MUTASI…. SEJAUH INI KEJUTAN YANG MENYENANGKAN

Saya mutasi lagi. Kali ini ke ujung Sulawesi Selatan yaitu Palopo. Dari Parepare tempat kerja sebelumnya sekitar 4jam perjalanan darat. Sedangkan dari Parepare ke Makassar sekitar 3jam perjalanan darat. Jadi semakin jauh dari Makassar dengan jarak sekitar 400km. Mutasi ini judulnya promosi. Alhamdulillah meski saya gak  menyangka akan secepat ini. Saya sebenarnya masih dalam posisi yang belum kepikiran atau belum punya ambisi untuk menempati jabatan yang diamanahkan sekarang. Prinsip saya, progress karir itu one step ahead dan mengalir saja.

Mutasi ini merupakan mutasi yang keempat kali. Desember 2000, start up jadi pegawai di Makassar. Agustus 2007, mutasi promosi ke Palu. November 2011, mutasi promosi ke Manado. November 2013, mutasi ke Pare-Pare. September 2014, mutasi promosi ke Palopo. Bagi saya, sejauh ini mutasi merupakan hal yang menyenangkan. Saya senang berada di daerah yang baru, dapat pengalaman yang baru, dapat kenalan baru, jadi tau budaya di tempat yang baru, bisa mengexplore tempat yang baru dan banyak belajar hal-hal baru lainnya. Juga merupakan kejutan yang menyenangkan karena tau-tau mutasi tanpa pernah kasak kusuk sebelumnya.

Juli 2007, baru saja selesai mengikuti penutupan Diklat Muda di Jakarta, saya ditelpon sama bos, diberikan 3 pilihan tempat mutasi: Palu, Sorong atau Papua. Saya yang bengong ditanya seperti itu tanpa pikir panjang menjawab pilihan itu yaitu ke Palu. Padahal seharusnya saya kompromi dulu sama suami. Untungnya suami memberi restu…hehe. Dan sebulan kemudian Sknya beneran muncul. Ternyata pada saat bos saya (Pak Syatir) menelpon, beliau sedang bersama Kakanwil (Pak Nasrun) dan Direktur Umum (Bu Hani) di Tanjung Bira. Jadi prosesnya bisa cepat gitu. Proses pindahannya lumayan ribet, saya memutuskan untuk ngontrakin rumah di Makassar, sebagian barang-barang saya titip sementara di rumah orang tua, sebagiannya lagi tetap di rumah itu sekalian dikontrakin dengan isinya. Di Palu, saya cukup lama hampir sekitar 4 tahun. Tapi saya senang berada disini berasa banyak teman dan banyak keluarga. Saya tinggal di kompleks rumah petak model U, jumlah rumah didalamnya ada sekitar 23. Ramai banget, penuh dengan suka cita namun juga konflik antar penghuni. Anak-anak bebas berlarian di tengah kompleks, main sepeda atau gantian main diteras. Ibu-ibunya arisan dan hobi ngumpul. Nikmatnya berbagi terasa banget disini. Saya jadi semangat masak dan bikin kue. Soalnya banyak penggemarnya….hehe.. baik itu teman di kompleks rumah maupun di kantor.Teman kantor juga asik-asik dan pada masih muda-muda. Sering kami bikin kegiatan ngumpul dan makan-makan. Ada yang ulang tahun makan-makan, ada yang habis dinas makan-makan lagi, ada yang dapat rejeki mentraktir makan.

Dari segi biaya hidup di Palu relatif murah, harga seafood untuk diolah sendiri itu luar biasa murahnya. Saya juga banyak berkesempatan untuk explorasi tempat jalan-jalan, Ke Togean (snorkling), Ke Tanjung Karang (snorkling), trekking mencari air terjun Wera, trekking mencari danau Lindu.

Di tahun keempat, saya mulai jenuh pengen pindah ke tempat yang baru. Secara jalur karir, mutasi promosi hanya di dua tempat yaitu Manado dan Ambon. Dan saingannya dari regional saja ada 8 orang, belum dari luar wilayah. Meski jenuh, saya tetap menggunakan prinsip mengalir saja, biarkan user yang menentukan. Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan mutasi ke Manado di akhir 2011. Saya memutuskan untuk mutasi sendiri ke Manado. Anak-anak yang sebelumnya ikut bersama saya di Palu, kali ini akan tinggal bersama papanya di Makassar. Pertimbangannya banyak. Pertama, biar lebih focus kerja; Kedua, saya juga kurang sreg nyekolahin anak di Manado (belum ada SDIT disana); ketiga, harga kontrakan rumah cukup mahal disana; keempat susah dapat ART; terakhir papanya yang minta anak-anak di Makassar. Kalau di Palu, papanya yang rajin mengunjungi, giliran saya yang rajin mengunjungi ke Makassar. Proses pindahannya juga lumayan ribet. Barang-barang banyak sekali, sampai harus nyewa 1 truk ke Makassar. Begitu juga proses loading n unloadingnya yang makan waktu banget.

Di Manado, saya ngekos kamar saja yang letaknya hanya selemparan batu dari kantor. Saya jadinya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Biasanya pulang diatas jam 9 malam, weekend kalo gak pulang ke Makassar juga lebih banyak dihabisin dikantor. Tiap 2-3  minggu sekali pulang ke Makassar. Di Manado lebih banyak nabung tiket, hehe. Ada tiket promo langsung diambil. Apalagi sempat ada Airasia Makassar-Manado. Saya sempat sampai punya jadwal pulang full setiap minggu selama 2 bulan berturut-turut gara-gara dapat tiket Airasia 250ribu pp. Berangkat Jumat malam pulang hari Minggu.  Sangat senang kalo dapat libur di hari Jumat atau Senin, biar bisa lebih lama bersama anak-anak. Atau pas ada hari kejepit, ambil cuti sehari.  Jadi hiburan tersendiri juga karena di pesawat banyak ketemu dengan teman-teman yang senasib yang kerjanya di Manado tapi homebasenya di Makassar. Sayang Airasia gak berumur panjang cuman gak sampai setahunan beroperasi di Manado, padahal saya sudah terlanjur daftar kuliah S2 di Makassar dengan harapan bisa memanfaatkan maskapai murah ini. Penghasilan  jadinya terkuras banyak hanya untuk tiket sejak kuliah antara 3-6juta sebulan. Beruntung juga sekitar 4 bulan kemudian, saya dapat sk mutasi ke Pare-Pare. Mutasi biasa saja, bukan promosi.  Tapi hikmahnya saya bisa berkumpul dengan keluarga lagi dan  sudah gak mengeluarkan biaya pesawat buat pergi kuliah. Anak-anak saya pindahkan sekolah (lagi) ke Pare-Pare. Belajar dari pengalaman di Manado, saya sudah gak mau pisah sama anak-anak lagi. Sekarang kemana saya mutasi, anak-anak harus ikut saya. Susah dan senang biar ditanggung bersama.

Proses pindahnya gak ribet. Setiap kali pulang ke Makassar, saya nyicil bawa barang. Lama-lama jadi habis. Yang gak bisa dibawa kayak kulkas, tempat tidur  dan lain-lain dilelang aja ke teman kantor.

Mutasi yang terakhir ini juga datangnya tiba-tiba dan paling cepat proses pindahnya. Tanggal 01 September pagi-pagi dapat telpon dari Pak Kakanwil, nanya-nanya soal kinerja dan terakhir nanyanya gini:

PaK A: Kamu siap pindah lagi kan?

Saya: Memang mau  kemana pak? Kalo bisa saya pindah bidang aja pak ke pelayanan. (Kesempatan mumpung ditanya kayak gini)

Pak A: Ngapain kamu pindah bidang, mending ngurusin semua bidang. Siap-siap aja. (end of conversation).

Saya: Bengong n speechless.

Besok siangnya, sknya sudah ada. OMG. Gak nyangka secepat itu. Kemudian besoknya sudah harus mengikuti pertemuan di Jakarta. Tanggal 09 September, saya sudah mulai beraktivitas di Palopo sampai saat ini. Anak-anak yang baru sekolah 1 semester di Pare-pare, pindah sekolah lagi untuk yang keempat kalinya.

Banyak warna, banyak cerita. Dari awal saya sudah memposisikan diri untuk keluar dari comfort zone. Lari dari tantangan, resisten terhadap perubahan, stay in comfort zone hanya membuat diri tidak akan berkembang. Kecemasan menghadapi situasi yang baru pasti selalu ada. Tapi berfikir positif saja, maka dengan sendirinya energy positif yang muncul.

Everything is about learning, everything is about getting something new.