menargetkan hanya akan pake ransel yang tidak perlu kami bagasikan supaya kami tidak perlu membeli bagasi Easyjet ataupun Wizz Air, budget flight yang kami gunakan. Ukurannya harus kurang dari 50x40x20, batas maximal tas yang bisa dibawa masuk kedalam pesawat. Dan kami juga harus menyediakan space untuk daypack, karena ketentuannya hanya ada 1 tas yang boleh dibawa naik ke pesawat. Tas tangan, ransel kecil ataupun tas laptop harus disatukan dengan tas yang lainnya. Tujuan mereka adalah menghemat waktu boarding dan agar orang mau membeli bagasi pesawat. Tidak berjalan sesuai dengan rencana, kami akhirnya tetap harus membeli bagasi. Pesawat pertama, kami lolos tanpa bagasi dengan membuang sedikit barang-barang, kedua kena bayar di bandara 30Euro, yang ketiga dan keempat kami beli bagasi online seharga 15Euro dan 10Euro daripada degdegan melulu pada saat check in. Ketentuan bagasinya juga strict, hanya boleh 1 tas setiap pembelian bagasi. Jadi meski bisa max 20kg, bagasi gak bisa digabung. Yang saya bagasikan hanya ranselku saja, ranselnya Amel masih lolos masuk ke pesawat. Sy kurang tau tuh berapa liter kapasitasnya ranselnya Amel, tapi kurang lebih tas eiger yang sedang.

Saya memilih tas ransel yang beroda, selama disana tidak pernah sekalipun saya gendong. Karena dibagasikan, semua yang berat-berat masuk di tasku. Beratnya sampai 15 kg. Pada saat awal pergi beratnya sekitar 13kg.. Amel menggunakan ransel gendong yang berat awal pada saat berangkat sekitar 10kg. Kami berkesimpulan, untuk trip berikutnya berat ransel harus dikurangi menjadi <10kg bagaimanapun caranya.

Kami harus berupaya keras agar semua barang yang kami butuhkan bisa masuk ke dalam 1 ransel. 16 hari waktu yang cukup lama. Keperluan mandi dan alat makeup jadi 1 harus muat di tempat berukuran sekitar 10x12x4, kami menggunakan botol-botol kecil ala toiletries hotel, bawa yang dalam kemasan sachet., yang gak penting amat gak usah dibawa, begitu habis dibuang aja botolnya. Jadi makin lama makin berkurang volume. Untuk underwear, pake cd disposable. Pakaian 10 lembar yang ringan termasuk manset, jilbab, bawahan 5 lembar (1 jeans, 1 rok dan 3 celana kaos). Travel cooker dan makanan, kotak makan, botol minum, gelas minum. Alat sholat, handuk kecil, obat. Yang kecil-kecil saya kelompokkan dan masukkan ke dalam plastik zipper bag termasuk jilbab, jadi gak terlalu rempong untuk mencari atau mengatur barang-barang pada saat akan pindah kota. Pakaian digulung-gulung dikasih karet sehingga gak mudah berantakan. Pada saat akan pindah kota, jaket dan jeans wajib dipake supaya mengurangi volume tas, kadang-kadang pakaian kami dobel tujuannya juga biar gak kedinginan. Kami menganggap pakaian dan jilbab yang kami bawa masih cukup banyak, harusnya masih bisa dikurangi. Karena demi alasan kepraktisan, saya lebih suka pake topi kupluk plus jilbab ninja. Cuaca dingin membuat baju dan jilbab bisa berkali-kali dipakai tanpa takut bau keringat. Yang kami sempat cuci disana cuman underwear, kaos kaki atau pakaian yang kena noda. Kamera DSLR saya bawa tanpa tasnya bersama 1 lensa tambahan. Kesian ama kameranya tapi apa boleh buat.

Kami juga tidak berniat belanja, hanya fokus ke sight seeing saja. Kalopun mau belanja, niatnya nanti di stop-an terakhir yaitu di Paris. Jadi di kota yang kami kunjungi hanya membeli barang-barang kecil seperti gantungan kunci, tempelan magnet dan gelas kecil. Window shopping tidak terlalu kami lakukan, buat apa toh hanya bikin ngiler dan bikin repot kalo beneran harus dibeli. Di Paris, kami juga gak belanja apa-apa selain gantungan kunci. Duitnya udah habis buat keperluan biaya perjalanan…hehehe.

Beware of pickpockets. Dimana-mana ada peringatan ini, yang paling banyak di Negara Italia dan Paris. Di Rome, mobil polisi dimana-mana, polisi banyak sekali berjaga-jaga di tempat keramaian. Yang sedikit mengganggu adalah banyaknya para penjual souvenir yang kebanyakan dari India dan Afrika. Mereka agak getol menawarkan dagangannya. Kami terpaksa jadi Ms. No Thankyou. Pada saat naik bus menuju Pisa tower, seorang perempuan mengingatkan agar ransel saya jangan dipakai di belakang. Semua mesin tiket di Italia, layar awalnya juga mengingatkan agar berhati-hati dengan pencopet. Di Piazza Del Duomo Milan, kami juga terganggu dengan banyaknya orang Negro yang menawarkan gelang-gelang atau biji-biji jagung untuk makanan burung merpati. Di Paris, di Istana Versailles dan Musee du Louvre mengingatkan hal yang sama.

Kami mengantisipasinya dengan memisahkan paspor, kartu, dan duit ke dalam tempat tersendiri, yang bisa dikalungin dan dimasukkan ke dalam baju. Amel juga begitu. Ransel kadang-kadang kami taruh di depan, kadang-kadang di belakang. Di ransel sisa barang-barang berharga seperti hp, tablet dan kamera, yang kalo lagi sial mesti hilang juga, masih bisa pulang ke Indonesia tanpa ngurus sana sini.

Antisipasi yang lain, kami juga menyiapkan dokumen dalam bentuk soft copy dan pas foto. Sewaktu-waktu dibutuhkan kami mempunyai backup.

Travelmate. Ini juga yang paling penting, harus jalan dengan travelmate yang mempunyai visi misi yang sama. Jika tidak, akan banyak sekali timbul konflik kepentingan. Yang satu maunya belanja, yang lain maunya jalan saja. Yang satu maunya hemat, yang lain maunya serba gampang dan nyaman meski harus mengeluarkan duit lebih. Yang satu maunya memaksimalkan diri meski capek, yang lain maunya nyantai. Yang satu cepat, yang lain lambat. Yang satu sibuk ngurus kiri kanan, yang lain mau taunya beres saja. Yang satu tidak suka mengeluh karena memaklumi perjalanan, yang satunya mengeluh/mengomel melulu. Itulah sebabnya trip kali ini saya hanya jalan sama Amel, karena belum berani ngajak yang lain yang belum sepikiran dengan kami.

Beberapa kali saya menemani teman yang pengen mencoba untuk jalan ala backpacker ini. Yang ada banyak keluhan, capeklah, gak nyamanlah, gak santailah dan macam-macam lainnya. Jadinya kurang nyaman jalannya. Ada harga ada mutu, atau what you pay is what you get. Semakin nyaman tentu saja semakin besar biaya yang akan dikeluarkan.

Yang gak keberatan tidur dimana saja dan yang tidak mengeluh diajak jalan dalam kondisi apapun, yang cocok jalan ala backpacker ini.

Jalan sama saudara sendiri bukannya tidak ada konflik. Meski punya visi misi yang sama, pada saat-saat tertentu kami menjadi sensitif satu sama lain. Tapi kami sadar, kami harus mengalahkan ego kami supaya jalannya bisa enak kembali.

Persiapan fisik. 2 minggu sebelum berangkat, saya udah jogging 3 hari berturut-turut setiap minggunya. Medan jogging di Manado asik, penurunan dan pendakian. Hal ini sangat membantu sekali sehingga badan kami tidak mudah capek dan kaget didera jalan yang panjang.

Kurs dan mata uang. Beberapa negara memiliki mata uang tersendiri, Czech: Czech Koruna/CZK, Hungary: Hungarian Forint/HUF, Poland: Zloty/PLN, Swiss: CHF. Saya menukar rupiah ke Euro dengan kurs 1E=Rp 12100, Rupiah ke CHF dengan kurs 1CHF=Rp 9950. Mata uang yang lain ditukar di tempat atau tarik di ATM di negara itu. Di Prague, 50E ditukar menjadi 1050 Czk di Money Exchange di bandara dan tarik di ATM 600 Czk setara 74Euro. Duit itu cukup buat biaya transport, makan dan beli beberapa gantungan kunci selama 2 hari. Bayar hostel di Prague pakai kartu. Di Budapest, tarik di ATM 20,000HUF setara Rp 800,000. Duit segitu setelah dibelikan beberapa souvenir, masih tersisa sampai tiba di Warsaw yang kami tukarkan ke mata uang Poland menjadi sekitar 105PLN. Sampai kami terbang meninggalkan Warsaw menuju Rome, masih tersisa sekitar 30PLN, karena kami tidak membeli souvenir apapun disini hanya biaya transport dan bayar tiket masuk museum.

Nilai tukar uang di bandara Prague dan Warsaw juga gak bagus-bagus amat, tapi tetap harus ditukar karena butuh duit untuk bayar transport ke tempat nginap.

Tarik tunai dengan kartu debit di ATM sekali narik kena biaya adm berkisar Rp 20,000-25,000. Karena itu, kami mengupayakan agar tidak berkali-kali narik tunai.

Kartu debit seperti Mandiri, BNI, BCA bisa dipakai dimanapun semudah Kartu Kredit. Kursnya malah lebih murah ketimbang tukar tunai di Indonesia. Sebagai contoh tukar tunai rupiah ke Euro Rp 12100, kurs yang dipakai di debit Rp 12,044. Tentunya ini berubah-rubah sesuai kurs yang berlaku pada hari itu. Tapi selisih sedikit gak masalah, daripada ribet.

Saya juga baru tau, bahwa saya juga masih bisa bertransaksi lewat internet banking. Via sms banking pasti bisa, tapi kena biaya pulsa sms international. Jadi bisa transfer, beli tiket dan beli pulsa via internet banking.

Biaya.

Pertama, Tiket pesawat jakarta eropa yang memakan biaya paling besar, paling murah adanya diharga 7jutaan return. Lebih murah lagi kalo startnya dari Singapore, karena dari sana pesawat yang mau ke Eropa sangatlah banyak, low mempertimbangkan dari sisi waktu.

Kedua adalah transportasi antar kota antar negara. Tips dari saya lebih baik beli online sepanjang memungkinkan. Beli di tempat hanya membuang waktu untuk mengantri, membuang waktu untuk mencari informasi dan bisa jadi kehabisan tiket atau harganya lebih murah online. Beli jauh-jauh hari lebih murah. Ada teman milis yang hanya menghabiskan 180Euro untuk total biaya transportasi lokalnya, tipsnya beli 3-6bulan sebelum keberangkatan dan harus berani membookingnya sebelum visa disetujui.

Ketiga, akomodasi berkisar 25Euro perhari. Masih banyak hostel dibawah harga itu, pintar-pintar memilih saja.

Keempat, konsumsi berkisar 5-10 Euro perhari, kecuali seperti kami yang masak-masak.

Kelima, tranportasi lokal, berkisar 5-10 Euro perhari

Keenam, tempat wisata berbayar, berkisar 10-20Euro/tempat. Kami kebanyakan memprioritaskan ke tempat wisata tak berbayar, kecuali tempat wisata berbayarnya worth to see.

Ketujuh, biaya visa 700rb, travel insurance 390rb.

Komponen biaya kami harus ditambah dengan transportasi Manado-Jakarta, Amel transportasi Ternate-Jakarta. 1x untuk pengurusan visa, 1x kali untuk keberangkatan. Nasib orang daerah, jadi berharap bisa pindah ke Jakarta, dan sekitarnya hehehe.

Itulah rangkuman perjalanan kami. Banyak suka dukanya, banyak pusingnya tapi tidak membuat kami tidak menikmati setiap detik perjalanan kami. Justru itu yang kami cari dalam setiap perjalanan. Menjadikan kami banyak tau, banyak merasakan dan banyak melihat. Mumpung masih kuat dan masih muda.

Dengan travelling ala backpacker, gak harus nunggu sampai punya uang banyak. Nilainya bisa 1/3 atau ½ harga dari perjalanan yang menggunakan jasa tour. Tentunya masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Travelling dengan menggunakan jasa tour, sisa duduk manis dipesawat dan di bis, langsung masuk kamar hotel berbintang, makan sudah tersedia, tidak bau keringat, tinggal foto-foto dan belanja, semuanya sisa diurusin. Tapi harga yang dibayar juga sesuai dengan yang didapatkan. Sekali lagi what you pay is what you get. Saya juga mau kalau dibayarin. Kalau gak gratis, mending mencari jalan sendiri. Ada nilai yang tidak kita dapatkan pada travelling dengan ikut tour yaitu jadi tau jalan dan interaksi dengan penduduk setempat. Paling interaksinya sebatas dengan pedagang tempat belanja dan tour guide lokal. Jalan ala backpacker membuat harus berinteraksi dengan siapa saja, petugas di loket, teman sekamar di hostel, pada saat bertanya di jalan, di kereta, di bandara dan sebagainya.

Tambahan pengalaman ini membuat saya jadi lebih pede untuk travelling ke belahan dunia manapun. Siap-siap menabung untuk jalan ‘besar’ di 2016, tahun dimana saya dapat cuti besar 45 hari. Amin.

Baca juga:

Paris, Our Last Stop

MOUNT TITLIS, THE MOST EXPENSIVE JOURNEY, BUT WORTH TO TRY

GAK SEMPAT KE PIAZZA MICHELANGELO (FLORENCE) DAN FOTO EXPRESS DI PISA TOWER

3 JAM DI VENICE

BANYAK TURIS DI ITALIA

Advertisement

29 thoughts on “OUR EUROTRIP REVIEW MAY 2012

      • halo Mba,… setelah ini jalan kemana lagi? saya jg punya pengalaman jalan sm tmn yg ngga satu visi & misi yg sama. ngga enak banget. Seperti visi Mbak sama dgn saya. tidur dmn aja OK. salam.

      • tetap jalan terus dong. saya gak bisa kalo gak punya stock tiket hahaha.. jalan2 belakangan ini selalu jalan rame2 tapi sebelum berangkat mereka dicuci otaknya dulu jadi minimal gak rewel, praktis dan siap diatur…hihi… salam kenal ya mas

      • januari renc mau umrah backpacker, may mau euro trip tapi ini udah sepakat ladies only berdelapan. bulan sep atau okt pengen ada 1 tujuan lagi, kalo ini belum beli tiketnya. masih nyari best deal, tp kepikiran ke beijing

      • Ohhhh. Sdh full ya. Heheheh. Selain Beijing, ada tujuan alternatif ? Berhubung saya sdh pernah kesana? Kl ke Australia sdh pernah? Trims

      • udah pernah ke perth, melb, sydney walau cuman sebentar. renc lainnya tapi masih lamaa, 2017 panjang umur sy mau ke newyork dan moscow (mau coba naik trans siberia railway dari beijing)

      • Oic. Kl NZ sdh jg? Wkt saya ke Beijing, memang ada trans siberian railway. Itu sekitar USD 2000 wkt saya tanya di stasiun. Dan masuk ke Russia jg tdk mudah. Tq

      • Oic. Sdh pernah ke NZ? saya dulu waktu ke Beijing pernah tanya tiket ke Moscow di stasiun. Kira-kira USD 2000. Dan masuk ke Russia agak susah. CMIIW. Tq

      • NZ belum. iya itu juga udah masuk planning tapi entah kapan, soalnya waktunya yang susah cuman ngandalin cuti 12hari kerja sementara banyak yang yang pengen dikunjungin hihi. asik juga tuh sewa campervan keliling nz.

  1. Pingback: BUDGET OF MY EURO TRIP | Penyukajalanjalan

  2. Salam kenal mb.. asyik banget ya mb bisa jalan2 keliling eropa tanpa travel agent.. sy dan keluarga jg suka jalan2 tanpa travel walaupun baru negara tetangga.. jd pengen kesana jg.. thanks sharing nya mb

    • salam kenal juga mbak, segalanya bisa diurus sendiri berkat kemudahan akses internet… yang mahal itu biaya transportasi masuk/keluar dan biaya ke mt titlis swiss, jika itu diskip, biayanya bisa lebih murah… thanks mbak atas atensinya di blog saya…

    • salam kenal juga mbak. semuanya jadi gampang diurus karena kemudahan akses internet. Pengeluaran bisa lebih murah kalo swiss diskip dari daftar renc kunjungan, soalnya transportasi in n out serta biaya ke mount titlis yang lumayan besar. thanks atas atensinya….

    • Ke negara2 selain yang sdh dikunjungi seperti jerman, spanyol, greece, belgium, luxembourg. Inggris masih tentative, soalnya jadinya hrs urus visa 2x (schengen n inggris sementara domisili bkn di jkt). Trus entry pointnya antara paris atau amsterdam. Kalo ingin gabung silakan, asalkan gaya travellingnya seperti yg sy ceritakan diatas. Beberapan teman yg biasa travelling sama saya juga banyak yg minat. Kalo ada yg ingin ditanya2, email saya dewi_msari@yahoo.com

  3. nyasar di blog ini karena cari referensi untuk umroh bulan Maret 2016, and feel grateful… indeed, salam kenal Mba, thanks sharingnya… #dapet guru baru, yeaay!

  4. Hai mba salam kenal,lagi browsing backpacking europe dibawa kesini..btw mei 2016 blh tau rencana travelin kemana?kebetulan saya uda pegang tiket jg utk mei 2016 ke eropa,siapa tau boleh gabung..hehe,jalan sendiri soalnya.trims

    • tiket 5-15mei2016, masuk dari amsterdam keluar dari venice. blm punya itinerary fix. karena ini trip yang kedua jadinya 80% harus negara baru (spanyol, maroko (blm fix), belgium, negara lain (tergantung harga tiket antar negaranya murahnya ke mana). sisanya paris, amsterdam, venice (3tempat ini udah pergi, tp ini request dari travel mate sy yang baru mau pertama kali kesana). model tripnya ala amazing race hihihi maklum cuman punya 10 hari. japri ke email dewi.penyukajalanjalan@gmail.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s