BERMAIN PARALAYANG

IMG_94955199890141

Bermain paralayang dan snorkling adalah 2 kegiatan yang mengisi long wiken 2-5 Juni kemarin. Gak jauh-jauh dari Palu, coz harus sadar diri, tiket pesawat dan kapal gak terjangkau sama budget, ingin mendarat ke Toraja 20jam atau ke Bada Valley, Tentena rasanya gak mampu. Eneg setelah long wiken mendadak bulan Mei lalu ke Manado lewat darat.

Tetap ngomel-ngomel gak berguna pada Pemerintah yang seenaknya mendadak menetapkan cuti bersama, seandainya tahun lalu saat cuti bersama tahun 2011 diumumkan juga cuti yang mei n juni ini, entah berada dimana saya pada mei dan juni itu. Huhuhu. Tapi potong cuti bersama tahun ini gak masalah buatku. Masih banyak stok cuti karena tahun ini jatuhlah jatah cuti besarku yang 45 hari banyaknya.

Snorkling-nya di Tanjung Karang, Donggala 30 menit dari Palu. Waktu yang tepat untuk snorkling disini jam 11-14 siang. Waktu yang sangat tepat untuk mengeksotiskan kulit. Tapi apa boleh buat, jam segitu, airnya sudah surut dan tenang, bikin pemandangan dalam laut jernih banget. Lewat jam 14 sudah pasang lagi.

Selain snorkling, bisa juga naik perahu glass bottom, hanya 50rb/perahu keliling-keliling tanjung Karang. Dibanding waktu naik perahu glass bottom dari Gili Trawangan keliling-keliling katanya mau dikasih mampir di Gili Meno n Gili Air tapi ternyata gak mampir, bayarnya 50rb/org. Huhu. Dan menurutku lebih cantik isi laut Tanjung Karang dari glass bottom. Snorklingnya belum bisa sy bandingin, maklum pengalaman snorkling masih sedikit, belum banyak tahu tempat yang bagus. Tapi di Phuket lalu, saat di beri kesempatan untuk turun snorkling tengah laut dalam tur Phi-phi, rasanya cantik-an di Tanjung Karang. Banyak bulu babinya di karang-karang di Phuket itu, bikin il-fil dan harus hati-hati banget.

Bermain paralayang di fasilitasi oleh Maleo Paralayang Club. Karena harga teman, diberi harga Rp 150rb/orang. Tempat mainnya dari Matantimali di ketinggian 800m, 15 km dari Palu dan mobil bisa naik sampai sana.

Bermain paralayang lepas landas dari lereng bukit atau gunung dan sangat ditentukan sekali oleh cuaca dan angin. Makanya kami diwanti-wanti untuk berangkat pagi-pagi. Di Palu, katanya baru ada 3 pilot tandem berlisensi dan 2 diantaranya menandemi kami, Pak Mimi n Pak Aco

IMG_94968234171939

view of palu bay from matantimali highland

Kesempatan pertama, Tika yang terbang duluan, agak keder juga sih melihat dia baru berhasil terbang pada usaha yang ketiga, udah berlari-lari menuju tebing, arah angin tiba-tiba berubah dan parasutnya kembali jatuh ke tanah.

Saya dipasangi alat untuk mengetahui ketinggian pada saat terbang nanti, kemudian Pak Mimi yang menjadi pilot tandem saya, juga membawa HT untuk berkomunikasi dengan rekan yang menginformasikan arah angin pada saat akan mendarat nanti. Setelah siap, parasut sudah terangkat, kami segera berlari-lari menuju tebing dan terbang. Wow, subhanallah, senangnya merasakan terbang seperti burung dan melayang-layang di udara, menikmati desiran angin. Sy sempat berfoto-foto pada saat terbang tapi pake kameranya Pak Mimi, moto kakiku yang sedang melayang-melayang, moto parasutku.

Kata Pak Mimi, kalo terbang sendiri, rata-rata atlet paralayang terbang dengan memanfaatkan angin akibat thermal/peningkatan suhu udara yang diperoleh dari atap rumah yang sebagian besar beratap seng dan secara Palu suhu udaranya sudah cukup panas karena berada di daerah Khatulistiwa.

paralayang

Sehingga penerbang dapat terbang sangat tinggi dan mencapai jarak yang jauh.

Hal itu pulalah yang menyebabkan kami terbang sebentar naik kemudian turun dan kembali naik. Untuk mendarat kami harus mutar-mutar dulu mencari angin baik. Sy merasa sedikit mual di udara.

Sayang banget, mendaratnya kasar sekali. Angin berubah dan tiba-tiba menjatuhkan parasut kami kedepan membuat kami harus mendarat sebelum waktunya. Harusnya masih berputar. Kondisi ini menyebabkan kaki kiriku keseleo dan muntah. Haduhhhhh.

Setelah saya, masih ada Kiki yang terbang, mendaratnya entah dimana, bukan di lapangan tempat kami mendarat. Tika dan Kiki mendaratnya mulus, safe n sound. Karena cuaca sudah gak bagus buat terbang, 3 teman yang lainnya akan mencoba terbang keesokan harinya.

I wasn’t lucky for paragliding, but at least I knew the sensation.

Sampai saat posting tulisan inipun, kakiku belum normal. Sudah diurut 2x dan sekali ke dokter. Rasa nyeri sudah hilang, tapi bengkaknya gak hilang-hilang. Iya karena sy gak pernah benar-benar istirahat, masih ke kantor, masih harus masak buat orang rumah, masih harus ngurusin anak-anak.

Kapok??? Hmmm…speechless

Trip to Togean Islands, Paradise in Central Sulawesi

Togean

Thank God, I’ve made the trip.

Desember sebenarnya bukan bulan yang tepat untuk bepergian ke Togean, karena pada waktu ini musim hujan dan ombak besar, namun sy mupeng banget mo pergi apalagi ada long weekend di desember ini yaitu 24,25,26 Desember 2010.

Udah lama direncanain dengan teman-teman kantor, tapi satu persatu mengundurkan diri karena lebih tertarik pulang kampong. Sisa saya n tika aja masih bersemangat, tapi antara jadi dan tidak jadi.

Banyak kendalanya,

Pertama, kapal dari Ampana ke Togean Island tidak setiap hari. Informasi yang didapat, gak ada kapal di hari Jumat. Martina, bule Jerman yang baru aja nginap di rumah dan baru aja dari sana juga menyampaikan hal yang sama dan menyarankan sebaiknya ditunda saja. Katanya nanggung juga pergi kesana kalo cuman 3 harian. Kami masih tetap mencari informasi, tujuan kami adalah Pulau Poya Lisa. Untuk ke pulau Poyalisa, harus mencari kapal yang mau ke Pulau Bomba. Ada email yang masuk ke saya menyampaikan bahwa jadwal kapal ke Bomba hari Jumat ternyata ada, langsung semangat lagi. Tika juga mendapat kenalan pegawai Balai Taman Nasional Togean, namanya Mbak Luki. Tapi Mbak Luki juga menyatakan bahwa hari Jumat sama sekali gak ada kapal. Yah jadi mana yang bener nih. Mbak Luki nyaranin untuk carter kapal aja. Yah sudah ikutin saran tersebut, daripada serba gak pasti.

Kedua, transportasi dari Palu ke Ampana.

Karena gak bisa minjam kendaraan kantor, awalnya sy sudah setuju mobilku yang dipakai kesana, cuman ternyata gak boleh sama misua. Keberatan kalo mobil itu diisi 6 orang, kemudian jalanan agak rusak secara swift sayang kalo dilewatin disitu. Huhuhu. Cari bis umum agak sulit yang berangkat setelah pulang kantor. Ada sih touna indah travel (0464 21930-0451 454808) yang berangkat jam 5 sore tapi hari kamis itu full penumpang.

Tapi thank god, tetanggaku membantuku dengan tukar pakai mobilku dengan mobil avansanya.

KEtiga, teman jalan.

Saya posting cari teman jalan ke Togean di milis IBP. Banyak tanggapan dan ajakan, tapi waktunya yang belum match. Saya tetap berhasrat untuk pergi di bulan Desember, secara di 2011 sy udah punya banyak rencana jalan-jalan. Tika juga begitu posting ajakan di milis yang diikuti.

Ada Citra yang ok ikut, jadi sudah bertiga. Tapi rasanya gak sip kalo gak ada cowoknya, sya ama Tika bergantian membujuk P’Mansur ikut. Dan sukses, P’Mansur jadi bergabung. Anak-anakku sy putuskan untuk sy ajak, kesian udah 2 weekend sy tinggalkan mereka, masak harus sy tinggalkan lagi. Dan mereka juga mau banget pergi, siap berjanji untuk tidak rewel. Hahaha…

Kepastian mengenai kapal yang mau disewa baru ada di hari Kamis pagi, jadi sama sekali belum sempat packing-packing. Sy sih baru mau packing kalau udah pasti pergi. Mana di hari Kamis itu, karena menjelang tutup buku banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan, udah gitu ada rapat di hari itu. Huhu.

Kami baru meninggalkan palu jam 19.00, perjalanan ke Ampana sejauh 375km. Karena ini perjalanan malam, kami sempat singgah istirahat tidur-tiduran di warung makan yang ada di Padapu selama hamper 3 jam. Jam 04.30 pagi kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Ampana jam 06pagi. Ketemu Mbak Luki, sarapan, mandi di kos-an Mbak Luki, trus menuju pelabuhan Marina. Mobil kami titipkan sama Mbak Luki.

Di pelabuhan tersebut, ternyata bener ada 2 kapal penumpang (bodi) yang siap berangkat ke Bomba. Tapi memang jadwal terus berubah-ubah alias tak ada kepastian hari. Harus selalu dicek langsung ke pelabuhan. Sayang sy gak sempat nyari informasi siapa yang dihubungi di pelabuhan untuk jadwal kapal.

Kapal yang kami carter, ternyata tidak hanya kami penumpangnya, masih diisi dengan tambahan penumpang dan barang lainnya. Sebenarnya mbak Luki mencarikan speed boat namun gak ada spped boat yang berani jalan karena laut lagi berombak besar, makanya untuk cari aman, kami dititip di kapal tersebut. Haha maksudnya carter tapi kok gini ya.. Ya gpp, yang penting berangkat, lagian harga dealnya juga gak terlalu memberatkan 600rb pp (5 dewasa n 2 anak-anak)

Kalau naik kapal umum, harga tiketnya 25rb/orang sekali jalan.

Tampak segerombolan bule yang juga sedang menunggu kapal berangkat. P Ismail pemilik Pulau Poyalisa datang menghampiri kami, katanya beliau dapat informasi bahwa kami akan ke pulaunya. Jadi kami janjian untuk ketemu disana, Pak Ismail naik kapal yang berbeda dengan kami.

Kapalpun berangkat jam 10.00. Lama perjalanan 2 ½ jam disertai hujan rintik-rintik dan ombak yang besar. Kapal tersebut menurunkan sebagian penumpang di P K. Kenari, kemudian menyinggahkan kami di Pulau Poyalisa.

Pada saat datang, lagi tidak ada orang yang menginap disana. Hurray, serasa memiliki pulau pribadi. So I call it MY PULAU, POYALISA ISLAND.

Sebenarnya ada bule yang sedang menginap disana, namun karena ingin mendapatkan suasana natal, bulenya pergi bernatalan di pulau seberang, tempat Island Retreat berada. Hari minggu baru balik ke Poyalisa lagi. Tariff di Island Retreat 300rb/malam/orang, informasi nakhoda kapal dan juga p’ismail, disana pemiliknya memelihara banyak sekali anjing dan kucing.

Pak Ismail memberi tariff 125rb/orang/malam, dari harga normalnya adalah 150rb/malam. Anak-anakku gratis, hehehe. Harga itu sudah termasuk 3x makan. Kami memilih 3 buah cottage. Cottagenya sederhana, setiap cottage ada kamarmandinya. Bak kamar mandi dibagi 2, 1 bak untuk air tawar, yang satunya untuk air asin. Bak air asin maksudnya untuk nyiram bab, menghemat air tawar. Karena air tawar itu diambil dikampung sebelah, harus berperahu. Tapi kami disini tidak pernah kekurangan air.

Didepan cottage kami, dipasangi hammock untuk berleyeh-leyeh.

Sore hari, kami pun mulai berenang di sekitar dermaga. Prosesnya pelan-pelan, secara kami ini belum jago berenang. Awalnya turun berenang masih pakai baju pelampung, tapi lama-lama kurang nyaman. Baju pelampung dilepas, kami berebutan tiang dermaga. Hehehe, takut. Semakin lama di air dan udah mulai nyaman, pelan-pelan sy latihan mengapung lama-lama. Adi anak kecil di pulau itu malah menantang kami untuk loncat/terjun bebas di dermaga. Dan yes, akhirnya rasa takut pelan-pelan memudar. Malah ketagihan loncat di dermaga tersebut.

Sore itu juga, kami ikut P Muhlis dan ibu tukang masak pergi ke P Bomba. P Bomba adalah pulau yang padat dengan penduduk. Karena libur sekolah, banyak sekali anak-anak yang bermain sambil berenang di dermaga. Dahsyat, mereka dengan santainya loncat nyebur. Sementara sy, ngambil kursus berenang gak beres-beres, putus tengah jalan. Kami hanya duduk-duduk di dermaga menikmati keceriaan mereka.

Ibu tukang masak, karena tinggalnya di P Bomba tinggal memasak dulu dirumahnya. Kami pun pulang ke Pulau Poyalisa yang hanya berjarak sekitar 10 menit dari P Bomba.

Waktu makan malam pun tiba, air laut pasang sehingga untuk menuju pondok tempat makan harus melewati air setinggi lutut. Pak Ismail datang menemani dan bercerita banyak tentang kisah Pulau ini.

Makanannya banyak, all about fish. Ikan bakar rica-rica plus sambal rica tomat, Ikan Kuah Asam yang seger dan sayur. Dijamin mengenyangkan dan halal.

Habis itu pergi tidur, jam 11 genset akan dimatikan.

Pagi-pagi, berenang lagi. P’ Mansur dan Tika berperahu keliling-keliling dengan perahu pengambil airnya P’Eman, security sekaligus yang bertugas untuk mengambilkan air bersih untuk para tamu. Ternyata kalau malam tinggal P’eman sendiri di pulau Poyalisa ini, yang lain pada balik ke rumah mereka di P Bomba.

Citra mulai iseng memancing di dermaga. Citra beruntung dapat ikan pancingan ikan baronang 2 ekor. Seandainya tau mudah banget memancing di sini, bawa persiapan dari Palu.

Oleh ibu tukang masak (lupa nanya namanya), P mansur disuruh ngambilin kima/kema. Kema itu giant clam atau kerang raksasa, yang kata Tika sangat dilindungi karena populasinya semakin berkurang. Panjang kema bisa sampai semeter. Namun kema yang di ambil paling panjang sekitar 15cm saja. Jenis kema ada 2, ada jenis yang nempel di batu dan ada juga yang berdiri sendiri.

Kami dicobakan makan kema mentah. Jadi setelah dicuci bersih, kema dipotong kecil, di beri perasan jeruk, cabe dan garam. Lumayan sih rasanya kenyal dan manis. Kema sisanya untuk makan siang kami.

Maafkan kami telah memakan kema yang dilindungi itu. Kami tak berdaya pada saat disuruh menangkap apalagi saat memakannya soalnya enak lho. Kema tumis masak santan.

Setelah makan siang, kami udah deal dengan P muhlis untuk diantar berkeliling atol/reefs dan ke gua kelelawar. Ada 15 karang yang recommended untuk dikunjungi, beberapa diantaranya Taupan, Capatana dan Sausan.

Sebenarnya pengen ke Kadidiri Island, pengen melihat suasana disana, tapi untuk kesana memerlukan waktu 2 jam dan biaya sewa perahu sekitar 400rb. Waktunya gak cukup, sayang kan kalo Cuma sebentar disana karena ada 2 pulau yang berdekatan disana yang sering dikunjungi yaitu P Kadidiri sendiri dan Pulau Taipi.

Alternative lain ke Wakai dari P Bomba adalah lewat darat, informasi yang saya dapat sudah ada jalur darat, naik motor sekitar 1 jam. Namun tergantung cuaca juga, karena musim hujan jalanan menjadi licin dan berlumpur.

Kami ke Taupan, karang dimana terdapat sinyal telpon Telkomsel yang jaraknya kurang lebih 45 menit dari pulau. Kesempatan berhaha hihi, meski harus memanjat sampai ke titik tertinggi karang tersebut. Kami berenang kembali disini. Trus lanjut ke Karang Capatana, di daerah ini terdapat sebuah gua. Sayang tangga untuk ke gua itu Cuma seadanya dan udah gitu rusak. So balik pulang ke Pulau, karena waktu gak memungkinkan lagi. Udah hampir magrib. Kami jadinya batal pergi ke gua kelelawar.

Didekat Capatana ini, banyak rumah-rumah tengah laut, budidaya lobster. Kata P muhlis 1 ekor lobster dapat dibeli dengan harga 25rb saja. Murah, namun lagi-lagi gak sempat singgah kesana.

Sampai di Pulau, karena belum gelap, kami berenang perpisahan, besok sudah gak sempat berenang. Udah janjian dengan kapal carteran kami jam 9 pagi. Huhuhuhu, waktu rasanya cepat berlalu. Pengen lebih lama tinggal disini, melupakan setumpuk kerjaan yang ada di kantor. Pengen rasanya mengalokasikan anggaran Bina Lingkungan di P Bomba, biar bisa balik ke sini lagi. Tapi kelihatannya impossible secara biaya operasionalnya akan lebih tinggi dibanding bantuan Bina lingkungan tersebut.

But, yes, I’ve made the trip.

Biaya-biaya:

Bensin 80rb (400rb sharing ber-5)

Makan/minum perjalanan Palu-ampana pp 70rb

Carter kapal 125rb (600rb sharing ber-5)

Cottage+makan di pulau 250rb/2malam/orang

Sewa perahu keliling 30rb (180rb sharing ber-5)

Tip-tip 20rb
Total 575rb/orang

PULAU POYALISA, KEPULAUAN TOGEAN

Taman Nasional Kepulauan Togean adalah sebuah sebuah taman nasional di Kepulauan Togean yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah yang diresmikan pada tahun 2004. Secara administrasi wilayah ini berada di Kabupaten Tojo Una-Una.

Kepulauan ini dikenal kaya akan terumbu karang dan berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Beberapa aksi wisata yang dapat dilakukan di Kepulauan Togean antara lain: menyelam dan snorkelling di Pulau Kadidiri, memancing ,menjelajah alam hutan yang ada di dalam hutan yang ada di Pulau Malenge, serta mengunjungi gunung Colo di Pulau Una-una yang pernah meletus di tahun 1983. Wisatawan juga bisa mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabalutan.

Di kawasan ini juga, trdapat sekurang-kurangnya 262 jenis karang yang tergolong ke dalam 19 keluarga, satunya adalah jenis endemik, yaitu Acropora togeanensis. Hasil penelitian Wallace et. all, dari total 91 jenis Acropora yang ditemeukan di Indonesia (yang juga merupakan tertinggi di dunia), 78 di antaranya terdapat di Kepulauan Togean.

(sumber: Wikipedia)

Kepulauan Togean ini masih kalah populer dibanding Wakatobi, Bunaken di mata orang kita. Namun sangat terkenal di mancanegara.

Kepulauan Togean terdiri dari 5 pulau sedang dan sekitar 69 pulau-pulau kecil .

Yang sangat disayangkan, hampir sebagian besar pengelola wisata laut di pulau-pulau adalah orang luar. Seperti P Walea dikelola oleh marinir Italia dengan nama Walea Dive Resort, yang hanya memasarkan secara ekslusif hanya untuk orang Eropa saja. Padahal di tempat inilah, terdapat spot yang terbaik di Kepulauan Togean yaitu Tanjung Keramat. Atau Pulau Tupai juga dikelola oleh orang luar dengan nama Island Retreat. Atau Pulau Kadidiri, Black Marlin dan Paradise dikelola orang luar, hanya Pondok Lestari dikelola oleh penduduk setempat (info yang didapat, pemilik pondok lestari adalah bekas pemilik seluruh pulau yang menjual sebagian besar pulaunya kepada Black Marlin dan Paradise).

Ada 1 pulau yang dikelola dan dimiliki orang local sana, Bapak Ismail bekas mantri di Pulau Bomba. Pulau Poyalisa namanya. Kata Pak Ismail, pulau ini pun sudah banyak ditawar sama orang luar. Ada yang nawarin 500 juta oleh bule yang beristrikan orang Manado. Namun P Ismail masih bertahan, dan semoga aja tetap bertahan sampai anak cucu. Kalau sampai pulau ini juga dikuasai oleh orang luar, penduduk sana hanya akan jadi penonton di daerah sendiri.

Awalnya pulau ini dimiliki oleh Poya, sehingga pulau ini bernama pulau poya. Kemudian oleh P Ismail membelinya dari ahli warisnya. Seorang bule bernama Lisa yang datang berlibur dan menginap di P Bomba, selalu berperahu ke pulau ini, hingga akhirnya memohon kepada P Ismail untuk menamakan pulaunya, Pulau Poyalisa. Pulau Poyalisa berpasir putih, memiliki teluk kecil, dan di sekitar pantainya banyak terdapat coral cantik yg masih hidup

Pulaunya kecil dengan luas sekitar 5ha dan hanya dikhususkan untuk cottage saja. Tidak ada penduduk yang bermukim disini. Ada 8 cottage disana, 4 cottage yang baru dibangun dibagian depan pulau, 3 cottage di belakang pulau dan 1 cottage diatas tebing. Sebuah pulau dengan fasilitas sederhana, sesederhana orang-orangnya, gak ada fasilitas diving dan peralatan snorkeling yang memadai, tapi keramahan dan kehangatan P Ismail dan anggotanya membuat kami betah bermalas-malasan di pulau ini. Berperahu, memancing, snorkeling, berenang atau leyeh-leyeh di hammock.

Harga normalnya adalah 150rb/malam. Harga itu sudah termasuk 3x makan. Sangat terjangkau, dibandingkan harga akomodasi di Island Retreat, Black Marlin n Paradise.

Cara kesana:

Dari Palu ke Ampana via Poso (375 km) dengan bis (2x sehari) atau mencarter mobil, kemudian dengan kapal bodi dari Ampana ke Bomba (untuk ke P Poyalisa, P Bomba, P K. Kenari, P. Tupai/Island Retreat), atau kapal tujuan Wakai dan Malenge (untuk ke P Kadidiri dan sekitarnya).

Dari Gorontalo, naik kapal ke Wakai

Dari Pagimana, sekitar 60km atau 1 jam dari Luwuk (Pesawat Jakarta-Luwuk ada setiap hari). Kapal dari Gorontalo yang menuju Wakai pasti singgah di Pagimana.

NGE-HOST COUCHSURFING FRIENDS FOR THE FIRST TIME

Bulan kemarin, saya ngehost 1 teman cs pertama kalinya. Martina dari Hamburg Jerman. Baru pertama kali datang ke Indonesia dan memilih Sulawesi sebagai tujuannya. Bagi saya agak aneh, biasanya orang luar hanya kenal sama Bali dan Bali akan jadi destinasi utama mereka. Ketika saya tanyakan alasannya, dia sangat tertarik dengan Toraja n Togean Islands, gak suka tempat yang turistik dan pengen nyantai aja. Padahal waktunya cukup banyak untuk travelling sekitar 30 hari.

Saya tersanjung ternyata orang luar lebih respek dan ingin menikmati alam Sulawesi, kalo yang kata saya sebagai orang yang besar n lahir di Makassar, biasa-biasa saja dan sy masih lebih tertarik ke tempat lain . Nah ini yang harus mulai sy rubah dari diriku sendiri. Malu dong, orang luar ternyata banyak tau daripada kita. Jadi dia memilih pesawat dari Hamburg tujuan Jakarta dan langsung nyambung pesawat ke Makassar. Rute perjalanannya Makassar-Toraja-Tentena (Bada Valley)-Togean Islands-Palu-Jakarta-Hamburg. Setelah di Togean Islands 10 hari, di hari ke 25 perjalanannya dia menuju Palu dan tinggal di kos-an ku selama 3 hari. Karena kebetulan sy dan teman-teman udah berencana ke Danau Lindu, sekalian aja ngajak dia kesana. Lucu juga saat pertama bertemu, ternyata sy ama dia udah ketemu duluan di jalan. Martina merequest saat masih di Ampana (sekitar 8jam dari Palu) kemudian sy meresponse tapi gak dibalas. So, karena ada tamu kantor yang sy temani jalan-jalan ke Tanjung Karang (1 jam dari Palu), diperjalanan pergi sy melihat cewek bule wara wiri dengan ojek. Diperjalanan pulang, papasan lagi di warung makan. Ada feeling sih, tapi sy gak negur. Setelah sampai di Palu baru ada smsnya masuk, so janjian ketemuan di kantorku. Hehehe ternyata benar Martina dengan ransel gedenya.

Ini komentar manis dari martina di profile cs-ku:

For Dewi Mulya Sari Palu, Indonesia Dec 19, 2010

Positive

Dewi was my sunshine in cloudy Palu. She invited me very spontaneously to stay with her and her family for 3 days and treated me like a VIP guest, feeding me great food, introduced me to her nice friends, took me on an off-road motorbike tour to Lore Lindu National park and even drove me to the airport at 5 ! in the morning. Thanks so much for that wonderful experience !

Dan sy balas komentarnya as below: From Dewi Mulya Sari Palu, Indonesia Dec 29, 2010

Positive

this is my first time to host n hosting martina was a pleasure. she is humble, very polite, easy going n communicative. i’m glad that she enjoyed the food that i had cooked n stayed at my small n full house..haha. also enjoy the trip to lindu lake eventhough it’s a very unsafety trip. she’ve sent me some pics about her family n things in hamburg (great thanks). i hope someday we can meet again.

Alasan sy bergabung di couchsurfing, pengen dapat teman baru, dapat alternative akomodasi di mana saja (sekalian berhemat ongkos penginapan), dapat berinteraksi langsung dengan kebiasaan/budaya penduduk setempat dengan begitu bisa lebih menghargai dan menghormati perbedaan budaya tersebut, dan yang paling penting, kalo dengan bule bisa practice speaking-speaking. Tentu saja, sy masih sedikit punya parno dengan jaringan silahturahmi online ini. Masih ada rasa was-was, namanya saja online, kita tidak terlalu tau bahwa kita berhubungan dengan siapa, apakah orang tersebut maksud lain-lain (negative things) selain tujuan luhur jaringan silahturahmi ini. Jadi tetap harus hati-hati. Saya yakin masih banyak orang baik di dunia ini dan sebagian besar ada di jaringan silahturahmi ini.