DITEMANI MUTHAWWIFAH KE RAUDHAH

Setengah mengantuk, kami menunggu  waktu buka pintu untuk menuju raudhah. Lamaa banget. Pengalaman umrah yang lalu biasanya habis Isya sudah mulai ada rombongan ke Raudhah secara bergiliran. Ini sudah jam 9 malam, pintu belum dibuka. Saya mencoba untuk berdiri ngantri di depan pintu sambil menutupi wajah dengan jilbab. Maksudnya agar askar yang menjaga tidak mengetahui kalo kami perempuan Indonesia. Tapi tetap juga ketahuan, karena saya tidak sendiri. Ada teman-teman lain yang pake mukena. Yang pake mukena disana hanya orang Melayu. Susah emang kalo mau menyamarkan diri bergabung dengan orang Arab secara beramai-ramai. Hihihi. Umrah yang lalu lolos-lolos aja karena saya hanya bersama 1 teman dan gak pake mukena.

Oleh askar, kami disuruh duduk di kelompok orang Melayu. Masuk ke raudhah dikelompokkan sesuai dengan negara/ras. Tujuannya baik, supaya wanita Melayu yang bodynya rata-rata kecil dan lemah tidak tergencet sama wanita Arab yang cenderung tidak sabaran dan peduli dengan sekitar. Ketika pintu terbuka,  semua berhamburan dan bergegas menuju Raudhah. Para askar minta agar tertib sudah gak terlalu dihiraukan, saya sama anak-anak pun ikutan berlari-lari agar bisa lebih cepat sampai di Raudhah. Suasana hectic sekali, saya hanya berusaha bertahan di dalam, berusaha untuk tidak ikut-ikutan saling dorong-dorongan dan sikut-sikutan, berusaha untuk tetap sabar, berusaha untuk menjaga pikiran agar tetap tenang, tidak melangkahi orang yang sedang sujud. Gak ada fadhilahnya juga kan  melakukan hal yang tercela di raudhah demi untuk berdoa di tempat yang mustajab itu. Dede kelihatan kena panic attack, diemm aja sambil kepala menengadah. Kakaknya biasa-biasa saja. Saya bisiki mereka untuk segera berdoa sambil mengarah keluar dari Rawdah. Alhamdulillah selesai ke Rawdah di malam pertama di Madinah. Teman-teman yang lain sudah gak tau dimana, ternyata sebagian dari mereka mengurungkan niat untuk masuk Rawdah melihat begitu hecticnya suasana. Raudhah gak akan pernah sepi, tempatnya kecil untuk perempuan , waktu-waktu untuk masuk kesana sangat dibatasi untuk wanita sementara yang mau masuk banyak. Untuk wanita, kesempatan ke Raudhah hanya ada 3x setiap hari. Setelah shalat dhuha, setelah shalat dhuhur dan setelah shalat Isya sampai kira-kira jam 2 malam. Untuk pria, kesempatan ke Raudhah sepanjang waktu.

20160115_083944

Tauziyah saat menunggu masuk raudhah

Hari kedua, kami disediakan muthawwifah (pembimbing wanita) untuk ke Raudhah. Jam 8 pagi kami kembali menuju Raudhah. Mbak Yuli, muthawwifah kita, meminta agar semua tertib dan sabar. Kami dituntun berdoa dulu sebelum masuk masjid, diberi kesempatan untuk shalat Dhuha dulu, dijelaskan sejarah singkat Masjid Nabawi, ditunjukkan Masjid asli sebelum perluasan. Memberikan tauziyah singkat pada saat duduk sambil menunggu giliran menuju Raudhah. Koordinasi antar sesama muthawwifah cukup bagus dan bisa komunikasi dengan para askar wanita. Muthawwifah kita akan protes ke askar apabila ada wanita Arab yang ngeyel mau masuk ke raudhah sementara sebentar lagi giliran wanita Indonesia. Trus di dalam Raudhah, kita diminta untuk mengarah ke shaf paling depan. Disitu kita dijaga supaya bisa bergantian shalat dan diminta pengertiannya untuk gak berlama-lama memberi kesempatan sama jamaah Indonesia lainnya yang dibawa oleh muthawwifah yang lain. Nyaman bener. Alhamdulillah.

20160115_095057

mbak Yuli muthawwifah di depan area raudhah

20160115_102225

Shaf paling depan untuk wanita di raudhah. 

20160115_102434

sesaat setelah keluar dari raudhah. Sebenarnya gak boleh foto disini hehe…

 

 

 

 

Baca juga: Masjid Nabawi dan Raudhah

Advertisement

2 thoughts on “DITEMANI MUTHAWWIFAH KE RAUDHAH

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s