
Sunrise at Angkor Wat
Sebulan setelah trip UK, saya ke Siem Reap memanfaatkan libur long weekend. Tiketnya lumayan murah KL-Siem Reap hanya 750ribu tapi belinya persis 1 tahun yang lalu. Jauh sebelum pemerintah mengeluarkan edaran libur nasional dan cuti bersama, saya udah hunting tiket di tanggal yang memungkinkan saya bisa liburan atau ambil cuti. Rencananya hanya bertiga, tetapi semakin mendekati hari H bertambah lagi 4orang. Jadinya reuni SD kecil-kecilan karena semuanya berasal dari SD Mangkura angkatan yang sama, plus ada 1 teman yang bawa ibunya. Meeting point di KLIA2, ada yang start dari Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makassar.
Penerbangan KL-Siem Reap jam 06.30 pagi. Kita udah tiba malam sebelumnya. Sebagian besar dari kami hanya nongkrong di KLIA2 sampai tiba waktu terbang. Ada yang di kursi di depan pintu kedatangan, kalo saya memilih begadang ngerjain tugas kantor (internet lancar jaya). Habis trip ini saya harus ikut program upgrading kantor di Bogor dan ada tugas yang harus diupload sebelum masuk program itu. Saya kira tugasnya kayak tahun lalu cuman diminta baca materi pre-reading, eh ternyata tugasnya banyak. Bikin summary 4 artikel berbahasa Inggris plus bikin paper. Baca emailnya baru pada sudah di KLIA2 sih, padahal udah 2 hari ada di email, hehehe. Untung bawa laptop. Saat otak tak bisa lagi diajak berfikir, saya ke mushalla meluruskan badan di area keberangkatan. Gak bisa lama-lama di mushalla karena gak tahan dinginnya. Ketemu sama teman-teman menjelang check in saja.
Selama di Siem Reap kami keliling dengan menggunakan tuktuk (Pak Nasir WA: +855977256503). Hitungannya 30USD/tuktuk, mulai dari penjemputan bandara, keliling selama 2hari (sampai sekitar jam 8malam) sampai diantar kembali di bandara. Melihat sunrise di Angkor wat sampai menanti sunset di danau Tonle Sap. Layanan ini juga sudah termasuk air mineral dingin sepuasnya. 1 Tuktuk bisa diisi berempat . Karena kami bertujuh, jadi ambil 2 tuktuk. Pak Nasir orang Cambodia asli tapi fasih berbahasa Melayu. Sempat digantikan sama adiknya, Pak Salim (WA: +85578996840), orangnya lebih asik, berjiwa muda dan suka bergurau, juga bisa berbahasa Melayu. Secara umum layanannya ok. Beberapa tiket dibantu dibeli dengan harga lebih murah, trus Pak Salim sempat memberikan compliment buah semangka potong.
Itinerary ngikut kata Pak Nasir saja.
Day 1: War Museum; Senteur’s dÁngkor (Workshop pembuatan aromaterapi, lilin, sabun dsb); Cambodia Cultural Village; Rock Shop HRC; Night Market.
Day 2: Sunrise di Angkor Wat, Candi, Sunset di Tonle Sap, Old Market.

Sunset at Tonle Sap Lake
Meski cuma 2 hari di Siem Reap, tiap abis makan siang kita diantar kembali ke hotel istirahat 2-3jam baru lanjut lagi. Bisa bobok-bobok siang dan mandi sore hehe. Keliatan kayak manja banget ya tapi ini inisiatif dari Pak Nasir dan itinerary diatas gak butuh waktu lama. Dan cuaca di Siem Reap panasnya kebangetan. Awalnya gak minat ke Tonle sap melihat floating village di air butek, tidak banyak referensi yang merekomendasikan kesini, karena gak terlalu menarik dan diatas 15USD++, cuman Pak Nasir bilang hanya 10USD tanpa tambahan apa-apa lagi dan sekalian melihat sunset. Mendengar kata sunset, saya langsung semangat dan mengiyakan.
War Museum dikelilingi oleh banyak pohon mangga yang berbentuk bulat seperti apel. Buahnya banyak, kita minta ijin untuk mengambil yang banyak jatuh, malah disuruh ambil di pohonnya. Kita Cuma ambil ala kadarnya, tapi ternyata agak nyesel karena mangganya enak.
Untuk melihat sunrise, sebaiknya keluar sekitar jam 04.30. Kita nunggu waktu shalat subuh baru jalan tapi dalam kondisi udah pada siap berangkat. Perjalanan sekitar 20 menit, tapi antrian beli tiket Angkor wat yang kadang susah diprediksi. Beruntung kami gak lama ngantri. Harus antri masing-masing karena saat di loket akan difoto dan fotonya akan tercetak di tiket.
Entrance fee bisa dibilang yang paling banyak makan biaya. War Museum (5USD), Cambodia Cultural Village (12USD), Angkor Wat (37USD), sewa perahu Tonle Sap (10USD). Total 64USD.
Kami menginap di Blossoming Romduol Lodge harga 108USD/2malam dibagi 7orang sekitar 7.5USD/ malam/orang. Pilih kamar berAC, sekamar berdua atau bertiga. Saat browsing, saya sempat liat paling murah ada penginapan hitungannya gak sampai 1USD/malam/orang. Rata-rata hostel 3-5USD/malam/orang. Yang banyak ditawarkan adalah kamar non AC, tapi saya milih kamar ber-AC. Harganya masih murah dan pilihan yang tepat untuk ngadem di kamar setelah berkeliling naik tuk tuk saat cuaca lagi hot banget. Termasuk simple breakfast seperti roti selai atau roti plus telur rebus, teh atau kopi. Telur rebusnya gak dimakan, soalnya kayak telur udah lama dan ada titik hitam dengan warna putih telurnya agak buram. Bisa request untuk di take away, jika ingin keluar pagi-pagi banget. Plusnya lagi ada kolam renang disini.
Soal makanan halal, kita diajak Pak Nasir ke restoran yang ternyata sekaligus rumahnya. The Siam Reap Backpacker Halal. Meski begitu, makanannya enak-enak dan murah. Penyajiannya juga menarik. Menunya saja ada 95 jenis. Kita 3x makan disitu, dan 1xnya minta diantar ke resto lain sebagai pembanding. Diantar ke restoran lain sekitar 2 rumah dari restonya pak Nasir, hehehe. Harga sedikit lebih mahal 0.5-1USD, enak juga, sama-sama free Chinese Tea, ada wifinya juga. Pembedanya, di resto pak Nasir plus free es sirup dan sambel terasi . Kita sempat nyoba Lembu naik bukit dan Amok Ikan, khas sana. Nasi goreng, kuetiaw, mie goreng rata-rata 2-2.5USD, Es kelapa batok 1USD, Jus Mangga enak di pinggir jalan depan night market 1USD.
Untuk belanja oleh-oleh, malam pertama kami memilih belanja di Night Market dan malam kedua di Old Market. Kedua pasar berdekatan, kurang lebih sama saja yang dijual. Kami menemukan satu gerai di Night Market yang harganya lebih murah dibanding di Old Market. Oleh-olehnya mirip dengan dengan oleh-oleh di Bangkok dari sisi kualitas maupun harga. Gak terlalu mahal sih. Tapi kita gak banyak belanja. Gak ada yang beli bagasi Airasia hanya mengandalkan bagasi kabin yang sekarang semakin ketat. Kalo dulu yang ditimbang hanya koper/ransel sekarang semua barang bawaan termasuk laptop dan handbag ditimbang juga dan beratnya gak boleh lebih dari 7 kg. Saat check in di Bandara Siem Reap, total berat bagasi kabin saya 9kg. Laptop saya titip sama teman biar gak ikut ditimbang. Alhamdulillah masih ditoleransi.
Total sharecost buat transport tuktuk (plus tip), entrance fee, makan, dan akomodasi 3H/2M sekitar 102.5USD/orang. Ditambah tiket Makassar-KL-SiemReap pp, total biaya trip sekitar 3.4juta. Murah kan.
Saat pulang, pagi masih sarapan di Siem Reap, makan siang di KL, makan malam di Makassar dan tidurnya di Bogor. Sesampainya di bandara Makassar, saya nunggu koper isi pakaian dinas yang dibawakan misua dari rumah. Kemudian terbang ke Jakarta lanjut naik damri ke Bogor.
Melihat pembuatan lilin, sabun aromaterapi di Senteur’s dÁngkor. Mulai dari pembuatan kemasan dari dedaunan. Saya cuman beli teh sereh dan krim parfum rasa mangga. Kemudian bisa mencoba gratis berbagai jenis teh dengan berbagai aroma.
War Museum, melihat berbagai jenis kendaraan dan alat tempur saat perang saudara antara Khmer Merah dengan pemerintah di tahun 70-an. Berada di tempat terbuka, tapi teduh penuh dengan pohon mangga apel.
Di Angkor Wat, menanti sunrise bersama ratusan orang lainnya, naik ke candi yang paling tinggi dan Candi Ta Prom yang ditutupi oleh akar pohon raksasa
Naik perahu menuju Tonle Sap Lake, melewati rumah terapung, gereja terapung dan menikmati sunset

Makan-makan
Panas gak bulan Juli kesana?
ngecek cuaca rata 30 C bulan july, kurleb sama cuaca di indonesia kok
wahhh murah itu tiketnyaaa, enak banget! Duhh postingan ini kudu dibookmarked, siapa tau tahun depan bisa ke sini, nanti pake tuktuk-nya pak Nasir 😀 makasih infonya mba
kalo rajin pantengin promo, pasti dapatlah…. semoga kesampaian ke siem reap
Terimakasih infonya budew.
Next mau coba juga tuktuk pak Nasir 😁
iya recommended