Tahun Baru 2024

WhatsApp Image 2024-03-20 at 14.50.17

Memasuki tahun 2024, kesempatan untuk ambil cuti nih menghabiskan cuti tahun kemarin. Cuti tahun 2023 masih tersisa 8 hari dari jatah 18 hari. Dan tahun kemarin itu cuman bisa sekali cuti 6hari untuk umrah+Turki+Geogia. Sisanya beberapa kali ngambil ijin potong cuti karena alasan penting. Sempat ke Kolaka ijin 1 hari karena om saya meninggal. Ijin 1 hari ke Makassar karena ada kawinan ponakan suami yang wajib saya datang. Ada juga ijin 1 hari setelah libur lebaran di Makassar karena ada urusan ke bank. Saya memang membatasi untuk traveling tahun kemarin karena saya baru juga mutasi ke Jakarta awal tahun lalu. Jaim dulu soalnya orang menandai saya sebagai orang yang jalan-jalan melulu, hehe. Paling gak mau saya kalo dibilang kerjaan berantakan karena lebih mikirin jalan-jalannya. Justru saya akan berusaha untuk punya kinerja yang baik biar bisa bargain soal cuti.

WhatsApp Image 2024-03-20 at 14.51.32

Saya memutuskan untuk menikmati pergantian tahun di Bangkok dan ke Laos. Tiketnya gak murah-murah amat tapi harga segitu wajarlah untuk harga tiket menjelang tahun baru. Belinya pun sebulan sebelum berangkat. Jakarta-Bangkok 3.5juta pp/orang. Perginya berlima, udah lama saya gak pergi dengan keluarga. Continue reading

Outing Kantor: Bangkok

Kami sepakat hadiah uang tunai yang didapat kantorku Desember kemarin, dipergunakan untuk outing kantor. Biar berasa kenangannya. Memory lasts forever. Jika dibagi dalam bentuk duit, lenyap tak berasa. Jika dibagi dalam bentuk barang, belum tentu semua butuh barang tersebut. Pada sepakat ke Bangkok, mumpung modal hadiahnya besar sehingga kontribusi pribadi gak terlalu besar. Kebetulan pula, pas ada promo diskon 400ribu Jakarta-Bangkok jika beli return dan pake kartu kredit tertentu. Sisa bayar 1.3juta pp. Memang gak semua dapat di harga tersebut tapi setidaknya bisa ngirit. Lebih cepat lebih baik, anak-anak kantor butuh refreshing setelah jor-joran kerja di akhir tahun. Mumpung juga masih awal tahun, aktivitas belum padat. Saya pun butuh momen ke Jakarta untuk mengurus visa UK. Sambil menyelam minum air. Biar tiketnya gratis. Hehehe. Continue reading

DAMNOEN SADUAK FLOATING MARKET

01 Mei 2011

Jam 06 pagi, kami sudah keluar hotel. Sengaja pagi-pagi banget, karena kami akan keluar kota ke Damnoen Saduak Floating Market. K Idrus n anak-anak tidak ikut, so kami dengan leluasa bisa naik taxi dengan argo ke Sai Mai Tai Terminal. Untuk ke Floating market itu harus naik bis dari Southern Bus Terminal, Sai Mai Tai Terminal. Dengan argo, ongkos taxi hanya sekitar 110bht. Padahal lebih jauh 3x lipat ketimbang jarak dari Grand Palace ke Hotel naik taxi kemarin.

Jadi jika anda ke Bangkok maximal berempat, kemana-mana naik taxi aja yang penting ber-argo ketimbang dari Metro, BTS dan sebagainya. Murah.

Untuk ke Damnoen Saduak, gak perlu masuk kedalam gedung terminal. Cukup cari tempat mangkal bisnya dan langsung naik di bis. Bis yang ke pasar ini adalah bis nomor 78.

Terminal Sai Mai Tai ini merupakan pangkalan bus yang menuju kota-kota di Thailand bagian selatan, antara lain : Damnoen Saduak, Phuket, Krabi, Surat Thani, dan Hat Yai.

Floating Market di Thailand banyak sekali diantaranya yang terkenal adalah Damnoen Saduak dan Amphawa Floating Market. Kami memilih Damnoen Saduak karena Amphawa Floating Market baru rame sore hari sampai malam hari, sementara sebentar sore kami sudah akan terbang ke KL. Bukunya Ariyanto merekomendasikan ke Amphawa, lebih orisinil dan masih alami.

Perjalanan ke Damnoen Saduak memakan waktu hampir 2 jam. Pasar terapung itu terletak di Provinsi Ratchaburi, sekitar 110 km dari Bangkok. Di perjalanan, banyak juga candi-candi bagus, seperti Wat Phra Chedi yang hanya kami pandangi dari dalam bis. Dan sang kondektur mulai menagih ongkos bis seharga 64Bht. Beberapa kali naik bis, kondekturnya selalu perempuan, lemah gemulai dan pake rok. Kalau di Indonesia, mana berani perempuan jadi kondektur, bisa habis badannya dicolek-colek. Kalaupun ada wanita yang mau jadi kondektur, biasanya wanita preman alias wanita yang ditakuti juga oleh laki-laki. Itu satu indikator bahwa Bangkok merupakan kota yang aman, dan profesi kondektur tidak harus melulu laki-laki.

Kami tiba di pelataran parkir Damnoen SAduak dan disambut oleh coordinator perahu yang akan ke Floating Market. Kami terkejut saat disebut tariff perahu 500Bht/orang. Gimana gak, uang di dompet hanya tersisa sekitar 900Bht. Rasanya mau kabur pulang. Saya bilang aja terus terang sambil membuka dompet bahwa sy cuma bawa duit 900 Bht dan itu termasuk ongkos pulang ke Bangkok. Pelan-pelan harganya diturunkan sampai akhirnya 200bht/orang, sy tetap gak mau dengan harga segitu, kalau 500bht/bertiga baru deal. Saat kami akan berjalan keluar, akhirnya dipanggil untuk naik ke perahu.

Inilah akibatnya, kalo tidak detail informasinya sementara duit pas-pasan. Hehehe.

IMG_4228

Perahu pun mulai menyusuri kanal-kanal selebar 2 meter. Dikiri kanan tampak kios yang sudah permanen menjual berbagai souvenir. Sekitar 15 menit kami sampai ke pasar terapung, rame banget dengan pedagang dan pengunjung. Saking ramenya jadi macet. Pedagang buah, pedagang minuman, pedagang makanan dan kue-kue jajanan pasar yang langsung di buat di perahu, bahkan pedagang souvenir sibuk berkeliaran kesana kemari untuk menjajakan dagangan. Ada juga sih semacam hall tempat kumpul-kumpul untuk duduk makan dan minum bahkan belanja. Kita tinggal menyampaikan kepada tukang perahunya untuk berhenti sejenak disini.

Tukang perahunya sibuk menawarkan untuk singgah membeli souvenir ataupun makanan, namun kami menolak dan menyampaikan bahwa kami hanya ingin melihat-lihat saja. Kalau soal harga, kelihatannya gak murah-murah amat, contoh jambu merah ditawarkan 100bht untuk 3 buah.

IMG_4277

Di Damnoen Saduak, kami juga diajak ke Coconut Sugar Farm, yaitu pusat pembuatan gula kelapa. Welcome drinknya berupa es nira. Disini didemonstrasikan secara langsung proses pembuatan gula kelapa dan banyak souvenir berupa makanan dari gula kelapa dan kerajinan dari tempurung kelapa.

Kembali ke kota Bangkok juga butuh sedikit perjuangan, karena bus gak ada yang ngetem di damnoen Saduak. Hanya boleh naik di terminal resmi sekitar 800m dari Damnoen Saduak.

Tiba di hotel langsung check out dan segera ke Rajpraprop station. Ada masalah lagi disini, ternyata duit kami gak cukup, kurang 10 Bht untuk bisa sampai ke airport. Didompet hanya ada ringgit, USD, SGD, Vietnam Dong. Periksa semua kantong untuk cari duit kecil ini, gak berhasil. Bertanya tentang atm terdekat adanya sekitar 300meter. Ogah. Lagian masak gara-gara 10 bht, sy harus narik atm dan kena charge penarikan 150baht . Jadi sy mencoba membujuk penjual tiketnya untuk bisa beli 6 tiket dengan 150bht dan uang USD2 dan berhasil meski penjual tiket sedikit gak rela. Hahaha.

 

Amel dan Nayla terbang duluan ke KL, sementara kami menunggu penerbangan berikutnya. Malam ini kami akan menginap di Tune Hotel LCCT, karena besok jam 1 siang udah harus terbang ke Makassar.

Go HOME

02 Mei 2011

Jam 05 pagi, saya sama Kajol berangkat ke Kota Kualalumpur, tujuannya untuk menemani Kajol melihat-lihat KL. Naik Aerobus ke KL Sentral kemudian kami ingin mencoba kereta yang ke Batucaves. Kereta api ini baru beroperasi sejak pertengahan tahun lalu. Wow ternyata stasiun kereta api Batucaves persis di sebelah Batucaves ini. Ada alternative yang lebih baik ketimbang taxi atau bis.

Tadinya mau ke Petronas juga, tapi kami mengurungkan niat dan memilih balik ke airport.

End of trip.

BIAYA-BIAYA

imagesmoney

Agak sulit memilah-milah biaya/orang untuk trip selama 8 hari 7malam ini, karena kami keluarga. Jadi biayanya campur baur. Apalagi emang dari awalnya, gak terlalu detil dalam merencanakan. Sy coba hitung-hitung sebagai berikut:

total biaya perjalanan diluar tiket pesawat Rp 12,125,000 untuk 4 org dewasa n 2 anak-anak.

Kalo dibagi ke 4 dewasa menjadi sekitar Rp 3,100,000/orang starting dari Makassar.
Tiket pesawat untuk 5x terbang (Makassar-KL, KL-Phuket, Phuket-Bangkok, Bangkok-KL, KL-Makassar) Rp 550,000/orang kecuali Kajol karena beli belakangan kena tiket di harga Rp 800,000

CHATUCHAK WEEKEND MARKET & WAT ARUN

30 April 2011

Hari ini, kami mau ke Chatuchak Weekend Market, Wat Arun, Wat Pho dan Grand Palace. Tiga tempat terakhir sudah pernah saya kunjungi, namun gpp diulang lagi, buat mereka yang belum kesana.

Di depan hotel, ada penjaja makanan halal, kami menyempatkan untuk membeli bekal untuk makan siang kami nanti.

Dari Stasiun Rajraprarop, kami menuju ke Stasiun Phaya Tai, station yang terkoneksi dengan BTS untuk menuju ke Mo chit Station. Keluar dari Mochit station dan melewati Chatuchak Park, kita sudah berada di area Chatuchak Weekend Market (CWM). Enak juga berbelanja disini, semuanya ada dan murah. Namun kami tidak berbelanja banyak disini, maklum persediaan Baht sudah mulai menipis dan kami tidak mau repot dengan berbagai macam bawaan. Kalau harga baju kaos, masih murah kaos Thailand yang sy beli di Carrefour Phuket, juga masih murah beli di depan hotel ketimbang disini.

Pada saat masuk ke CWM, Amel dan Kajol memisahkan diri dan janjian ketemu di Chatuchak Park jam 12 siang. Kami sendiri gak terlalu lama berada di CWM, anak-anak pengennya main di Chatuchak Park itu.

Kami menyewa tikar di Chatuchak Park seharga 20 Baht sampai selesai pake. Sambil tidur-tiduran mengawasi anak-anak yang bermain di taman bermain yang ada disitu. Setelah Amel dan Kajol datang, kami pun memakan bekal kami. Hehehe. Jauh-jauh ke negeri orang pergi piknik di taman. Bagi kami, no problem coz prinsipnya act like local dan save your money. Kami gak mau bangkrut gara-gara pergi berlibur.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Wat Arun. Sebenarnya pengen naik taxi, namun di tolak terus sama taxinya, karena kami ber-enam (padahal 2 diantaranya kan anak kecil). Meski, kami tak keberatan untuk bayar lebih atau gak usah pake argo. Eh gak ada yang mau. Baiklah kalau begitu, kami naik MRT/metro sampai Station Hua Lampong kemudian setelah sampai mencoba lagi menahan taxi untuk menuju ke pier Sungai Chao Prhaya. Gak ada taxi yang mau, huff Be-te. Apalagi ada lagi yang mencoba mendekati kami, tapi gak kami gubris. Kami pindah tempat, dia juga ikut. Kami ke 7-11 membeli air minum sekaligus bertanya cara ke pier, setelah keluar dia masih ada juga. Kami jalan beberapa saat, dia masih ikut dibelakang kami. Huhu, langsung sy dengan ketus ngomong ke dia: Why do you follow us???? Jawaban dia, memang kenapa? Sy bebas kemana aja sesuai dengan keinginan hati, kata dia. Nyerocos terus, lalu kami tinggalkan dia yang masih memelototi kami. Bangkok scams is everywhere. Just beware of it if you come to Thailand.

Kami berjalan dan akhirnya sampai di pier yang ada di mall. Lumayan jauh juga jalannya sekitar 1 kilometer. Sayangnya pier yang ada di Rivercity Mall ini hanya untuk carteran bukan untuk umum. Carter ke wat Arun sekitar 500Baht one way. Untuk ke pier yang umum ada disebelah mall ini gak jauh.

Akhirnya kami berada di pier yang benar, kami naik perahu menuju pier Tha Tien tanpa milih-milih untuk menghemat waktu. Padahal sebenarnya, besar kecil ongkos naik perahu ditentukan dari jenis perahu yang dinaiki yang dapat dilihat dari jenis bendera yang ada di perahu. Bendera orange, merah, hijau atau kuning.

Di pier Tha Tien ada perahu khusus ke Wat Arun dengan harga 6 Bht sekali jalan. Di Wat Arun, hanya Amel, Kajol n dede yang naik ke candi. Kami hanya keliling kompleks Wat Arun dan duduk-duduk ditempat yang teduh. Wat Arun merupakan pagoda tertinggi yang ada di Thailand yang terletak di sisi seberang dari Sungai Chao Prhaya

Dari sini kami kembali ke pier Tha Tien dan berjalan ke Wat Pho, The Temple of Reclining Buddha. merupakan patung Budha yang terbesar (panjang 46m dan tinggi 15m) dan dengan pagoda yang terbanyak di Thailand dengan jumlah 99 pagoda.

Dari sini, kami bertanya arah ke Grand Palace pada kondektur bis kota yang sedang ngetem disamping wat pho. Kami malah diajakin naik bis, gak berapa lama bis jalan dan hanya kami penumpangnya, dan gak berapa lama kemudian kami diturunkan di depan Grand Palace tanpa bayar. Baik ya tapi percuma juga ke Grand Palace secara waktu sudah menunjukkan jam 4sore dan Grand Palace sudah tutup. Kami memutuskan pulang ke hotel dan kami beruntung ada taxi yang mau ditawar 250 bht untuk sampai di hotel.

Taxi itu tidak mengantar kami sampai depan hotel melainkan hanya menurunkan kami di pinggir jalan besar di depan jalan kecil menuju hotel. Ya saya gak bayar full jadinya. Tapi memang suasana di sekitar hotel menjadi tambah crowded, mungkin karena ini adalah hari sabtu sore menjelang malam minggu. Jadi agak sulit turun persis di depan hotel. Bagus juga sih diturunkan di situ, karena di jalan besar itu terdapat mall Platinum dan Pantip Plaza, IT Plaza tempat jualan elektronik. Jadi tahu jalannya.

K’Idrus dan anak-anak memilih berenang di hotel, kami lanjut ke mall Platinum untuk melihat ada apa disitu dan makan di food courtnya. Sayang mall ini pun juga cepat tutup. Jam 08 udah mulai beres-beres. Kami memilih makan di KFC, coz food courtnya sepenglihatanku gak ada halal.

Keluar dari mall Platinum, kami melakukan proses tawar menawar dengan supir tuk tuk. Sebenarnya khawatir kena tuk-tuk scam, tapi pengen nyoba tuk tuk. Dapat saran dari hasil browsing-browsing, jangan menawar pada tuk-tuk yang lagi mangkal kemungkinan itu Bangkok scam, jadi kalo pengen naik tuk tuk, stop tuk tuk yang lagi jalan. Kami mau ke MBK Mall, tepatnya Hard Rock Café. Karena HRC berada di dekat MBK. Akhirnya deal dengan 160 Bht pp sampai di hotel.

Begitu nyampe di HRC, sopirnya gak mau menunggu dan minta dibayar. Sy membayar 80 Bht. Di HRC ini kami hanya ke Rock Shopnya, membeli kaos made in Hard Rock Café Bangkok. Lalu kami jalan ke MBK Mall yang sy tau tutupnya sekitar jam 10 malam.

Kalo dipikir-pikir, hampir semua moda transportasi di bangkok sudah dicoba, mulai dari tuk tuk, song taew, taxi, bis kota, BTS, Metro sampai kereta apinya.

BANGKOK & AYUTTAYA

FLY TO BANGKOK FROM PHUKET

28 April 2011

Alhamdulillah, pagi ini semua masih segar bugar, padahal kemarin main air dan berangin-angin dengan kondisi baju basah seharian. Sambil menunggu waktu di jemput Mr Kom untuk diantar ke bandara, kami jalan-jalan ke Patong Beach untuk terakhir kalinya.

Kami berbeda pesawat dengan Kajol pada penerbangan ke Bangkok ini. Soalnya, tiketnya Kajol dibeli belakangan dan untuk pesawat yang sama dengan kami harganya kena mahal. Tp karena Cuma berbeda sekitaran sejam, check in dan masuk ruang tunggunya masih sama-sama. Tiba di bandara Suvarnabhumi, giliran kami yang menunggu dan untungnya pesawatnya Kajol juga tiba tepat waktu. Kami naik kereta Airport City Line menuju hotel kami di Bangkok. Airport City Line harganya Cuma 40Bht perorang, ada juga opsi Kereta Airport Express Line 150Bht. Keunggulan Airport Express ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Bangkok ke Airport karena gak singgah di stasiun kereta manapun. Kami turun di Rajpraprop, stasiun terdekat dengan hotel yang kami booking, Baiyoke Suite Hotel. Dari station udah keliatan mana hotel kami, kami sisa mengira-ngira jalan menuju hotel tersebut meski melalui jalan-jalan kecil. Sekitar 10 menit jalan, kami tiba di hotel. Hotel Baiyoke Suite Hotel meski berlantai 43, tapi lingkungannya gak terlalu mendukung. Terlalu crowded, berada di jalan yang gak terlalu besar dan terintegrasi dengan pusat perbelanjaan sekelas mangga dua. Di depannya juga ada pusat grosir Indra Regent Pratunam. Pada sore hingga pagi hari, jalanan tersebut menjadi area jualan seperti pasar malam.

Hal tersebut sudah saya ketahui pada saat membaca review hotel ini dan sy tetap memutuskan untuk membook hotel ini. Pertimbangannya sy mencari hotel yang ada kolam renangnya (buat nyenengin anak-anak) dan murah, untuk kamar executive suite 3 malam ditawarkan di websitenya seharga 4,719 Baht, late check out sampai jam 04sore, plus sarapan pagi untuk 2 orang dan 1 anak. Executive suite 46m2 dimana ruang tidur dan ruang tamu terpisah dimana untuk 4 orang dewasa n 2 anak-anak rasanya cukup tanpa perlu tambah extra bed.

Manalah tau kenyataan berkata lain. Sy harus menambah biaya 3600 baht untuk 2 extra bed selama tiga hari setiba disana. Huhuhu. Seperti biasa, kalo milih nginap di hotel dan bukan hostel dan lebih dari 2 orang dan hanya memesan 1 kamar, untuk menyiasati agar gak diminta nambah extra bed, yg check in hanya 2 orang sisanya ngumpet dulu, entah di kamar mandi, duduk di lobby jika rame atau nunggu di luar hotel. Kalau sudah beres check in-nya baru masuk dikamar.Rupanya pada awal masuk, sudah ada petugas yang memberikan informasi tentang tamu yang akan check in. Lobbynya berada 2 lantai dari entrance hotel dengan menggunakan lift. Kami naik semua, cuman sebagian memisahkan diri masuk ke kamar mandi. Sy ama K idrus yang checkin. Lobbynya sepi banget. Ini diluar perkiraan sy, hotel berlantai 43 harusnya lobbynya gede dan rame. Jadi asumsi sy, harusnya susah merhatiin orang satu-satu. Pada saat check in ditanyain berapa orang yang bersama saya. Dan saya, dasarnya susah berbohong, bilang kami ber-5 (masih bohong sih, karena kami ber-enam sebenarnya hehe). Ternyata di cross check ama petugas yang di bawah. Jadi managernya bilang harus nambah extra bed. Sy masih tetap mencoba bilang, bahwa kami tidak butuh extra bed. Sia-sia, daripada ngotot, dan memang kita salah karena udah tau policy hotel 1 kamar hanya untuk berdua, ya sudah dibayar aja.

Kami dikasih complimentary berupa fasilitas 1x dinner buat berdua dan anak saya yang satu juga dikasih bebas sarapan.

Di phuket kemarin, kami mesan 2 kamar jadi tidak masalah pada saat check in.

Anak-anak segera berganti baju, sudah gak sabar untuk berenang. Selesai berenang, kami ke food court indra regent pratunam, sayangnya foodcourt hampir tutup padahal baru jam 08 malam. Satu-satunya yang masih buka adalah kedai makanan arab. Kami memesan take away nasi kuning dan ayam kari plus burger dengan harga 300 Baht untuk 3 porsi. Setelah itu, sy n Amel ke lantai 43 untuk memanfaatkan voucher makan malam gratis kami. Makanannya enak-enak dan komplit, namun masih ada rasa ragu untuk memakannya, soalnya b2 juga dihidangkan di meja yang sama.

AYUTTAYA & BANGKOK SCAMS

29 April 2011

Kami belum memutuskan mau kemana pagi ini. Trip kali ini, sy gak nyusun itinerary secara tertulis. Browsing-browsing pun hanya sekedarnya, itu pun tidak dikompilasi. Alhasil jadi bingung mau kemana dan tujuan mana yang menjadi prioritas. Untung Amel bawa buku 1 jutaan Keliling Thailand dalam 10 hari yang ditulis oleh Ariyanto, jadi ada referensi. Dan kami memutuskan untuk ke Ayuttaya dan mampir ke Wat Traimit yang berdekatan dengan stasiun kereta api Hua Lampong.

Keluar dari hotel jalan kaki menuju Rajprarop station, kami menemukan jalan pintas, namun kelihatannya hanya sementara karena kami memotong jalan kereta api yang seharusnya gak boleh. Cuman karena gak ada pagarnya. Dari Rajraprarop ke Makkasan, kemudian jalan sedikit menuju Metro Station Petchaburi.

Meski Bangkok boleh dibilang super lengkap sarana transportasinya, sayangnya kurang terintegrasi. Metro/subway, Skytrain, Airport Railway Link manajemennya masing-masing yang menyebabkan sulit untuk membeli kartu terusan. Berbeda dengan MRT di Singapore atau MTR di Hongkong, bahkan naik bis pun bisa menggunakan kartu yang sama dengan kartu terusan MTR/MRT.

Di Petchaburi station Metro, kami menuju ke Hua Lampong Station. Area dimana terdapat Wat Traimit dan Hua Lampong Bangkok Railway Station. Di pintu keluar Metro, kami bertanya jalan menuju Wat Traimit kepada seseorang. Orang itu dengan ramah menunjukkan jalan menuju kesana dan bertanya kenapa mau kesana, Wat Traimit-nya belum buka katanya. Sy segera sadar Bangkok Scam sedang terjadi, dan dengan melengos kami segera pergi meninggalkan orang itu yang bengong melihat kami tiba-tiba berubah cuek.

IMG_3836

Wat traimit: inside

IMG_3827

Wat Traimit: Outside

 

Banyak sekali yang menginformasikan agar berhati-hati terhadap orang-orang local yang ramah dan mengajak ngobrol di Bangkok. Istilah umumnya adalah Bangkok Scam. Mereka dengan ramahnya memberikan informasi-informasi yang kita butuhkan, kemudian menawarkan mengantar ke tempat-tempat yang jauh lebih menarik dari tempat-tempat yang ingin kita datangi. Bahkan kadang-kadang mereka menyatakan tempat yang kita akan datangi tutup karena sedang ada perayaan atau ibadah. Kemudian dia memanggil tuk-tuk (sejenis bajaj) untuk mengantar kita dengan harga yang tidak masuk akal 20 Bht. Jika kita terpengaruh, ketika sudah di tuk-tuk, mereka akan membawa keliling-keliling tidak keruan ke toko-toko yang tidak kita minati. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan komisi atau kupon bensin dari pemilik tempat-tempat yang didatangi. Untuk lebih jelas, check it out di www.bangkokscams.com atau browsing pengalaman-pengalaman orang yang terkena tipu ini.

Kami jalan ke wat Traimit sekitar 10 menit. Wat Traimit adalah candi dimana Patung budha yang terbuat dari emas murni dan berat emasnya 500kg. Feb lalu, sy sudah mengunjunginya. Setelah itu kami jalan menuju Station Kereta Hua Lampong. Station ini seperti Stasiun Gambir. Hampir kena lagi Bangkok scam disini. Sy tidak mengerti kenapa Bangkok scam ini tidak diberantas, padahal operasinya terang-terangan.

Hua Lampong train station

Hua Lampong train station

Dua orang wanita mendekati dan memperkenalkan dirinya sambil menunjukkan kartu identitasnya (lupa job titlenya apa, semacam pemandu lah), dan bertanya mau kemana. Saya bilang, kami mau ke Ayuttaya. Mereka lalu menunjukkan time table kereta yang akan ke Ayuttaya. Mereka mengatakan kereta yang ke Ayuttaya baru ada lagi jam 02 siang, perjalanan 1 ½ jam kesana, sementara obyek wisata yang disana tutup jam 04 sore. Katanya lagi, akan buang-buang waktu saja jika ke ayuttaya naik kereta. Amel sedikit terpengaruh, tapi sy gak terlalu percaya, saya bilang bahwa sy mau ngecek dulu ke dalam. Sebelum masuk ke dalam, singgah beli KFC buat persiapan makan siang. Takutnya susah cari makanan disana.

Nanya informasi, ternyata ada kereta yang akan berangkat pukul 11.20 alias 10 menit lagi. Nah kan, wanita itu bohong. Bergegas kami membeli karcis kereta dan mencari peron lokasi kereta tersebut.

Murah harga karcisnya hanya Rp 4500/sekali jalan/dewasa, Rp2500/anak-anak. Ternyata itu karcis untuk kereta api kelas 3. Kereta apinya ya gitu deh seperti KRL. Hehehe. Tapi bersih dan semua dapat tempat duduk. Masih ada penjaja keliling tapi gak banyak dan tidak terlalu mengganggu. Anak sy diajak bicara ama ibu tua yang didepan kami. Rupanya ibu itu menyangka kami orang Thailand. Memang kalo gak bicara, typical orang Indonesia sangat mirip dengan typical orang Thailand.

Jarak Bangkok Ayuttaya 70 km, ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit. Tiba disana, kami langsung duduk di kursi tunggu stasiun Ayuttaya, istirahat sambil melihat situasi sekitar dan makan siang. Sayang banyak anjing di stasiun kereta, membuat makan kami kurang terasa nikmat, sampai pindah 2kali tempat duduk. Kami lalu melakukan proses tawar menawar dengan sopir tuk-tuk song taew (sejenis bemo kecil) dan deal dengan 500 Baht untuk diantar ke beberapa tempat wisata di Ayuttaya sampai balik lagi ke station jam 4 sore. Gak tau itu kemahalan atau kemurahan. Biar saja. Sopirnya cewek. Sy sebenarnya masih was-was dengan kejadian Bangkok Scam tadi. Makanya sebelum berangkat, sy memastikan ke dia akan kemana aja dan sy tidak mau ketempat lain selain tempat yang ditunjuk. Cewek itu menyatakan dalam waktu 2 jam, kita akan diajak ke 4 tempat sesuai foto yang dia tunjukkan kepada kami.

Alternatif lain untuk keliling Ayuttaya bisa nyewa sepeda atau motor di depan stasiun kereta Ayuttaya. Sayang sedang gerimis, yang membuat kami memutuskan naik tuk tuk.

IMG_3955

Tuktuk di Ayuttaya yang kami sewa, supirnya perempuan lho

Ayutthaya, kota tua yang kaya akan candi (dalam Bahasa Thailand disebut wat) dan bangunan-bangunan tua nan cantik, yang termasuk dalam Daftar World Heritage Sites UNESCO. Kota yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Thailand selama 417 tahun. Perjalanan ke kota tua Ayutthaya menjadi suatu pembelajaran untuk diri kita sendiri, bagaimana rakyat Thailand sangat menghargai kebudayaan dan sejarah mereka dengan menjaga warisan leluhur mereka serta menghormati Sang Budha sebagai penuntun hidup mereka.

Wat Yai Chai Mongkol, candi ini terkenal oleh patung budha besar yang sedang berbaring, dibangun oleh King U Thong (Ayutthaya’s first ruler) pada tahun 1357, candi ini juga dikenal dengan nama “Chao Phaya Thai Temple” dan mempunyai 1 stupa/Chedi yang sangat besar sekali.

IMG_3871

Wat Yai Chai Mongkol

Wat Mahathat, diyakini dibangun pada tahun 1374 dalam masa pemerintahan King Borom Rachathirat 1 berlokasi di depan istana, dekat jembatan Pa Than Bridge. Dulunya tempat ini adalah biara kerajaan dan pusat spiritual Ayutthaya. Akibat perang, semua patung Budha yang ada ditempat ini kepalanya hilang karena diambil oleh Burma. Ditempat ini kita bisa melihat pohon besar yang tumbuh diseputar kepala Budha.

IMG_3909

Wat Maha that

Di Wat ini, karcis masuknya dibedakan antara foreigner 50 bht dan local hanya 10 bht. Kajol dengan pede-nya act like local, setelah kursus bahasa Thai singkat sama cewek supir tuk tuk, jadi berhasil hanya bayar 10 bht.

Wat Phananchoeng, Kuil ini sudah ada sebelum Ayutthaya menjadi ibukota Siam. Patung Buddha setinggi 19 meter (disebut “Phrachao Phananchoeng”) dibangun tahun 1325. Disebelah kanannya wat ini ada wat yang kami lewatkan. Selain sudah kenyang melihat wat-wat yang ada di ayuttaya, untuk masuk ke wat ini juga harus bayar lagi.

IMG_3984Amel n Kajol tertarik untuk mencoba naik gajah di Ayuttaya. Gajahnya sudah dihias lengkap dengan payung kerajaan. Penjual karcisnya awalnya gak mau menjual karcis keliling gajah selama 10 menit, rata-rata karcis yang dijual adalah untuk 20 menit. Namun si supir tuk-tuk berhasil membujuknya. Harga karcisnya 200 baht. Lebih murah disini ketimbang naik gajah di Phuket.

IMG_3995

Stasiun Kereta Ayuttaya

Kami lalu balik ke stasiun, jam 17.30 kami tiba kembali di stasiun Hua Lampong, kemudian naik taxi ke hotel gak pake argo 100bht.

Untuk makan malam, kami beli beras, mie instant dan ikan kaleng di 7-11 dan membeli tambahan ayam goreng dari resto Arab yang berada disekitar hotel. Memang enak tinggal di area ini, gak kesulitan dengan makanan halal, karena banyak sekali restoran Arab disini dan gerai 7-11 ada 3 buah disini. Di gerai 7-11 selain bisa beli makanan instan dan air mineral, sy juga suka beli satu gelas gede ovaltine yang hanya seharga 18Bht.

Malam ini hanya kami habiskan di sekitar hotel, melihat-lihat night street market yang ada di Pratunam, ada juga pasar subuhnya, karena pada malam hari belum ada, pagi-pagi jam 09 tampak mereka membongkar tenda-tendanya.

Day 5: In Bangkok, City of Angels

Minggu, 20 Feb 2011

City tour-nya sy pikir akan seharian, ternyata hanya setengah hari. I don’t know dimana mis-nya. Padahal jika tau cuman setengah hari, pagi ini bisa ke damnoen saduak floating market dulu meski harus nambah biaya tur sejumlah 600B. Damnoen saduak adalah pasar terapung yang terletak kurang lebih 60km dari Bangkok.

Jam 08.00 Ms. Apittanan Phimmai yang minta dipanggil Ms. Jenny, tur guide kami sudah menunggu di lobby hotel. Untuk sarapan, lagi-lagi kami meminta nasi putih dan telur rebus.

Kami mengunjungi Grand Palace dan Wat Phra Keo (Temple of the Emerald Buddha). Grand Palace adalah bekas tempat kediaman raja yang kemudian dijadikan obyek wisata. Didalamnya ada Wat Prhra Keo, candi tempat budha yang paling suci yang berumur kurang lebih 600 tahun, terbuat dari 1 bongkahan batu jade kualitas terbaik dan mengenakan pakaian yang terbuat dari emas yang menandakan musim yang sedang berlangsung. Musim di Bangkok ada 3, musim panas (Juli-Oktober), musim hujan (Nov-Februari), musim dingin (Maret-Juni). Upacara penggantian pakaian buddha dilakukan 3x setahun oleh sang Raja. Khusus, di Wat Phra Kaeo ini tidak diperbolehkan untuk mengambil foto/video. Di depan kuil, tampak banyak orang membeli bunga bertangkai yang kemudian dicelup ke dalam wadah air suci dan ditepukkan ke atas kepala.

Grand Palace ini sangat luas, dibutuhkan 1 hari untuk mengagumi keindahan setiap detil di Grand Palace. Kami menikmati sebagian kecilnya saja, karena masih ingin mengunjungi wat-wat lainnya. Wat Traimit, Wat Pho, Temple of Marble dan melihat Town Hall. Ternyata capek juga maraton ke candi-candi dan untungnya cuman setengah hari. Sebagian teman memilih menunggu di mobil pada saat sebagian dari kami mengunjungi Temple of Marble. Gimana kalo seharian full?

Setiap temple mempunyai keunikan masing-masing.

Wat Phra Cetuphon atau yang lebih dikenal Wat Pho (Temple of Reclining Buddha), merupakan patung Budha yang terbesar (panjang 46m dan tinggi 15m) dan dengan pagoda yang terbanyak di Thailand dengan jumlah 99 pagoda. Kata Ms. Jenny, pagoda dibangun untuk tempat menyimpan abu para raja-raja Thailand.

Wat Traimit adalah rumah Patung Budha yang terbuat dari emas yang terbesar di dunia, beratnya kurang lebih 5500 kg emas. Wow. Perkiraan umur patung tersebut kurang lebih 700 tahun.

Wat Benchamabophit (The Marble Temple) terkenal karena terbuat dari marmer Italia dan perpaduan arsitektur modern. Di dalam ada pohon uang, berasal dari sumbangan umat Budha. Seperti Ms. Jenny selalu mendonasi jika masuk ke dalam kuil. Katanya itu adalah salah satu Way of Buddhism.

Tujuan akhir adalah Gems Gallery. Ms. Jenny mengatakan pemerintah Thailand mewajibkan setiap tur harus singgah disini. Dia tidak menyarankan untuk berbelanja disini karena harganya yang lumayan mahal. Kami disambut dengan suguhan minuman selamat datang, minuman bersoda. Setelah itu kami diminta menunggu sejenak sampai ruangan untuk presentasinya siap. Presentasi selama 20 menit ini adalah mengenai informasi keindahan permata dan berlian dari Thailand. Bahasanya disesuaikan dengan asal negara turisnya. Kemudian kami diajak ke gallery. Sebuah gallery yang sangat luas dan menawarkan perhiasan dengan harga yang belum sesuai dengan kantong kami. Ada sih perhiasan dari perak dan berhiaskan batu permata seharga 1000Baht. Batu permata semakin mahal jika terdapat kilauan yang bersinar di batunya. Sebelum mencapai gallery-nya, ada juga café tempat istirahat yang juga menyediakan the, kopi gratis. Teman-teman akhirnya lebih tertarik berbelanja di ruangan paling ujung yang menyediakan berbagai souvenir khas Thailand.

Kami meminta Ms Jenny untuk makan siang dengan menu halal. Ms. Jenny menyarankan ke KFC di Pratunam saja karena dia ada janji untuk bertemu dengan kliennya sesudah itu. Ms Jenny sebenarnya adalah agen properti yang diwaktu luangnya menjadi tur guide freelance. Kami berpisah setelah makan, Ms Jenny sempat memberikan kartu nama untuk dihubungi kalau-kalau kami sempat tersesat di Bangkok.

Pratunam Mall ini merupakan tempat berbelanja grosiran dan beli souvenir yang terletak persis di sebelah Baiyoke Sky Hotel. Tahun lalu, sy sempat booking hotel ini untuk nginap 2 malam dengan harga 750rb/malam. Tapi sy membatalkannya, karena waktu keberangkatannya persis pada saat demonstrasi mencapai titik kulminasinya. Tempat ini merupakan area baku tembak (life firing zone) antara militer Thailand dan para demonstrans yang menewaskan pimpinan pendemo. Atas pembatalan tersebut, sy dikenakan biaya pembatalan oleh Agoda seharga 1 malam menginap di hotel tersebut.

Kami berpencar di mall ini mencari dan membeli barang-barang sesuai keinginan kami masing-masing. Saya hanya membeli semampu uang Baht-ku dan semampu ranselku.

Puas belanja, kami kembali ke Charlie House dengan taxi. Rehat sejenak, kemudian kami keluar lagi untuk makan malam. Sebenarnya beberapa diantara dari kami pengen makan durian, tapi bingung nyarinya dimana dan menurut Ms. Jenny ini belum musim durian sehingga durian masih terbatas sekali. Jadi kami memutuskan untuk makan malam saja di food court mall MBK sekaligus melihat mall yang katanya menjadi tempat favorite turis asal Indonesia.

Di Food court, hanya 1 yang menyatakan menyediakan makanan halal dengan menu nasi kuning dan ayam kari. Lebih baik ini ketimbang kami harus membeli pizza atau makan di KFC malam ini. Baru kali ini kami menyediakan waktu untuk makan sesuai jam makan. Beberapa hari kemarin, makan selalu dikesampingkan karena lebih fokus untuk tujuan tempat wisatanya.

Bagi ku, lebih nyaman dan menyenangkan belanja di Pratunam tadi. Harga di Pratunam memang cuman di diskon sedikit antara 10-15% tapi harganya masuk akal. Saya mencoba menanyakan harga sandal jepit yang berhiaskan manik-manik, penjualnya menyebutkan angka 350Baht. Sy pun gak menawar lebih lanjut, sy mau tawar di harga berapa secara di Bali sendal itu hanya seharga 40Baht. Saya berpindah ke booth sebelahnya dan bertanya harga. Ngasih harga yang gak masuk akal. Dan penjual pertama ngomong ke penjual kedua, dalam Bahasa Thailand. Sy bisa menangkap maksudnya, dia bilang gini: ”itu orang (saya yang dimaksud) sok-sok an cuman bertanya how much-how much aja, tapi gak mau beli”. Huhhh. Rasanya mau marah, tapi sy gak mau buang-buang energi untuk itu, lagian mau bertengkar pake bahasa apa? Hehehe..

Kami lalu ke Hard Rock Cafe Bangkok, ke Rock Shopnya saja untuk membeli beberapa merchandise-nya. HRC ini dekat banget dengan MBK Mall, sisa menyeberang jalan dan berjalan kurang lebih 100m.

Day 4: HCMC-Bangkok

Sabtu, 19 Feb 2011

Kami tiba di airport of Suvarnabhumi jam 11.10 setelah terbang selama 1 jam 30 menit. Airport ini luas banget, sampai-sampai terdapat 2 arah pintu kedatangan dan imigrasi. Lewat email, sy janjian dengan penjemput kami di Gate 3. Agak lama kami mencari penjemput kami itu, kami sempat khawatir gak dijemput. Bukan karena takut hilang, takut karena sy udah bayar lunas untuk paket di Bangkok ini. Tidak susah kok untuk ke kota karena sejak tahun lalu MRT dari airport ke kota sudah beroperasi, dan masih banyak pilihan sarana transportasi lainnya.

Rupanya dia ada disudut booth tourist information gak terlalu kelihatan.

Di mobil, sy membaca Thaiways, the most comprehensive guide to Thailand, buku saku yang sy dapatkan gratis di booth di airport tadi. Surprise membaca, penginapan Charlie House Lumpini masuk dalam daftar penginapan yang direkomendasikan, begitu juga Alex Holiday Tour Travel. Charlie House dengan pe-de mempromosikan penginapannya dengan 2 slogan “ 5 star guesthouse near silom, park, shopping centres” dan “not a hotel nor a guesthouse but a home” .

Sampai di Charlie House, apa yang dipromosikan berbeda dari kenyataannya. Charlie House hanyalah sebuah penginapan yang sudah berumur dan kusam. Saya sih gak masalah dengan tampak depan dan lobby, namun sedikit kecewa dengan penampakan kamarnya. Karpetnya usang, tempat tidurnya keras, perabotannya tua dan sederhana. Padahal penampakan di websitenya bagus dan rapi, hehehe, mungkin foto jaman dulu sewaktu penginapannya masih baru. Namun kembali ke harga yang ditawarkan, sesuailah dan berAC. Di website harga kamarnya 450THB atau 135rb/malam.

Penginapan ini udah termasuk dalam paket tour yang kami booking. Total harga 2050THB termasuk akomodasi 2 malam, transfer bandara, city tour, makan pagi dan makan siang 2x.

Kami juga membooking tiket Siam Niramit , dengan perjanjian akan bayar jika tiba di Bangkok. Harga untuk tiket saja yang ditawarkan 990THB lebih murah dibanding beli di situs resminya. Ada pula penawaran tiket+dinner+transfer seharga 1500THB, namun menurut info dinnernya gak terlalu berharga dan lebih murah naik taxi.

Sambil menunggu konfirmasi tiket siam niramit difax, kami makan siang di Charlie House. Liat daftar menu, banyak sekali pilihan, hanya saja sebagian gak halal. Daripada lapar, kami memesan nasi putih + telur rebus saja.

Setelah makan siang, kami menuju Wat Arun, the Temple of Dawn, Pagoda tertinggi yang ada di Thailand yang terletak di sisi seberang dari Sungai Chao Prhaya. Wat Arun tidak termasuk tempat yang akan kami kunjungi dalam city tour besok. Untuk menuju kesana, kami berjalan kaki sekitar 200m ke stasiun MRT terdekat, Lumpini Station, naik MRT turun di Hua Lampong Station. Resepsionis di Charlie House menyarankan naik taxi dari sini ke tempat ferry ke Wat Arun, setelah tanya sana tanya sini, bisa juga naik bis no 53.

Bis ini menurunkan kami di Terminal Air No 8 (Pier Tha Tien), dari sini ke Wat Arun sisa menyeberang sungai saja. Wat Arun paling bagus dinikmati dikala senja pada saat matahari akan terbenam, suasananya cantik sekali. Kalo ingin berpose dengan baju adat Thailand bisa didapatkan disini dengan 200Baht saja.

Setiap akan memasuki kuil/candi/pagoda, kita diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang pantas dalam artian tidak bercelana/ber-rok pendek. Di beberapa tempat, kita juga akan diminta melepaskan sepatu jika masuk ke dalam kuil.

Sungai Chao Prhaya merupakan alternatif transportasi di Bangkok yang bebas macet. Sungai dengan panjang 372km ini merupakan sungai terpanjang dan melewati 20 propinsi di Thailand. Ada beberapa jalur yang ditetapkan untuk pilihan perahunya. Express boat, public boat dan tourist boat. Untuk menggunakan tourist boat, kita harus membeli one day river pass seharga 150B yang dapat digunakan seharian penuh dan bebas naik turun perahu di dermaga mana saja. Express boat, hanya berhenti di dermaga tertentu saja, jadi yang ingin cepat ke tujuan biasanya naik perahu ini. Sedangkan public boat, akan berhenti di setiap dermaga sepanjang S. Chao Praya. Harga sekali naik antara 9-30B tergantung jarak. Jika punya banyak waktu, nikmatilah S. Chao Prhaya dengan menggunakan public boat ini sekalian berbaur dengan warga Bangkok yang menggunakan sarana transportasi ini. Untuk membedakan public boat dan express boat, perhatikan bendera perahunya. Ada jalur orange, merah, hijau, kuning. Public boat jalur orange yang berhenti di setiap titik dermaga termasuk jika ingin ke Wat Pho dan Grand Palace.

Dari Wat Arun, kami akan langsung ke Thailand Cultural. Sebenarnya pilihan yang tepat adalah menyeberang kembali ke tempat kami naik, kemudian naik taxi menuju ke sana. Namun kami sepakat untuk mencarter perahu seharga 400B sampai di pier Sathorn tempat dimana BTS Station Saphan Taksin. Kami menikmati pemandangan sepanjang sungai, banyak hotel-hotel berbintang yang berada di pinggir sungai ini seperti Marriott, Peninsula Shangri-La, Royal Orchid Sheraton, Mandarin Oriental, Millennium Hilton dan lain sebagainya. Mall pinggir sungai juga ada, namanya River City Shopping Complex (Si prhaya Tier). Next time, I will go here.

Kami naik BTS dan turun di station Sala Daeng untuk berganti ke Metro (MRT) Silom Naik MRT menuju station Thailand Cultural, didepan station Exit 1 sudah menunggu bis khusus gratis bagi para turis yang ingin menonton pagelaran Siam Niramit.

Siam Niramit, Journey to The Enchanted Kingdom of Thailand ( http://www.siamniramit.com ) Pemerintah Thailand menyatakan Siam Niramit ini “a must see show” dan sebagai salah satu pertunjukan panggung spektakular terbesar di dunia dengan 150 penampil dan menggunakan 500 kostum. Kapasitas kursi pertunjukan sebanyak 2000 kursi dan menampilkan seni dan budaya masyarakat Thailand.

Sebelum show dimulai, 2 gajah yang ikut dalam pertunjukan dikeluarkan ke taman dan diberi kesempatan bagi orang-orang yang ingin naik gajah. Harga sekali naik gajah 100B.

Bener-bener spektakuler, saking luasnya panggung dan banyaknya penampil, mata sangat sibuk mengikuti alur cerita. Beberapa diantaranya menceritakan tentang kehidupan petani, proses barter hasil bumi antara pedagang dari Cina dengan pedagang Thailand, kehidupan surga dimana para bidadari beterbangan kesana kemari lalu turun dari kayangan, kehidupan neraka dan masih banyak lagi. Setting panggung cepat sekali berubah dan perubahannya terjadi tanpa terasa. Ada bagian dimana penampil muncul di tengah-tengah kursi penonton, memberikan bunga kepada penonton dan mengajak beberapa penonton untuk menyalakan rumah lilin kemudian di taruh di stage yang berfungsi sebagai aliran sungai. Bahkan ada bule yang diajak berinteraksi dengan para pemain lainnya untuk bermain angklung di panggung.

Pulangnya naik MRT, karena kami ingin menghabiskan waktu di Suan Lum Night Bazaar sekalian makan disana. Ternyata Suan Lum Night Bazaar udah tutup selama-lama, karena pemilik tanah yang dijadikan pasar itu akan membangun properti yang megah. Omg, kami laparr. Di seberang jalan ada A&W, namun juga apes, Awnya pas akan tutup. Sepanjang jalan itu sebenarnya banyak sekali kuliner, tapi gak pas bagi yang membutuhkan makanan halal. Sonny dan Phian memilih makan di jalan, sy dan yang lainnya memilih untuk membeli buah dan singgah di toko 7-11 yang dekat dengan Charlie House untuk membeli makanan siap saji. Pilihannya banyak, ada pizza yang tinggal minta dihangatkan, tuna kaleng, mie instan dan masih banyak lainnya.