
I am (in front of Rijks Museum)

In front of Hotel Leidsplein
Dengan santainya saya menyodorkan selembar email bookingan hostel StayOkay Stadsdoelen ke resepsionisnya dan ternyata dia bilang gini, “I think we have a problem with your booking, this booking was for yesterday”. Alamak. Saya balik meneliti bookingan itu. Dodol, itu check in nya tanggal 4 Mei. Tanggal itu sih saya masih otw ke Kuala Lumpur. Lemes deh. Lalu saya minta solusi. Sayangnya hari itu mereka full, 2 hostel Stayokay lainnya juga nyaris full. Hanya Stayokay Vondelpark available 3orang. Gak bisa juga karena kami berdelapan. Sama petugasnya dibantu telponin hostel lain, tapi full juga. Saya juga minta ijin pakai wifi disitu, nyari penginapan lain di booking.com. Pilihannya terbatas sekali untuk hotel disekitar situ. Saya gak pengen nyari hotel yang jauh dari pusat kota. Menurut info si resepsionis, Amsterdam emang lagi ramai terus. Tanggal 4-5 Mei adalah hari libur disana. Untungnya si resepsionis sangat membantu. Ketika saya minta referensi tentang hostel yang menurut saya murah dan strategis di booking.com, dia menawarkan hotel yang berdekatan dengan hostel itu dan menunjukkan letak hotel itu di peta. Saya lalu minta di telponin hotel itu, untuk konfirmasi harga. Mau bandingin harga online dengan harga per telpon. Beda tipis saja, beli online masih bayar lagi city tax saat check in sementara harga per telpon sudah all in 550Euro untuk berdelapan. Omg, mahalnya, hostel Stayokay yang salah booking ini hanya 220Euro. Apa boleh buat. Si resepsionis juga menawarkan untuk memesankan 1 taxi jumbo untuk kami semua biar gak usah susah-susah nyari hotel itu. Cuma pada akhirnya juga taxi itu tetap gak bisa turunin kita persis di depan hotel karena daerah itu terlarang untuk mobil. Kita diturunkan di jalan tempat hotel ini berlokasi tapi masih sekitar 200m dari hotel itu.
Hotel Leidsplein, letaknya super banget. Dekat pertokoan, Burger King dan halte tram. Bisa jalan kaki ke Rijks museum, Hard Rock Cafe, Museum Van Gogh. Nyempil diantara cafe-cafe. Lebih tepat disebut hostel, karena tempat tidurnya bunk bed. Sekamar berdelapan. Tadinya diinformasikan bahwa kami akan dibagi dalam 2 kamar terpisah gabung sama room mate yang lain. Tapi pas check in, resepsionisnya bilang dia akan mengupayakan supaya kita bisa 1 kamar semua. Kamarnya sederhana, bersih, bunk bednya kecil. Gak ada lift, dan kamar kita berada di lantai 2 dengan tangga yang sempit dan curam. Lumayan ngangkat kopernya. Jika dibandingkan dengan reservasi sebelumnya di Stayokay, kalah kelas deh. 3 tahun lalu, saya udah pernah nginap di Stayokay Vondelpark salah satu grup hostel ini (baca disini). Jadi sudah bisa membayangkan standar yang sama untuk Stayokay Stadsdoelen. Letaknya juga strategis, berada di lingkungan yang tenang disisi kanal dan sekitar 450m dari National Monument dan Royal Palace. Dekat dengan Flower Market dan bangunan bersejarah lainnya.

Stayokay Stadsdoelen (the dark brown building in the middle). Photo from here

Lobby. Foto from boo**ng.com
Yah, gak ada yang perfect di dunia ini. Error itu manusiawi. Yang terpenting gimana agar kesalahan itu bisa diantisipasi berikutnya dan tidak terulang lagi. Bagusnya semua bookingan di cek lagi sama travel mate yang lain, jadi jika ada kesalahan lebih dini bisa di antisipasi. Kalo sebelum berangkat sudah ketahuan, masih ada waktu untuk coba nego hotelnya untuk rubah tanggal bookingnya. Saya pun sebenarnya juga sebelum klik tombol bayar, udah ngecek lagi. Rasanya gak ada yang salah. Tapi mungkin otak lagi gak fokus. Kurang minum aq*a kali…hehe. Terlebih lagi, yang harus saya booking itu banyak. 6 penginapan, 6 penerbanganx8orang, plus riset yang mendasari keputusan untuk memilih. Risetnya itu loh yang lama. Contoh memilih 1 penginapan bisa seharian mikirnya, lokasi, harga, ngulik review, fasilitas yang saya ingin dapatkan, ngukur jaraknya di google map. Plus saya ngerjainnya disela-sela kerjaan kantor dan kerjaan rumah.
Waktu berjalan terus, sayang kan kalo Amsterdam gak dinikmati meski cuman sebentar. Jam 7 sore (disana pergantian sore ke malam sekitar jam 9malam) kami keluar jalan kaki menuju Rijks Museum dimana ada icon I amsterdam disitu. Gak sulit jalan kaki di Amsterdam ini terlebih udah pernah kesini 3 tahun lalu dan menyusurinya dengan jalan kaki. Dari situ lanjut naik tram menuju Royal Palace, National Monument dan Red Light District. Red Light District adalah kawasan prostitusi legal di Amsterdam. Kami menyusuri setiap lorong satu persatu, memperhatikan wanita-wanita dalam etalase. Wow. Cerita tentang Red Light District baca disini.
Untuk berkeliling sehari di Amsterdam, kami memilih Day ticket GVB yang berlaku 24 jam sejak pertama kali di validasi. Ticket ini berlaku untuk 4 jalur metro, 15 jalur tram dan 41 rute bus GVB dengan harga 7.5Euro. Sebagai perbandingan 1 hour ticket (tiket yang bisa digunakan selama 1 jam) harganya 2.9Euro.
Baca juga:
Sandeman free walking tour in Amsterdam
Banyak Sepeda Ontel di Amsterdam
numpang tanya dong, klo udah beli ticket GVB allday euro 7,5 untuk keliling amsterdam, trus bisa nggak sih buat naik conecxxion bus line 172 ? atau harus bayar lagi?
kayaknya harus bayar lagi deh mbak