Ajakan dari Mbak Sari untuk ikut open trip ke Gunung Parang langsung disamber. Soalnya udah lama kepikiran mau kesana tapi belum ada temennya. Mau ngajak anak, too risky. Ngajak rekan kerja, harus yang sama passionnya. Biar bisa bertanggung jawab atas diri masing-masing.
Lebih dari separuh yang ikut opentrip udah pernah manjat di Gunung Parang, tapi beda operator dan waktu itu ngambil jarak yang paling rendah yaitu ketinggian 750 Mdpl. Sekarang mereka pengen nyoba yang 900 Mdpl. Saya diminta bayar belakangan saja, kalo sanggupnya nyampe 750 Mdpl ya bayar paket skywalker 750Mdpl.
Gunung Parang merupakan gunung pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan via ferrata. Via ferrata berasal dari kata bahasa Italia yang artinya jalur besi. Via ferrata terbanyak berada di Italy dan negara Eropa lainnya, digunakan sejak Perang Dunia I untuk memindahkan pasukan dan logistik dari satu tempat ke tempat lainnya. Jumlahnya lebih dari 1000 via ferrata. Namun via ferrata yang tertinggi di dunia ada di Mountain Torq yang berlokasi di Mount. Kinabalu Malaysia. Via ferrata Mountain Torq start dari ketinggian 3200Mdpl dan finish di 3,776Mdpl.
Berangkat sendirian sekitar pukul 5.30am dari Bandung ke Purwakarta keluar di pintu tol Jatiluhur Cigane km84. Meeting pointnya di sekitar situ, biar barengan jalan sampai ke kaki gunung Parang. Kita akan melalui jalur alternatif yang sedikit memutar tapi akses jalannya lebih baik. Perjalanan menuju kesana akan melewati Plered yang terkenal dengan kerajinan tanah liat berbentuk guci dan pot.
Begitu nyampe, kita siap-siap untuk memakai peralatan safety seperti seat harness, safety lanyard dan helmet. Saya tadinya pake baju agak panjang jadinya ganti baju dryfit (baju lari) supaya lebih nyaman saat beraktivitas dan saat harness dikencangkan gak tampak aneh. Sedapat mungkin juga barang bawaan kita keatas gak terlalu banyak. Saya hanya bawa 1 botol air mineral ukuran 330ml yang saya taruh di tas selempang kecil, hp, kacamata hitam, dan pake sarung tangan yang keliatan jarinya. Jangan lupa double sunscreen karena matahari bisa jadi sangat terik.
Ada 3 guide yang akan memandu kita. Dimulai dari melakukan stretching terlebih dahulu kemudian dilanjut doa dan foto bersama dengan latar belakang Gunung Parang. Setelah itu kita jalan dikit sekitar 500meter untuk sampai di titik dimana kita mulai memanjat. Disitu kita dibriefing terkait cara memanjat safety dengan penggunaan 2 carabiner. Carabiner itu peralatan keamanan yang dilengkapi dengan pengunci untuk mengaitkan tali/lanyard dari harness ke tangga besi ataupun sling baja. Jadi saat memanjat, kita harus mengaitkan 2 carabiner di sling baja kemudian memanjat sampai carabiner mentok dan dipindahkan lagi ke sling baja berikutnya. Terkadang kita juga mengaitkan 1 carabiner di tangga besi bawah dan satunya lagi di tangga besi atas sesuai dengan jangkauan tangan kita. Jalurnya tidak hanya vertikal tapi juga horisontal. Dan dipastikan carabiner terkunci dengan aman demi keamanan kita. Tangga besinya dikatakan sangat aman, karena mampu menahan beban hingga 800kg.
Mbak Sari 1 mulai paling awal, ternyata dia nyalinya banyak banget padahal hampir seumuran saya. Saya memilih berada di tengah-tengah. Deg degan banget saat mulai. Dalam hati, bisa gak ya bisa gak ya. Jangan sampai gagal di tengah jalan dan menghambat orang-orang yang ada di bawah. Diatas saya ada mbak Sari 2 (ada 2 orang yang bernama Sari) dan anaknya. Kecepatan saya sesuaikan dengan mereka, biar bareng-bareng terus, gak terlalu cepat tapi juga gak terlalu lambat. Mereka berhenti, ya saya juga berhenti buat jeda sejenak dan tarik nafas. Sempat juga mereka persilakan saya duluan tapi yang diatas saya cukup cepat jadinya saya gak santai dan minta kembali di bawah mbak Sari. Trus dont look down kalo gak punya nyali ntar mempengaruhi secara psikis.
Pas di tengah-tengah tebing mikir apa sih yang dicari? Mau lanjut naik, udah exhausted. Panas menyengat secara itu sekitar jam 12siang, udah lelah, harus menghemat minum pula. Tapi mau turun udah nanggung juga. Dan masalahnya gak ada yang mundur. Jadi ya udahlah pasrah saja sambil menyelesaikan challenge ini. Beruntung juga pake sarung tangan setidaknya mengurangi keringat di tangan dan jadinya gak terlalu nyeri bersentuhan dengan tangga besi. Tidak henti-hentinya mengucap alhamdulillah untuk setiap langkah maju yang dibuat. Eh tau-tau malah udah nyampe ke Dataran Noh tempat tujuan kita di ketinggian 900Mdpl. Alhamdulillah. Guidenya lalu mengatur kursi, memasang hammock trus ngeluarin es teh manis. Alhamdulillah, seger kembali. Pemandangan cantik banget. Kita bisa melihat waduk Jatiluhur dari atas.
Hard to go up then harder to go down.
Kalo naik kita mengangkat badan dikit, turun pun sedikit lebih susah. Karena kita mau tak mau harus nengok kebawah dan turun dengan sangat hati-hati. Salah pijakan bisa berdampak fatal. Saya pun memanfaatkan seluruh anggota tubuh untuk proses turun, beberapa kali ngesot turun mengandalkan pantat. Celana sampai ada sobeknya dikit, hehe.
Ternyata setelah 150m turun, untuk selanjutnya kita akan turun dengan cara rappeling yaitu salah satu cara menuruni ketinggian dengan media tali. Turunnya berdua-dua, akan ada guide yang mengulur tali disaat kita mulai turun sambil menapaki tebing. Sambil mengantri turun, kita satu persatu foto di tempat yang paling epik. Pas giliran saya turun, pasangan saya turun gak pede turun dengan cara begitu. Jadi begitu tali mulai diulur, dianya agak histeris dan panik. Jujur ini mengganggu secara psikologis, tapi mau tak mau saya mencoba untuk menenangkan supaya Mbak Dini itu bisa lanjut turun. Sayangnya kami tidak diberitahu oleh guide ada akan ada cekungan sehingga begitu tiba disitu saya gak siap dan terayun-ayun sampai punggung terbentur tebing tapi gak keras kok benturannya. Sepatu saya jatuh dua-duanya (saya pake sepatu kets yang gak bertali). Melihat itu mbak Dini sempat panik lagi, untungnya gak berapa lama saya bisa mengendalikan kembali tali dan turun sampai tiba di daratan. Sebelah sepatu berhasil saya temukan tapi satunya lagi jatuhnya agak jauh dan guidenya yang akan ngambilin jika semuanya sudah selesai turun. Jika udah terbiasa, rappeling itu enak karena bisa sampai lebih cepat ke bawah.
Kurang lebih sekitar 5 jam mulai dari proses naik hingga proses turun.
Alhamdulillah.