Mencari penginapan untuk 14 orang itu susah-susah gampang. Pilihan sudah gak banyak terutama kalo pengen menginap di hostel. Jarang hostel yang mau menerima grup atau rombongan, mungkin karena berpotensi menimbulkan kegaduhan, berpotensi mengganggu kenyamanan traveller lain dan biasanya jadi kurang peduli atau tanggap dengan lingkungan sekitar. Apalagi kalo ada anak kecilnya. Jadi saya memilih booking hotel saja.
Selain hotel maupun hostel ada beberapa alternatif tempat menginap di Jepang diantaranya:
Internet cafe, biasanya traveller tipe petualang dengan budget terbatas nginap disini atau dimanfaatkan para pekerja Jepang yang ketinggalan kereta terakhir. Tarif rata-rata cuman sekitar 980yen untuk private booth selama 5 jam, sekitar 1500yen selama 10jam dan bisa juga per jam. Kalau cuman butuh untuk meluruskan badan, bisa memilih menginap disini. sebagai perbandingan, dorms di hostel rata-rata 3000-4500yen
Love Hotel banyak sekali di Jepang, jumlahnya saja sudah lebih dari 37,000 love hotel. Typical rumah Jepang yang kecil dan sempit dan kebutuhan akan ruang privasi yang lebih besar, menyebabkan banyak pasangan yang legal maupun yang ehem-ehem di Jepang memilih love hotel. Terbuka juga bagi couple traveller.
Capsul/cabin/kubikel, merupakan bentuk lain dari hostel. Kalo standar hostel, menggunakan tempat tidur bertingkat yang terbuka. nah kalo model kapsul, ditutupi oleh dinding. Kapsul hanya seukuran tempat tidur, di dalamnya tersedia berbagai fasilitas seperti tv dan headset, lampu, meja kecil yang bisa dilipat, colokan listrik. Perhatikan ukuran kabin jika ingin menginap disini jangan sampai kayak berada dalam peti mati yang ditutup dari samping, hihihi. Salah satu teman saya request jangan pesan model kapsul karena dia takut berada di dalam ruangan kecil.
Apartemen/rumah pribadi yang bisa dibooking via airbnb.com . Sampai sekarang saya masih belum berjodoh booking via web ini. Harganya juga belum dapat yang pas. Kebanyakan apartemen/rumah pribadi adalah properti khusus sewaan, jadi harus janjian dengan pemilik atau penjaga. Gimana dong kalo saya mau taruh barang di tempat menginap sebelum tiba waktu check in, dan nitip barang sesudah waktu check out. Ini merupakan salah satu fasilitas wajib yang saya butuhkan dalam memilih penginapan.
Di Osaka, kami menginap di Taiyo Business Hotel. Hotelnya kecil saja berlantai 9, sederhana tapi bersih. Harga perkamar 4500Yen maksimal 2 orang, harga kamar single 2800Yen maksimal 1 orang. Kamarnya model Japanese Style. Lantai tatami dan kasur lipat ala Jepang (futon). Kamar mandi diluar, terpisah antara toilet dan shower room. Khusus shower room, tidak semua lantai tersedia. Harga segitu termasuk murah, jika dibandingkan dengan hotel lainnya di Osaka dan hotel yang dipesan di Tokyo 10,300Yen/malam. Hotel lain yang mirip-mirip harganya yang sering dipesan para traveller dan berada di dekat hotel Taiyo adalah Toyo Hostel. Reviewnya menurut feeling saya, bagusan Taiyo Hotel sih. Waktu check in adalah jam 2sore dan waktu check out jam 10pagi. Pas check in, petugasnya memastikan bahwa jumlah orang yang memesan kamar tidak melebihi kapasitas kamar dengan meminta semua paspor. Ada 1 anakku yang rencananya nebeng sama saya, karena umurnya baru 10 tahun dan badannya kecil dikasih kena charge 1000yen.


Fasilitas lainnya:
- Ada lift
- Free wifi untuk dikamar, ada PC tersedia di lantai 1 dan kabel LAN jika ingin terhubung dengan laptop sendiri di area lobby
- Vending machines (Beer, Sake, Juice, Cigarettes, razors) operating 24 hours a day.
- Coin-operated laundry room.
- Free DVD player rental.
- Bicycle rental is available for JPY 500 per day.
- Ada juga public bath Japanese Style dengan waktu mandi antara pria (4sore-9malam) dan wanita (9malam-12malam) berbeda.
- Tersedia handuk, sikat gigi
- Shampo dan Body wash tersedia di shower room
Cara menuju ke hotel ini:
Dari airport, naik kereta Nankai Line turun di Shin Imamiya Station, kemudian jalan kaki 6 menit melewati 1 lampu merah.
Dari tempat lainnya, bisa juga naik Subway Midosuji Line (red Line) , turun di Dobutsuen Mae Exit 2, kemudian jalan kaki 1 menit.
Rata-rata traveller hanya menginap 1 malam, kemudian melanjutkan perjalanan ke Kyoto dan nginap disana 2-3malam. Kami menjatah waktu di Osaka dan Kyoto, totalnya hanya 2 hari 1 malam. Hihihi. Sebenarnya kurang banget waktu yang dialokasikan disini, tapi karena ada beberapa teman yang pulang sehari lebih cepat, apa boleh buat, kami hanya mengunjungi yang penting-penting saja. Memilih nginap di Osaka ketimbang di Kyoto, karena alasan kepraktisan saja. Kami sudah menginap dibandara, pengen taruh barang pagi hari di hotel meski belum bisa check in, trus ke Osaka Castle lanjut jalan-jalan ke Kyoto. Besoknya juga begitu, check out pagi-pagi tapi masih taruh barang, trus ke Kyoto, balik lagi ke Osaka ambil barang kemudian ke terminal Willer bus di Umeda Sky Building. Sebenarnya bisa juga gak perlu balik ke Osaka, karena bisa pesan tiket Kyoto-Tokyo dan naik di Kyoto. Tapi bingung juga mau taruh barang dimana, ketimbang sewa locker di stasiun mending naruh di hotel saja.
Dannn ternyata lebih murah kalo reservasi di websitenya http://www.hotel-taiyo.com/ ketimbang di booking.com. Baru ngeh pada saat nulis ini.
Karena suatu kejadian tak terduga, saya booking First Cabin, hotel kapsul di Kyoto. Keren banget dan harganya juga termasuk murah. First Cabin Kyoto berjarak 100 meter dari Stasiun Subway Shijo, Harganya 3000Yen via Booking.com, kalau go show malah dikasih 3900Yen. Kamarnya lengkap dengan TV LCD 32 di masing-masing kapsul, meja, AC, baju piyama, handuk, kabel LAN Internet.


Di Tokyo, kami menginap di Sakura Hotel Ikebukuro. Sebenarnya saya booking hotel ini untuk keperluan pengajuan visa, rencananya setelah dapat visanya, bookingan akan dicancel dan nyari yang lebih murah tapi tetap nyaman. Hanya saja setelah meriset kesana kemari, gak dapat hotel yang lebih murah dengan lokasi strategis dan reviewnya bagus untuk 6kamar. Kalo hanya nyari 1-2 kamar, masih banyak hotel yang available. Beberapa hostel juga masih available, cuman sayanya yang gak enakan milih penginapan jenis hostel buat grup saya, apalagi ada 2 ibunya teman ikut. Padahal ternyata mereka orangnya asik-asik aja tuh.

Hotel ini terdiri dari 2 gedung, sebelah menyebelah. Hotel ini juga punya 3 type tempat menginap: private room with western style, private room with japanese style dan dormitory. Kami memilih kamar western style. Kamarnya kecil banget, tempat tidurnya aja ukuran no 3 lebar sekitar 120cm. Memang disebutkan tempat tidurnya adalah small double bed. Dan rata-rata hotel bintang 2-3 di Jepang seperti itu, ukuran kamar dan tempat tidur dobelnya kecil. Tidak termasuk sarapan. Mereka menyediakan sarapan self service dengan harga 350yen seperti Roti, sup, teh dan kopi. Hair dryer, setrika, payung tersedia on request minta di resepsionist. Ada coin operated laundry untuk nyuci 200yen, pengeringnya 100yen. Saya sempat mencoba fasilitas cucinya. Ada juga dapur bersama di lantai 6 dan 7. Free wifi sampai di kamar, not bad. Harga 31,000yen untuk 3 malam
Tiap malam, cafenya ramai banget dengan pengunjung. Mungkin enak kali ya makanannya bagi mereka. Ada juga ramen instant halal yang tersedia di resepsionis 200yen.

Cara menuju kesini:
Dari Narita airport, naik bis 1000yen sampai Tokyo station, trus nyari petunjuk arah ke subway Marounochi Line. Naik subway turun di Ikebukuro station. Keluar di exit C6, lalu ke arah kiri, menyeberang jalan, kearah kiri. Ada 7-11 disudut, hotel Sakura keliatan dari situ. Sekitar 5 menit jalan dari exit C6.

Leave a reply to Susanti Wasito Cancel reply