Mengurus visa Schengen sering kali menjadi langkah awal yang menegangkan bagi siapa pun yang ingin menjelajahi Eropa, terutama bagi saya yang memulai proses ini melalui Kedutaan Italia di Indonesia. Berbagai cerita di internet tentang susahnya bikin appointment, hingga kemungkinan penolakan membuat saya sedikit nervous. Kalau untuk saya pribadi sih, saya gak terlalu kuatir. Insya allah visa lolos, secara ini pengurusan visa Schengen yang ke 5 yang saya urus sendiri tanpa menggunakan jasa travel agent. 3x melalui Kedutaan/VFS Belanda, 1x melalui TLS/Kedutaan Prancis. Tapi saya akan pergi berlima dengan keluarga, meski mereka juga sudah pernah punya visa Schengen sebelumnya, tapi tetap kuatir jika ada yang visa turisnya ditolak.
Saya issued tiketnya H-12bulan. Lama yah. Maklumlah, saya budget traveler jadi untuk mengatur biaya traveling saya bagi 2 tahap. Tahun lalu untuk beli tiketnya dan tahun ini buat biaya perjalanannya. Tiketnya bukan yang harga promo banget meski jauh-jauh hari belinya. Tapi saya suka kepastian, dan ternyata memang itulah harga terbaik sampai berangkat. Tiket Saudia Airline Jakarta-Milan pp, plus transit 4 hari di Saudi Arabia di rute kepulangan yang bisa dimanfaatkan untuk umrah. Harganya 9.1juta/orang dan semuanya tanpa bagasi checked in. Harusnya saya beli 1 tiket yang harga tiketnya sudah include bagasi 2x23kg, tapi udah terlanjur beli semuanya tanpa bagasi.
Tempat pengajuan visa Schengen dipilih berdasarkan negara tujuan terlama di Eropa minimal 3 hari atau negara pertama yang dituju. Saya tiba pertama di Italia dan rencana juga akan terlama di Italia. H-6bulan atau sekitar bulan April, saya sudah mulai mencari slot temu janji ke Kedutaan Italia. Saat itu prosesnya yang tadinya pengurusan visa melalui VFS Italia di Kuningan City sempat dialihkan ke kedutaan Italia. Dan susah banget dapat slotnya. Hampir tiap hari ngecek, pagi, siang, sore, malam. Ada yang share pengalaman, dia sampai email berkali-kali minta slot manual, karena slot onlinenya selalu penuh. Ada yang dapat slot manual ada juga yang tetap diminta untuk cek berkala secara online. Kemudian dari Kedutaan Italia dialihkan lagi ke VFS tapi bukan di Kuningan City lagi. Dulu satu lokasi dengan kebanyakan VFS Visa Schengen negara lainnya. VFS Italia yang baru lokasinya ada di Chubb Square, Thamrin. Kata orang VFS, Kedutaan Italia yang minta agar VFS Italia terpisah sendiri dari VFS Schengen lainnya. Saya pilih tanggal temu janji 29 Juli. Slot datang ada yang jam 08pagi ada yang jam 08.30. Alhamdulillah. Padahal sempat kepikiran, kalo belum dapat slot juga mau coba apply visa Schengen Prancis. Setelah dapat slot temu janji, barulah mulai mengisi formulir aplikasi.
Berikut dokumen untuk pengajuan visa turis yang saya siapkan yang kurang lebih sama saja dengan pengurusan visa schengen di VFS negara lain:
- Formulir aplikasi visa Schengen (diisi lengkap dan ditandatangani)
- Paspor asli (masa berlaku minimal 3 bulan setelah tanggal kepulangan, dengan setidaknya 2 halaman kosong). Paspor Aya dan Ghazy jenis paspor yang tanpa kolom tanda tangan, jadi mereka saya minta ke imigrasi untuk mengurus endorsement tanda tangan. Ini buat jaga-jaga saja, meski saya gak tau pasti apakah pengurusan visa Italia wajib ada endorsement tanda tangan.
- Foto paspor (ukuran 3.5 x 4.5 cm, latar belakang putih). Cuman Ghazy yang menggunakan foto terbaru, yang lain pakai yang ada saja.
- Asuransi perjalanan (dengan cakupan minimal €30,000 untuk seluruh area Schengen). Ini saya beli di Trav… namanya Zurich Travel Insurance Basic Visa Schengen, berlima total harga 587ribu, coverage 11 hari untuk wilayah Schengen dan Saudi Arabia.
- Bukti akomodasi (reservasi hotel) yang lengkap sesuai dengan itinerary.
- Bukti keuangan (rekening koran 3 bulan terakhir dan slip gaji saya). Persiapan lain adalah mempersiapkan rekening tabungan dengan cash flow paling tidak selama 3 bulan sampai selesai pengurusan visa. Ini digunakan sebagai lampiran bukti keuangan yang dimiliki. Semua menggunakan rekening sendiri kecuali Ghazy yang masih 6tahun. Untuk patokan minimum saldo rekening untuk traveling ke Italia, bisa menggunakan tabel dibawah ini berdasarkan durasi trip dan jumlah orang dan perhitungan biaya ini diluar biaya tiket pesawat dan akomodasi.
Untuk Ghazy, saya tambahkan surat keterangan dukungan finansial dari saya. - Tiket pesawat pulang pergi
- Rencana perjalanan (itinerary lengkap meliputi tanggal, uraian, hotel, negara tujuan). Itinerary yang saya lampirkan belum mengambarkan itinerary yang sebenarnya yang akan dijalani. Misalnya untuk trip 7 hari, saya hanya bagi ke dalam 3 tujuan (Milan, Zurich, Cinque terre) sehingga pemesanan akomodasinya pun bisa lebih ringkas. Saya booking 3 akomodasi untuk 3 tujuan tersebut tanpa pikir panjang alias belum melakukan seleksi sesuai kriteria dan harga yang diinginkan. Dan pilihnya yang gratis pembatalan. Nanti saja jika sudah dapat visanya baru berkutat dengan itinerary dan dimana mau menginap.
- Bukti pekerjaan/bukti kuliah (yang saya lampirkan surat keterangan kerja sekaligus izin cuti dari kantor saya, surat keterangan yang dibuat paksu yang menjelaskan pekerjaannya mengelola airbnb dan rumah kos, surat keterangan kuliah anak-anak saya.
- KTP, Kartu Keluarga, Buku Nikah
Pada hari temu janji, jam 08 pagi kami sudah masuk ke dalam ruang tunggu. Ke lima dokumen diperiksa oleh satu orang petugas. Paksu dan 1 anak saya diminta foto ulang disitu, bayar 50ribu/orang. Alasannya paksu fotonya gelap, dan anak saya fotonya blur dan alisnya ketutupan sedikit sama jilbab. Setelah pemeriksaan dokumen, kami diminta menunggu dulu untuk proses biometrik. Bayar total biaya visa buat berlima 8.1juta. Proses selesai, kita diminta untuk memantau status proses visa melalui email.
Saat kita udah santai makan di Kokas, tetiba ditelpon minta balik karena ada anak saya yang belum tandatangan di paspor. Kami segera balik kesana.
Proses visanya cepat hanya 5hari kerja. Alhamdulillah, semua approved visa Schengennya. Dapat visa single entry selama 20hari saja.

Leave a comment