COUCHSURFING IN WARSAW

Pada mulanya Warsaw tidak ada dalam itinerary untuk pengajuan Visa Schengen. Itu sebabnya saya belum memesan penginapan sampai h-7. Lalu timbul keinginan saya untuk mencoba me request couchsurfing di Warsaw. Jujur aja agak sedikit parno untuk mencoba, takut kenapa-kenapa. Tapi tidak dicoba ya bakalan tidak tahu rasanya.

Sebelumnya saya sudah pernah ngehost couchsurfing di Palu. Pengalaman itu saya tuliskan disini

Setelah itu ada beberapa yang request, rata-rata yang request adalah cowok, jadi sangat tidak mungkin menerimanya. Di Manado, saya juga agak sulit untuk menerima tamu CouchSurfing secara saya ngekos kamar. Jadi saya hanya memasang status di Couchsurfing “Not Right Now (but I can hang out)”. Seandainya saya tinggal di Makassar, saya akan membuka rumah saya buat couchsurfer max 2 orang dan perempuan.

Saya juga mencari host di Amsterdam. Dari 3 orang yang saya request, sayangnya tidak ada yang bisa menerima, mungkin karena Amsterdam negara yang cukup populer sehingga tingkat couchsurfer mencari host juga tinggi.

Saya mengirim pesan kepada 3 calon host di Warsaw dan sharing pesan ke seluruh couchsurfer yang ada di Warsawa. Sebenarnya ini hanya iseng, kalo diterima nginap ya syukur. Dalam memilih host, hal yang saya utamakan adalah perempuan, profilenya harus menarik, ada foto, banyak yang mereferensikan secara positive, tidak punya hewan peliharaan serta memilih berdasarkan feeling.

Hanya 1 orang yang saya kirimkan pesan yang membalas, itupun nanti setelah saya sudah di Warsaw. Katanya lupa mereply, sebenarnya mau diterima.

Our host, Magda n Mariuz

Our host, Magda n Mariuz

Magda n Mariusz, host kami di Warsaw, mereka mengundang kami berdasarkan sharing pesan saya. Kesempatan ini tidak kami lewatkan meskipun rumahnya jauh, sedikit di luar kota Warsawa. Profil Couchsurfing Magda n Mariusz sangat mengesankan dan detail sekali. Mereka sudah membuat jadwal kegiatan termasuk keliling dunia sampai usia pensiun. Terkesan bahwa mereka senang berada di komunitas Couchsurfing ini.

Dilihat dari peta, bandara dan rumah mereka berlawanan arah. “Ujung pukul ujung” istilah kami. Mereka memberi petunjuk cukup jelas, starting dari city centre, jadi kami mencari transportasi ke Centrum, city centre Warsawa. Naik bis no 175, beli tiket di mesin.

Kami terlalu cepat turun dari bus di daerah Centrum, harusnya 1 halte lagi. Hal ini membuat kami disorientasi arah sebelum akhirnya menemukan arah yang benar.

Kami naik Metro, lalu naik bus khusus ke suburb Lomianki.

Sampai di tempat yang ditentukan, saya menghubungi untuk di jemput. Jarak tempat jemputan dengan rumah gak terlalu jauh palingan 200 meter. Cuman gak sembarang orang bisa masuk ke perumahan tersebut, ada satpam dan pintu pagar otomatis. Hanya orang yang tinggal disitu yang diperbolehkan masuk.

Rumahnya asik meskipun kecil, homey banget. Ruang tengah dibuat nyaman untuk berkumpul keluarga dan tempat bermain anak. Ada taman kecil dibelakang. Mereka punya 2 anak balita, Max n Martha.

the room

the room

Semua kamar ada dilantai atas. Kami di diberikan space di ruang kerjanya. Ada sofa tempat tidur disitu, juga ada PC yang bisa kami gunakan sepuasnya untuk internetan. Ada peta dunia yang tergantung di dinding kamar itu. Pentul-pentul warna-warni bertebaran dipeta itu. Setelah saya tanyakan pentul itu penanda bahwa kota itu telah dikunjungi sekitar 260 kota di seluruh Negara. Warna-warninya menandakan transportasi apa yang digunakan ke kota tersebut. Ada yang lewat cara hitchhiking, bawa mobil sendiri, naik kereta, pesawat dan jenis transportasi lainnya.

Kami dipersilakan untuk ‘feel free’ di rumahnya, termasuk melayani diri sendiri. Mariusz cerita bahwa Magda istrinya sudah terlalu sibuk untuk mengurus kedua buah hati mereka jadi gak ada waktu untuk masak. Kami sih ok-ok saja, tidak ingin merepotkan terlalu banyak. Kami menggunakan dapurnya untuk masak nasi di travel cooker dan bikin scrambled egg, lalu tidur.

Kunci rumah diberikan untuk jaga-jaga apabila kami lebih duluan pulang kerumah setelah pulang jalan-jalan besok. Magda baru ada dirumah setelah jam 16.00, Mariusz sudah bilang akan pulang larut malam. Magda ibu rumah tangga sibuk mengurusi kegiatan sekolah anaknya tapi mempunyai freelance job yang bisa dikerjakan dirumah, Mariusz sales distributor petrochemical kebetulan lagi ada pameran di pusat kota Warsaw sehingga tiap pagi harus ke pameran tersebut.

Jujur, saya gak tau banyak mengenai tempat menarik di Warsaw. Gak focus untuk googling informasi Warsaw. Yang bikin saya pengen kesini adalah karena Warsaw merupakan tuan rumah Euro 2012. Pada saat saya datang, perhelatan Euro 2012 masih 2 minggu lagi. Tapi gak apa-apa, minimal saya udah tau seperti apa kota yang menjadi tuan rumah Euro 2012.

Ada 1 blog mengenai kehidupan Polandia yang ditulis secara menarik oleh wanita Indonesia yang sedang tinggal disana, http://polandesia.wordpress.com/ , sayangnya pas berangkat lupa baca lagi. Seputar Euro 2012 juga ada disitu, sampai tempat untuk membeli kaos original Euro2012. Sayang saya pas di Warsaw, malah lupa untuk mencatat tempat membeli kaos Euro tersebut. Suami saya sudah saya janjikan buat beli kaos.

Day 9

Kami surprise bahwa di mana-mana ada hot spot wifi, termasuk di tempat kami di drop Mariusz. Multimedia Fountain Park (Multimedialny Park Fontann) sebuah taman air mancur yang terletak di dekat Old Town, baru selesai dibangun May 2011, asri dan luas. Hanya di malam sabtu dan malam minggu, pertunjukan air mancur disertai dengan laser dan music.

page4

Cuaca panas tapi anginnya dingin berhembus kencang, bikin saya kedinginan.

Tampak sekali Warsaw sedang berbenah mempersiapkan diri jadi tuan rumah. Mereka banyak menempatkan pot-pot bunga yang sedang mekar berwarna warni di berbagai sudut kota. Taman-taman di percantik, namun belum banyak kelihatan logo Euro 2012.

Menyusuri Warsaw Old Town

Menyusuri Warsaw Old Town

Di bandara kami diberikan buku petunjuk mengelilingi kota Warsaw dengan berjalan kaki. Startnya dari Warsaw Old Town (Polish: Stare Miasto). Kami mengikuti daftar tempat wisata yang ditunjuk secara berurutan. St Anna Church, Market Square (sayang kami lupa notice syrenka/patung putri duyung yang ada disini), the Barbican, Museum Marie Curie (ilmuwan asal Polandia yang menemukan unsure kimia Polonium dan Radium yang membuatnya memenangkan nobel sampai 2x), the St. John’s Cathedral, Royal Castle, Castle Square (plac Zamkowy). Old town Square dibangun pada abad ke-13, pernah hancur pada saat Perang Dunia II. Tahun 1950 dibangun kembali dan sekarang termasuk daftar UNESCO World Heritage Site.

page6

IMG_4820

banyak ketemu dengan rombongan anak tk yang sedang belajar sejarah..imut-imut…

page1

Warsaw stadium view from Old Town.

Warsaw stadium view from Old Town. You can imagine how far we walk to the stadium

Selesai Old town, giliran kami mengelilingi kota Warsaw berdasarkan petunjuk buku itu. Berurutan supaya efektif dan efisien.

Kami mampir di taman Saxon (Polish: Ogród Saski) yang berhadapan dengan Pilsudski Square. Merupakan taman umum tertua dengan 15.5 ha. Duduk-duduk dan makan bekal sambil menikmati pesona air mancur yang ada ditaman itu. Disinipun sedang ada pekerja taman yang bertugas menambah bunga-bungaan yang ada di taman tersebut.

page5

Pildsudski Square merupakan alun-alun terbesar di Warsaw City Centre. Nama alun-alun ini berasal dari nama Marshal Józef Piłsudski yang telah berjasa melakukan perbaikan pembangunan pasca Perang Dunia I.

Di tempat keramaian juga tersedia beberapa titik bangku Chopin, kita duduk dibangku itu sambil mendengarkan musik klasik karya Chopin. Ada juga sedikit penjelasan mengenai kisah hidup Chopin.

Kami mencoba bertanya dengan seseorang di halte bus, apakah ada bus yang melewati Stadion National Warsaw. Si cewek itu bilang ada sambil menyebutkan no bus yang harus kami naiki. Sayangnya bus menolak kami untuk naik karena belum membeli karcis di mesin. Mesin tiket adanya di halte-halte ramai. Di dekat situ mesinnya rusak. Terpaksa kami jalan menuju Stadium itu melewati jembatan diatas Sungai Vistula. Stadium terletak di pinggir Sungai Vistula, pas lewat banyak sekali orang sedang berjemur di pinggir sungai. Gak ada pantai, sungai pun jadi. Memang cuaca panas tapi angin dinginnya gak kuat bagi saya.

Stadium National (Stadion Narodowy) berkapasitas 58,500orang mulai dibangun sejak tahun 2008 dan selesai November 2011. Secara resmi stadium ini dibuka 19 Januari 2012. Stadium ini akan menjadi tuan rumah Euro 2012 pada pembukaan, perempat final dan semifinal.

Waktu kami datang, stadium ini masih sepi. Kelihatannya booth penjualan merchandise belum buka, hanya ada accreditation centre yaitu tempat untuk menukar voucher menjadi tiket nonton bola.

Kami berdua berdoa semoga kami menemukan mesin tiket supaya kami bisa pulang naik tram, kalo tidak harus jalan kaki pulang. Gosh. Alhamdulillah doa kami terkabul, malah ada 2 mesin tiket. Kami masih ada 1 kunjungan lagi sebelum pulang ke rumah Mariusz. Sebenarnya bisa jadi penumpang gelap, selama saya turun naik bis/tram gak ada tuh pemeriksaan. Dan saya lihat gak ada orang local mempunyai tiket atau kartu. Tapi kami gak mau mencobanya, takut apes. Hanya karena menghemat sedikit malah kehilangan lebih besar. Meski tiket yang kami beli juga sebenarnya salah. Di mesin ada pilihan Full Fare dan Reduced 50%, tentu saja saya memilih yang termurah. Ternyata Reduced 50% hanya untuk penumpang anak-anak, orang tua diatas >60, orang cacat, student. Hal ini baru saya ketahui pada saat membeli tiket museum Uprising Warsaw, saya dijelaskan syarat dan ketentuan full fare ataupun reduced. Sudah terlanjur beli tiketnya dan itu berlaku sampai jam yang sama keesokan harinya untuk tram/metro/bus. Yahh, setidaknya kami bukan penumpang gelap.

Senangnya mengetahui bahwa tram yang kami naiki melewati di depan Museum Uprising Warsaw. Tadinya kami dijelaskan harus nyambung tram lagi untuk sampai kesana. Udah capek banget. Muzeum Powstania Warszawskiego atau the Warsaw Uprising Museum merupakan museum yang didedikasikan tentang kebangkitan Warsawa pada tahun 1944, dipersembahkan bagi para rakyat yang telah berjuang mati-matian demi kemerdekaan Polandia. Disini dapat dilihat foto-foto perjuangan, alat komunikasi yang digunakan, alat cetak, surat menyurat, sampai helicopter pada waktu itu.

Muzeum Powstania Warszawskiego sangat direkomendasikan oleh Mariusz, itu sebabnya kami mengunjungi museum ini hanya untuk menghargai Mariusz. Biasanya kami mencoret museum dari daftar kunjungan kami. Pas pulang cerita, ternyata mereka sekeluarga malah belum pernah masuk museum ini. Huhu, capek deh.

Tak ada kaos bola, kaos Hard Rock café pun jadi. Biar suamiku terhibur, kami menyempatkan mencari tempat tersebut. Gak jauh dari Centrum, tempat ambil Metro menuju pulang ke Lomianki suburb.

Ajakan Mariusz untuk dinner bersama komunitas Couchsurfing di sebuah restoran India di city centre, kami tolak. Kami sudah kehabisan energy, ini mungkin jalan kaki terlama dan terjauh yang kami lakoni selama kami berada Eropa.

Saya sempat bertanya Mariusz apakah ada pengalaman buruk selama mengenal Couchsurfing. Mariusz bilang, tidak ada. Yang terpenting katanya, bahwa untuk memilih seseorang untuk menjadi host/surfer harus melihat seberapa positive referensi dari teman-teman yang pernah menginap di rumah host tersebut dan profilnya harus mengesankan suatu kejujuran dan kepercayaan. Trust is the key word of Couchsurfing.

Day 10

Tadinya kami akan didrop di Centrum kembali oleh Mariusz, namun mengingat waktu jadinya kami di drop di Stasiun Metro yang terdekat dengan kindergarten anaknya. Hari ini tugas Mariusz untuk mengantar Max ke sekolahnya dengan terlebih dahulu menjemput temannya Max. No problem, tiket day pass kami masih berlaku. Dari situ kami ke stasiun Centrum dan lanjut naik bis ke bandara Chopin. Next destinations, Rome.

Advertisement

BERTEMU DENGAN SI PEMILIK KOPER DI BUDAPEST

Day 6

Dari Jakarta, kami dititipi sebuah koper untuk dibawa ke Budapest. Koper itu berisi barang-barang pameran yang akan diselenggarakan di KBRI Hungaria tanggal 23 Mei. Kebanyakan batik kuno, berbagai macam sepatu batik dan sebagainya. Sebenarnya ada 2 koper yang dititipi, tapi karena peristiwa ketinggalan pesawat, jadinya hanya 1 koper yang bisa Amel bawa. Bagus juga sih hanya 1 koper titipan dan tidak terlalu besar, memudahkan kami mobile, secara Budapest akan menjadi kota ketiga yang kami kunjungi setelah Amsterdam dan Prague. Kami tidak perlu menitipkan di penitipan bagasi yang ada di airport ataupun stasiun kereta, cukup dibawa ke hostel.

Saya sendiri belum pernah bertemu muka sama Mbak Shifa, si pemilik koper. Kami hanya terhubung lewat jalur pertemanan di milis. Secara kebetulan Mbak Shifa mencari teman milis yang mau ke Eropa Barat dan rute saya cocok dengan kebutuhannya. Dan gantian Mbak Shifa menawari untuk tinggal di apartemennya selama di Budapest. Kebetulan saya belum memastikan penginapan di Budapest. Pernah booking hostel di Budapest tapi hanya untuk pengajuan visa dan udah dibatalin. Jadi tawarannya gak mungkin dilewatkan.

Amel pas saya kasih tau bahwa kita akan bawa barang titipan langsung bingung. Katanya apa gak beresiko membawakan barang orang yang gak pernah dikenal sebelumnya? Bagaimana kalau barang itu ternyata membawa masalah? Memang sangat riskan, saya pun hanya mau dititipin kalo orang tersebut bisa dipercaya. Kalau yang ini Insya Allah tidak apa-apa karena Mbak Shifa termasuk yang aktif di milis dan blogger aktif. Dan Mbak Shifa minta kita memeriksa koper tersebut sebelum dibawa.

Di stasiun kereta Hlavni Nadrazi, Prague kami bertemu dengan ibu-ibu yang juga bersaudara. Kebetulan kami akan naik kereta yang sama. Mereka juga sedang menikmati liburan keliling Eropa. Mereka sudah berumur lho, Ibu Helen kurang lebih sekitar 60 tahun dan adiknya Ibu Rossy sekitar 45 tahun tapi kuat jalan. Dan ini bukan trip pertamakalinya ke Eropa buat mereka, tapi setiap kali pergi selalu mengambil rute yang berbeda. Kali ini tujuan mereka adalah Prague, Budapest, Berlin, St Petersburg (Rusia) dan Abu Dhabi. Yah kalau dibandingkan dengan trip kami, mereka adalah traveller versi koper dan kami adalah travelller versi ransel alias traveller paket hemat. Trip mereka sifatnya pendalaman/pemantapan terhadap sebuah negara/kota, trip kami sifatnya pengenalan terhadap sebuah negara/kota. Mereka masih punya sisa uang Czech Koruna kurang lebih 2000CZK disaat akan meninggalkan Prague, kami hanya punya sisa 235CZK. Itupun modal biaya hidup kami selama di Prague hanya sekitar 1700CZK. Sangat beda kelas. Mereka masing-masing bawa 2 koper gede banget, menghabiskan waktu lebih lama di tiap kota rata-rata 5 hari, tinggal di hotel berbintang 4 dan menikmati waktu dengan bersantai. Meski beda kelas dengan kami, yang saya suka adalah semangat jalannya yang luar biasa dan senang mendengar pengalaman mereka.

IMG_4386

travellers ala koper

Kalau saya sih berprinsip mumpung masih muda dan masih kuat manggul ransel, saya pengen melakukannya dengan cara backpacker dulu. Akan banyak banget pengetahuan baru, pengalaman seru, banyak tempat yang bisa dikunjungi dengan mengatur biaya perjalanan sesedikit mungkin. Sesuatu yang tidak bakal didapatkan jika ikut tur ataupun traveller ala koper. Meski kadang-kadang banyak kejadian di luar dugaan kita yang menyebabkan kita harus mengeluarkan biaya tambahan. Tapi itulah hikmahnya, next time be better

Saya nyaris ketinggalan kereta lagi. Hampir tiba waktunya akan berangkat, saya ditanyain ama ibu Helen nomor kursi di kereta nanti. Tiket kami beli online dari Indonesia dan dalam bahasa Czech jadi kurang ngerti mana nomor kursinya. Segera saya kembali ke informasi, saya ditunjukin nomor gerbong dan nomor kursinya. Tapi rupanya tiket yang saya bawa hanya tiket untuk 1 orang, padahal saya beli tiket untuk 2 orang. Saya tidak mengerti kenapa printoutnya hanya satu, harusnya ada 2 lembar, satu atas namaku dan satunya lagi atas nama Amel. Yang ada hanya nama Amel. Dan mereka gak mau tahu dan gak mau membantu mengecek daftar nama penumpang yang beli online. Tahunya hanya menyuruh membeli tiket baru. Oh seandainya saya tahu kejadiannya kayak gini dari tadi, saya pasti masih sempat cari internet untuk buka email tiket online tersebut secara kurang lebih kami sudah berada selama 2 jam di stasiun kereta tersebut. Karena terdesak waktu, terpaksa beli tiket susulan seharga 1512Czk, padahal beli online waktu itu hanya 555Czk. Huhuhuhu.

Meski di tiket ada nomor kursi, tapi kami duduk di kursi yang kosong saja, daripada repot kesana kemari nyari kursi sementara keretanya udah mau jalan.
Ternyata di kereta itu saat pemeriksaaan tiket ada beberapa orang yang mengalami kejadian yang sama. Mereka membeli tiket untuk 2 orang tapi hanya tercetak 1 lembar saja dan untuk 1 orang. Terpaksa mereka beli tiket lagi di dalam kereta.

Perjalanan kurang lebih sekitar 7 jam, tiba di stasiun Keleti PU, mbak shifa sudah menunggu bersama teman-temannya Mbak Adit dan Kak Husna. Koperpun beralih tangan. K Husna orang Makassar yang sudah 13 tahun tinggal di sana ikut suami. Setelah dirunut, ternyata masih punya hubungan keluarga dari Soppeng dan senior Sipil 86. Hehehe. Mbak Adit baru sekitar 2 tahunan ikut suami, Kalo Mbak Shifa awalnya ke Budapest karena dapat beasiswa belajar bahasa, setelah selesai malah keenakan tinggal di sana.

Jarak dari stasiun Keleti ke apartemennya sebenarnya dekat saja, namun oleh Kak Husna diajak keliling-keliling dulu melihat tipikal kota Budapest.Ke Hero Square, kemudian melewati jembatan yang melintas di Danube River.

Alhamdulillah, sejauh ini berjalan lancar minimal amanahnya tiba dengan selamat.

ROCK SHOP! HARD ROCK CAFE

Maunya mengkoleksi baju hard rock cafe di setiap negara yang kami kunjungi, Sayang koleksi kaos hard rock terbatas banget, gak banyak pilihan. Model dan warnanya begitu begitu saja. Dari negara satu ke negara lainya jenisnya sama saja. Yang berbeda hanya tulisan negara tempat membeli baju tersebut. Lambat sekali keluar koleksi baju kaosnya. Baju biru yang saya beli di kuala lumpur tahun lalu, masih banyak dijual di prague dan warsawa. Harganya pun dimana saja juga sama kalau dirupiahkan sekitar 300ribu. Jadinya saya berniat untuk gak terlalu ngotot untuk selalu mencari rock shop hard rock cafe, kalau kebetulan ya mampir. Pertama kali beli kaos HRC hanya karena mengantar teman yang emang niat mau beli buat diri sendiri atau titipan temannya. Saya masih tidak berminat untuk membelinya, kemahalan kata saya. Tapi karena keseringan mengantar daripada bengong, mending ikutan beli. Sejak itulah saya kena racun. Amel yang udah menarget nyari HRC di kota yang kami kunjungi. HRC selalu berada di daerah strategis jadi tidaklah terlalu sulit untuk mencarinya. Di Amsterdam hanya sekitar 250m dari hostel, di Prague dekat banget dengan astronomical clock, di warsaw di mall samping stasiun kereta Warsawa Centralna. Di rome, kami sudah berada 1 blok dari HRC, cuman lagi malas nyari n beli. Di Florence, tanpa sengaja bertemu dengan HRC ini jadinya mampir dan beli cenderamata disini. Di Paris, karena banyak waktu dan tau lokasinya jadi nyempatin kesana.

REVIEW ST CHRISTOPHER MOSAIC HOUSE HOSTEL, PRAGUE

Day 4

Tiba di bandara ruzyne, prague jam 21.30 malam. Suhu udara sekitar 18 derajat, jadi lebih hangat dari amsterdam. Bandara sudah sangat sepi, hanya pesawat kami yang tiba di saat itu. Sambil menunggu bagasi, saya mencari peta gratis dan menukar uang. Gak banyak, hanya 50 euro, untuk biaya transport sekedarnya ke hostel. Kena biaya komisi 5%, 1 euro dihargai 22 CZK, czech koruna. Mencoba mencari informasi bus atau metro namun information desknya sudah tutup. Jadi bingung mau naik apa:-)ke hostel, jadi sedikit menyesal kenapa tidak memesan penjemputan dari hostel. Harga yang cukup mahal 550 czk untuk max 4 orang, bikin kami tidak memanfaatkannya. Harga segitu cukup untuk membayar penginapan kami yang hari kedua. Saya gak menyangka bandara ruzyne jam segitu udah sepi. Karena gak banyak pilihan transportasi, saya ikut arus orang yang naik bus tujuan devicka. Hampir semua orang naik bus itu. Bus itu menuju station metro devicka. Sebenarnya petunjuk arah yang diberikan di voucher hostel adalah kami harus ke stasiun central prague, stasiun hvlani kemudian naik metro red line, turun di stasiun muzeum lanjut naik tram. Namun apa boleh buat, kami mencoba membuat jalur sendiri berdasarkan feeling. Di bus, kami bertanya pada serombongan gadis, mengenai bagaimana menuju karlovo namesti, station metro yang juga dekat hostel. Salah satu dari mereka bilang, dari stasiun devicka turun di stasiun mustek, bertukar ke jalur kuning menuju stasiun karlovo namesti. Semakin mendekati stasiun devicka, bus itu makin ramai. Campur baur bau yang ada di bus itu, bau bir czech yang terkenal murahnya itu yang mendominasi. Di stasiun devicka, saya meminta tolong pada seorang gadis yang saya tau sepesawat dengan kami tadi untuk membelikan tiket. Jam 10malam, loket sudah tutup yang ada hanya pembelian tiket melalui mesin. Bahasanya kagak ngerti, dan pembeliannya bukan berdasarkan point to point seperti mrt pada umumnya namun berdasarkan distrik. Harga tiket bus 40czk per orang dan harga tiket metro 24czk per orang. Satu hal yang saya perhatikan, bahwa tidak semua orang peduli membeli tiket bus dan metro, juga gak ada yang menggunakan kartu langganan. Supir bis juga cuek aja tuh dan di stasiun metro gak ada kontrol karcis seperti stasiun mrt yang ada di negara lain seperti hongkong, shenzhen, singapore, bangkok dll. Karcis yang saya beli gak berguna karena tidak diperiksa, tapi bagaimanapun kondisinya, sebagai pendatang, saya akan tetap beli karcis. Cari aman aja. Kondisi stasiun metro pun kurang terawat, disana sini banyak pilox. Sampai di karlovo namesti stasiun, sy bertanya lagi pada seorang ibu, dimana jalan keluar dengan menunjukkan lokasi di peta. Kemudian memastikan dengan melihat peta sekitar statiun yang ada di dalam stasiun. Stasiun mrt/metro memiliki banyak pintu keluar, salah memilih pintu keluar akan makin bingung dan bisa jadi tersesat. Malu bertanya sesat dijalan, apalagi waktu sudah hampir pukul 11 malam, jika terlambat tiba di hostel lebih dari jam kedatangan yang kita tentukan sendiri, bisa membuat mereka punya hak menjual kamar kita dan tetap mencharge biaya kamar full ke dalam kartu kredit kita. Berhasil keluar di exit yang benar, tetap membuat kami harus bertanya lagi kepada sepasang kekasih dan mereka dengan baiknya berbalik arah untuk mengantarkan kami ke jalan yang kami maksud. Gak jauh sih, tapi sangat berarti bagi kami. Dari situ, kami sudah bisa melihat hostel kami.

Finally, kami sampai di St Christopher, hostel yang kami booking lewat http://www.hostelworld.com. Sesuai dengan reviewnya, hostel ini memang sudah bisa dikatakan hotel. Besar, ada bar, ada restaurant, lift disisi kanan dan kiri, lobbynya gak seperti ukuran biasa hostel pada umumnya. Pada saat kami tiba, di bar lagi ada nonton bareng final liga champion. Kami segera masuk kamar, udah capek banget. Kamarnya juga melampaui harapan kami, suasananya seperti kamar hotel bintang 4. Tempat tidurnya besar dan empuk dengan bantal yang super jumbo. Kamar mandinya bagus lengkap dengan handuk dan toiletries dikemas bagus serta hair dryer, tvnya sudah type lcd. Tapi hanya 1 malam kami di kamar ini, besok kami akan pindah di kamar dorm khusus cewek 26 tempat tidur. Maklum sebagai backpacker, bukan kemewahan kamar yang kami cari namun tempat untuk sekedar tidur dan mandi. Mencari hostel di prague untuk malam minggu susah sekali, full book, kalaupun ada harganya berbeda dibanding hari biasa. Mencoba mencari hotel, harga yang murah hanyalah di hotel hotel yang berlokasi agak jauh dari kota. Jadilah saya membooking 2 kali, malam pertama jenisnya kamar twin private dengan harga 600ribuan perorang permalam, malam kedua jenisnya 26 female dorms dengan harga 160ribuan perorang permalam. Dalam benak saya, kamar 26 female dorms merupakan kamar yang luas yang terdiri dari 13 bunk beds/tempat tidur susun tanpa sekat, sehingga pastinya crowded banget. Namun ternyata modelnya disekat sekat, tetap:-)model bunk bed tapi setiap 2bunk bed disekat full, jadi bunk bed saya hanya berhadapan dengan 1 bunk bed lainnya. Kemudian juga tersedia 4kamar mandi dan 4 wc, sehingga:-)gak perlu berlama-lama ngantri dan terpisah dengan area tempat tidur. Tiap tempat tidur dilengkapi dengan bantal super jumbo, kasur yang enak, lampu baca, selimutnya:-)juga enak dan 1colokan listrik.

Sebaiknya jauh jauh hari membooking, agar banyak pilihan hostel, jenis kamar, dan harga yang tepat.

Hostel ini sangat strategis tempatnya, di depannya ada chinese restaurant. Gak ngerti halal atau tidak. Sekitar seratus meteran ada restoran halal namanya halal meat. Jalan sedikit di pinggir sungai ada libanese restoran. Di depan hotel juga ada warnet dan minimarket. Air mineralnya termasuk murah 15czk perbotol 1,5liter setara 8 ribu. Di dekat charles bridge, harga air mineralnya 40czk. Kemudian menyediakan beras, kebetulan beras seliter yang kami bawa dari indonesia sudah habis. Harganya 59czk seliter. Dekat pula dengan masjid yang ada di pinggir sungai. Untuk menuju tempat wisata juga mudah. Dancing house ada di belakang hotel, charles bridge sekitar 1 km jalan kaki, old town juga sekitar 1km. Kekurangannya adalah disini tidak termasuk sarapan, kalau pengen sarapan tersedia di restaurantnya dengan harga sekitar 5-6euro.

Alternatif hostel yang lain di prague adalah Prague SQuare Hostel. Hostel ini pernah saya booking untuk keperluan pengurusan visa schengen. Lokasinya sangat strategis, di tengah old town dan sangat dekat sekali dengan astronomical clock. Harganya cukup

murah sekitar 100ribuan permalam perorang termasuk sarapan.

EASYJET AIRLINES

Day 4

Easyjet merupakan maskapai budget airlines berbasis UK, menghubungkan berbagai kota Inggris Raya dan berbagai kota di negara Eropa. Mengingatkan pada Airasia pada awal masuk di Indonesia, dimana gak ada nomor kursi. Semua orang harus bergegas untuk mendapatkan posisi kursi yang diingini.

Harganya yang kurang lebih sama dengan harga tiket kereta, membuat saya memilih terbang dengan lama penerbangan hanya 1jam 10 menit dari Amsterdam ke Prague. Naik kereta dengan duduk semalaman kurang lebih 14 jam tidak direkomendasikan oleh http://www.seat61.com. yang disarankan adalah membeli tiket dengan couchette, kompartemen dengan tempat tidur yang hanya pas seukuran badan. Harga tiket dengan couchette ini sudah diatas harga tiket pesawat. Sebenarnya ada kesempatan beli 1 gratis 1 pada tanggal 2 mei, tapi terlewat karena lupa.

Bagasi easyjet dibeli terpisah, 11 euro untuk ukuran max 20 kg. Easyjet sudah mewanti wanti bahwa bagasi kabin hanya maksimal 1 piece, termasuk tas tangan, laptop dan kantong plastik. Contoh kalau punya ransel besar dan ransel harian yang lebih kecil, ransel kecil itu harus dimasukkan dan ke dalam ransel besar. Ukuran bagasi kabin sudah ditentukan, di bandara di depan counter check in ada tempat untuk mencocokkan bagasi sesuai dengan ukuran atau tidak. Tadinya kami tidak membeli bagasi, namun berhubung ada titipan tas dari teman indobackpacker yang tinggal di budapest, sy membeli bagasi. Entah saya salah mengerti tentang ketentuan bagasi pada saat googling, ternyata voucher bagasi itu hanya berlaku untuk 1 piece max 20 kg, gak bisa 2 pieces digabung meski beratnya kurang dari 20 kg.

Petugas check in meminta agar kami menambah biaya 30 euro untuk tambahan bagasi. Ogah. Isi tas itu tidak cukup berharga untuk dikenakan biaya 30 euro. Mending kami memindahkan isi yang penting meski ransel kami pun sudah penuh. Kami bertahan untuk tidak membeli bagasi. Petugas check in mengingatkan agar ukuran tas bagasi kabin jangan melebihi ukuran yang ditetapkan, jika ketahuan berlebih akan dikenakan biaya bagasi 50 euro di gate keberangkatan.

So, kami mencari tempat sepi untuk mengatur barang barang kembali, sebagian baju sy keluarkan dan memakainya berdouble double. Saya memakai 3 baju kaos, 1 cardigan, 1 jaket, 1 pashmina kain, 2 pashmina kaos, jilbab ninja dan topi jilbab. Berat dan panas, jadinya penampilanku gak keruan bentuknya. Di dalam kantong jaket, saya jejalkan barang barang kecil sampai semuat muatnya. Isi tas batik yang gak jadi dibagasikan adalah makanan, snack dan barang kecil yang udah gak muat di ransel kami. Kami memutuskan tas batik itu dibuang beserta barang yang gak terlalu penting, mie gelas, sendal, handuk, snack, jeruk dan lain lain. Sayang juga sih dibuang, tapi apa boleh buat. Barang yang tidak dibuang kami jejalkan ke dalam ransel. Setelah selesai mempack ulang, kami mengukur kembali ransel tersebut.

ransel yang selalu lolos masuk ke pesawat wizz air dan easyjet, sementara ranselku akhirnya saya bagasikan pada penerbangan berikutnya dari pada dagdigdug melulu

ransel yang selalu lolos masuk ke pesawat wizz air dan easyjet, sementara ranselku akhirnya saya bagasikan pada penerbangan berikutnya dari pada dagdigdug melulu

penampilan yang gak karuan gara-gara dobel baju

penampilan yang gak karuan gara-gara dobel baju

Pada saat kami tinggalkan tas batik di dekat tempat sampah, ada seorang bapak penasaran dengan tas itu. Setelah memastikan tas itu memang dibuang, dia balik lagi mengambilnya dan memeriksanya. Saya hanya melihat sejauh itu, tidak jelas apakah beneran diambil atau tidak. Bapak itu juga membawa koper pertanda dia juga bepergian in or out dari bandara itu, jadi bukan pemulung.

Tidak ada pemeriksaan passport lagi, tapi barang barang bawaan di periksa dengan sangat ketat. Gak ada kursi tunggu di dalam ruang tunggu easyjet, jadi kami hanya berdiri. Tas ransel kami aman melewati pemeriksaan boarding pass. Syukurlah. Pesawat sedikit delay 30 menit, begitu gate dibuka, kami segera berlarian dan memilih naik dari tangga belakang.

tas yang saya bawa: backpack beroda, tapi gak pernah digendong

tas yang saya bawa: backpack beroda, tapi gak pernah digendong

Apa yang saya coba katakan pada cerita ini adalah betapa kami berusaha mengatur perjalanan kami sehemat mungkin dengan isi ransel yang terbatas dan dengan kemampuan untuk memanggul ransel yang terbatas pula dan dengan mobilitas yang tinggi pula. Jadi jangan mengharapkan kami membawa oleh oleh yang makan tempat, makan biaya dan merepotkan!!!!! We just want to enjoy our trip in our way.

KEUKENHOF TULIP GARDEN

Day 4

IMG_3874

icon I amsterdam di depan rijks museum

 

Kami ke rijks museum yang gak jauh dari hostel hanya sekitar 300meter. Didepannya ada lagi icon I amsterdam. Gak ketinggalan untuk take a picture disini. Jalan lagi ketemu Van Gogh museum. Kami tidak sempat untuk masuk ke dalam kedua museum, museum bukanya jam 09.00 sementara kami sudah harus ke airport. Ini hari terakhir kami di Amsterdam, dan kami sengaja keluar pagi untuk mencari halte bus menuju airport dan menghabiskan waktu berkeliling sekitar hostel kami. Pesawat kami ke Praha sebenarnya masih lama jam 4 take off, tapi kami mau ke Keukenhof Tulip Garden. Beli paket ke keukenhof (bus pp n tiket masuk) di airport. Tadinya kami kuatir bunga tulipnya sudah pada layu, mengingat 3 hari kemudian Keukenhof Tulip Garden ini akan ditutup, dan buka lagi Mei tahun depan. Alhamdulillah bunganya masih banyak sekali.

IMG_3914

keukenhof tulip garden

tulip

tulip warna warni

IMG_3939

yellow tulip

IMG_3957

pink & white tulip

IMG_3992

windmill @keukenhof tulip garden

IMG_3962

IMG_3984

sun bathing @garden

IMG_4016

suasana keukenhof tulip garden

IMG_3904

daerah butik exclusive, cafe dan mobil keren di sekitaran rijks museum

IMG_3907

bis ke airport no 197 naik di depan rijks museum

IMG_3970 IMG_3974

BANYAK SEPEDA ONTEL DI AMSTERDAM

IMG_3843

Sarana transportasi yang paling umum di belanda adalah dengan menggunakan sepeda. Gak ada batasan usia, batasan status, batasan jabatan dan sebagainya. Sudah pemandangan biasa, pria berdasi, wanita berjas dan menggunakan sepatu high heels bersepeda kemanapun. Anak bayi atau balita dibonceng bersepeda, sepeda diberikan kursi khusus untuk anak-anak tersebut. Pesepeda dibuatkan jalanan khusus dan parkiran khusus. Jenis sepeda pun biasa saja, kebanyakan sepeda ontel. Mereka gak jaga gengsi, dengan bersepeda menjadikan amsterdam kota yang ramah dengan lingkungan. Gak ada kemacetan dan polusi udara akibat tidak terkontrolnya jumlah kendaraan bermotor.

Ada cerita menarik yang disampaikan angel, guide sandemans free walking tour. Setiap tahunnya kurang lebih 15000 bangkai sepeda ditemukan di kanal amsterdam. Bangkai sepeda tersebut harus diangkat dan dibersihkan dari kanal agar tidak mengganggu transportasi kanal. Sebagai pendatang, angel bertanya kepada orang yang membuang sepedanya, bukan hanya 1-2 orang yang ditanya sampai kurang lebih 24 orang. Dan jawaban mereka hanya satu, sebab mereka mabuk. Yailah, kurang kerjaan banget, mabuk buat mereka jadi membuang sepeda.
Kami semula berencana untuk menyewa sepeda berkeliling amsterdam. Di hostel, tersedia penyewaan sepeda dengan 15euro per 24 jam. Namun amel gak sanggup bersepeda takut kehabisan nafas atau poso. Jiahh, padahal amel punya sepeda lho di ternate. Jadinya kami menikmati amsterdam dengan berjalan kaki.

IMG_3706

Yang mendominasi ferry di depan Amsterdam Central adalah para pesepeda

IMG_3678

Cewek cantik ber high heels dan bersepeda