Baru seminggu bertugas di Palopo, saya ditodong buat bikin outing karyawan. Mereka ingin pecah telor ke luar negeri. Udah lama direncanakan tapi selalu gagal. Memang agak sulit untuk merencanakan outing dalam waktu terbatas. Jarak Palopo ke bandara terdekat saja sudah makan waktu sekitar 7 jam. Tutup kantor di hari kerja juga gak mungkin, bisa kena complain dari customer/peserta. Bulan Oktober-Desember tahun ini sudah tidak ada yang long weekend. Mau direncanakan tahun depan, selain kelamaan, harus memilih waktu yang bukan diawal bulan dan bukan akhir bulan. Selain itu jadwal long weekend saya tahun depan sudah penuh (hehe gayanya.. padahal tiket yang fix baru ke 2 tempat). Tantangan berikutnya, bagaimana bisa outing dengan budget yang sangat terbatas. Perkiraan budget sekitar 4juta/orang termasuk tiket pesawat untuk trip Singapore-Kualalumpur. Paling banter 20-25% dapat menggunakan anggaran personil kantor, sisanya kontribusi dari karyawan masing-masing. Tantangan berikutnya lagi, bagaimana bisa jalan-jalan rame-rame tanpa menggunakan travel. Selama ini, di cabang tempat saya bekerja terdahulu selalu menggunakan EO(jasa tour) untuk outing. Tipikal orang kantoran tuh biasanya gak pengen repot, ribet, ingin selalu nyaman dan banyak maunya. Jadinya harus ada orang lain yang jadi penengah dan mengakomodir sekian banyak keinginan pesertanya. Sudah beberapa tahun ini saya ngatur trip dan jalan rame-rame, tapi itu untuk teman-teman kantor yang setipe dalam artian light traveler, tough walker & not shopping minded. Makanya agak kuatir juga ngatur trip dengan tipical pesertanya beraneka ragam.
Saya pun mencari perbandingan harga dengan travel baik yang ada di internet maupun EO langganan. EO langganan ngasih penawaran 2 opsi (diluar harga tiket) a. Rp 2,9juta (1 malam di hotel KL, 1 malam hotel di Sg) b. 2,5juta (1malam hotel di KL, 1malam hotel di Johor). Menurutku, ini tawaran yang menarik, namun tetap belum masuk budget kami.
Akhirnya, kami putuskan untuk jalan-jalan mandiri. Kami melakukan pembagian tugas demi kelancaran acara ini. Saya kebagian bikin itinerary, booking hotel/hostel, booking mobil dan jadi penunjuk jalan. Yang lain ada yang kebagian urusan pembelian tiket, keuangan, urusan check in di bandara, urusan bagasi, urusan dokumentasi, urusan pembelian oleh-oleh kantor dan sebagainya. Semua proses dijelaskan dengan detail dan transparan termasuk persiapan fisik biar kaki gak kaget diajak jalan jauh.
Praktis kami hanya punya waktu sehari di KL dan ½ hari di Singapore. Minggu sore udah di Jakarta, lalu terbang ke Makassar dan lanjut bermobil ke Palopo tiba Senin pagi. Jam 8 pagi siap ngantor lagi.
Selama di KL, kami sewa van mulai dari penjemputan di bandara, city tour 8 jam dan diantar kembali ke bandara seharga RM1200. Tadinya sewa itu untuk 2 van dengan kapasitas masing-masing 10orang (asal bagasi gak terlalu banyak). Namun menjelang keberangkatan dapat info bahwa salah satu van itu tidak available. Jadinya dikasih 1 minibus yang cukup untk 17 orang plus bagasi. Ketentuan di KL, mobil minibus wajib dipandu oleh tour guide. Kami tidak dikenakan tambahan biaya apapun karena hal tersebut merupakan konsekuensi dari bu Herna si pemilik mobil. Jadinya berasa pake travel di KL. Ibu Yuli, tour guide kami sangat gesit dan perhatian terhadap kami. Kadang-kadang meski udah dipatok waktu oleh ibu Yuli, tetap saja ada yang masih sibuk dengan urusan belanja dan foto sehingga lupa waktu. Ibu Yuli dengan sabarnya mencari teman-teman yang masih berkeliaran. Mengenai itinerary, bisa flexible. Request tambahan kami adalah berfoto di KLCC persis di depan Petronas, sekalian ke gerai sepatu merk Vincci. Ibu Yuli nawari kue tradisional khas Malaysia yang gerainya ada di KLCC. Saya bilang duit ringgit saya sudah habis, ibu Yuli tetap mengajak saya ke gerai itu dan membelikanbeberapa kue. Sebenarnya kue-kue itu tidak berbeda dengan kue tradisional di Indonesia. Tapi lumayan dapat gratisan. Saking perhatiannya dan pelayanan yang excellent, Ibu Yuli juga sampai sempat ngantarin kita ke area check in terminal. Mungkin takut kita nyasar sementara waktunya mepet. Padahal gak diantar juga gak apa-apa sih, kan ada saya hehehe. Dalam tahun ini saja saya sudah 3x ke KL (umrah via KL, ke Sidney via KL).



Komunikasi dengan ibu Herna (orang Indonesia lho) cukup melalui whatsapp +60 163221869. Website: http://sewamobilmalaysia.com/. Email: hwatis@gmail.com . Tidak perlu DP, nanti bayar ditempat.Sebelumnya saya pernah sewa mobilnya bu Herna ini, hanya saja melalui pihak ketiga. Waktu itu minta diantar jemput bandara-hotel pp, dan city tour 4 jam. Dan overall, pelayanannya sesuai harapan.

Di Singapore, saya juga sewa van untuk penjemputan di bandara menuju hostel. Sayang saya kurang sreg dengan pelayanannya. Van itu kapasitasnya 14 orang, dan karena kami ber-17orang makanya saya sudah deal 13 orang naik van dan sisanya naik taxi. Pas dijemput, sopir vannya hanya mau bawa 12 orang saja, alasannya kebanyakan bagasi sehingga 2kursi direlakan untuk space bagasi dan di Singapore sangat strict dengan jumlah penumpang. 1 kursi 1 penumpang, gak boleh empet-empetan maksudnya. Padahal sebenarnya bisa diatur kok supaya bisa muat 13 orang tanpa melanggar aturan, tapi supir dan si orang tempat saya sewa van gak mau repot. Alhasil saya harus mengeluarkan duit lebih untuk tambahan 1 taxilagi karena kami berlima harus displit ke dalam 2 taxi. Kami tidak naik MRT karena pengen cepat sampai hostel, drop barang, lalu jalan lagi. Sayang 1 taxi yang ditumpangi teman saya sempat kesasar dan gak bisa dihubungi lagi. Untungnya kedua teman saya itu memutuskan untuk turun di Mustafa lalu jalan kaki menuju hostel. Pada saat briefing untuk persiapan outing, saya sudah menyampaikan informasi secara detail hostel ini dekat dengan Mustafa.
Tadinya setelah check in di hostel kami mau jalan ke Marina Bay Sands, namun karena kejadian diatas gak jadi kesana. Cari makan dulu disekitar hostel lalu belanja di Mustafa. Jarak dari hostel ke Mustafa sekitar 500m. Sengaja kami ambil hostel sekitar Mustafa biar bisa belanja tengah malam sampai pagi, hehe. Kami pulang ke hostel kembali sekitar jam 1 malam. Teman-teman lain ada yang pulang jam 3 malam. Jam segitu di Singapore, masih aman-aman saja. Tips untuk beli souvenir khas Singapore jangan beli di Mustafa, belinya di seberang jalan ada toko dengan fixed price (3 pieces for S10). Lebih murah dibanding Mustafa. Di Mustafa saya suka beli coklat beraneka ragam dan parfum.
Untuk jalan-jalan di Singapore, kami naik MRT. Sasarannya cuman 3 tempat sesuai perkiraan waktu. Merlion Park, Gardens by the bay, dan Sentosa. Kami gak sempat ke Sentosa, udah sampai di MRT Vivo City sebenarnya tapi kami putuskan untuk balik arah menuju hostel. Waktunya gak cukup dan sudah janjian sama van yang akan mengantar sebagian teman kami ke Bandara. Saya dan 4 temanlainnya langsung ke bandara naik MRT. Naik MRT ke bandara sekarang murah hanya sekitar $2.5/perorang. Tiket Single MRT sudah berbeda mekanismenya, kalo dulu beli tiket single ada deposit 1$ dan kalo gak salah hanya dipakai 1x. Sekarang kartunya ada deposit $0.1 yang bisa diredeem otomatis kalo kartu tersebut sudah dipakai 3x.

Saya juga sekalian mencoba ke Merlion Park yang turun dari station MRT RAfless City. Biasanya saya turun di station City Hall lalu jalan melewati taman. Ternyata emang bener jalan dari MRT RAfless City ke Merlion lebih dekat, gak kena panas, dan viewnya lebih keren. Kita berjalan menyisiri sungai.
Ada sedikit masalah mengenai nama di tiket. Semua tiket dibeli sebelum teman-teman pada punya paspor. Jadi pada saat paspornya ready ternyata terdapat banyak perubahan nama. Yang tadinya namanya 1 suku kata menjadi 2 atau 3 suku kata. Contoh Zainuddin jadi Zainuddin Pagga. Agak ribet juga proses perubahan nama di tiket. Untuk penerbangan AirAsia, Saya sampai gunakan semua media komunikasi ke Airasia, pengajuan e-form, live chat, via fanpage Facebook, via Twitter, via telpon. Semuanya menanggapi dengan baik, namun belum sampai di penyelesaian masalahnya. Pengajuan lewat e-form sebenarnya sudah cukup, namun entah mengapa automatic email response gak pernah sampai ke e-mail sehingga e-form yang diajukan dianggap tak tercatat. Lewat live chat, twitter, mereka menyarankan untuk buat e-form. Sampai coba berulang-ulang, tetap juga gak berhasil. Jadinya diurus di bandara menjelang keberangkatan, solusinya tiket tidak diubah. Untuk proses check in dari Indonesia bisa menggunakan KTP. Untuk penerbangan Lion Air dan Malindo, perubahan nama ditiket hanya bisa di kantor pusat Lion di Jakarta. Di luar Jakarta, nama di tiket tidak berubah tapi bisa diremarks (diberikan catatan bahwa ada proses koreksi nama). Pengajuan remarks bisa kantor lion setempat atau counter Lion di bandara. Alhamdulillah, tidak ada masalah terkait nama pada saat check in di KL maupun di Singapore.
Overall, trip singkat kami berlangsung sukses. Teman-teman juga pada senang sudah berhasil melihat dunia luar hehe, dan semuanya berkontribusi untuk membuat acara ini fun & fine.