Berkunjung ke ‘Negara yang terkunci’ (1)

WhatsApp Image 2024-03-22 at 08.35.06 (10)

Negara yang terkunci (Landlocked country) adalah sebutan bagi Laos. Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki akses ke laut. Negara ini berbatasan darat dengan Tiongkok, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

Kalo ditanya ngapain ke Laos? Apa yang dilihat disana? Jujur, saya awalnya gak tau apa wisata unggulan atau apa yang mau diliat disana. Saya mau kesana hanya karena saya ingin menjejakkan kaki di Laos. Laos adalah salah satu dari 3 negara ASEAN yang belum saya kunjungi selain Brunei Darussalam  dan Timor Leste. Total negara ASEAN saat ini berjumlah 11 negara.

Dan saya pengennya mengunjungi Laos via border darat yang saya tau banyak orang mengakses Laos dari perbatasan Thailand. Belakangan baru saya tau, bisa juga masuk dari Vietnam naik bus. Naik pesawat gak ada challengenya dan juga mahal.

Karena keretanya berangkat malam hari, hari itu kami ke Pratunam dengan mencoba naik boat lokal. Lokasi dermaganya dekat banget dengan hotel sekitar 50m, sisa ngesot sampai. Luar biasa public transport di Thailand, kanal kecil pun dimanfaatkan untuk jalur public transport. Kanalnya bersih, meski bau-bau anyep masih ada, gak masalah bagi kami. Pratunam hanya 2 dermaga dari dermaga di Prince Palace Hotel, bayarnya 13Baht/orang atau sekitar IDR5000. Dermaga pratunam paling dekatnya ke big C, ke Platinum Mall sisa menyeberang jalan, ke Pratunam menyeberang jalan dan jalan sekitar 500meter. Kami berjalan-jalan ke Pratunam dan Big C lagi nyari oleh-oleh yang murah meriah dapatnya kaos dan pashmina dengan harga termurah dari berbagai tempat yang saya datangi, kemudian ke December. Tempat ini popular di mata orang Indonesia karena baju-bajunya yang keren dengan harga fix. Banyak juga jastipers yang lagi live streaming menawarkan baju-baju yang ada di sini. Keren, kerja jualan sambil jalan-jalan. Meski sepertinya sekarang sudah tidak bisa lagi bawa banyak barang-barang jualan maupun oleh-oleh di koper yang dibawa karena bea cukai sudah melakukan pembatasan 5barang dari luar negeri seperti tekstil max 5pcs, tas max 2pcs, sepatu max 2pcs, elektronik 5unit max harga 1500usd dan gadget max 2pcs/tahun. Lebih dari itu akan dikenakan bea masuk import dan PPN/PPN Barang Mewah. Yaelah, saya lebih setuju aturan kemarin yaitu max 500USD, gak usah dibatasi peritem. Ribet jadinya. Apalagi kalo beli tasnya untuk oleh-oleh yang harga per pcsnya cuma 50ribu seperti tas tote gambar Gajah Thailand. Masak iya disamakan dengan tas branded. Tapi hikmahnya jadi ada alasan untuk tidak bawa banyak oleh-oleh dari 5 jenis diatas. Hehehe.

Saya masih jalan ke Khaosan Road, daerah dimana banyak turis backpacker menginap . Saya belum pernah ke daerah ini jadi pengen tau aja suasananya. Ternyata km 0 Bangkok ada disini. Dari hotel kami berjalan kaki sekitar 2km, baliknya kami naik bus.

Abis maghrib kita ke stasiun kereta naik taxi online. Kereta berangkat tepat waktu jam 9malam. Kita dapatnya tiket kelas 3 yang duduknya tegak lurus dan gak ada pembatas dengan sebelah. Sangat tidak nyaman terutama jika duduknya bersebelahan dengan orang lain. Meski non AC tapi angin dari jendela itu dingin banget. Yah dinikmati saja sebagai bagian dari pengalaman. Tidur juga gak terlalu lelap karena orang naik turun silih berganti di saat berhenti di stasiun. Andalan saya adalah minum antimo, biar gampang tidur dan badan gak terlalu cape duduk semalaman. Kami tiba di stasiun Nongkhai jam 9 pagi. Kami mengikuti arus orang keluar stasiun. Sudah banyak tuktuk yang menunggu untuk mengantar ke Imigrasi Thailand. Harganya 40 atau 50Baht/orang. Kami berlima muat dalam 1 tuktuk berikut 4koper kabin dan 2ransel.

Proses imigrasi Thailand lancar jaya, di dekat situ ada money changer. Tapi uang USD yang mau saya tukar katanya seri lama, padahal itu juga dapatnya dari money changer di Indonesia beberapa hari lalu. Bingung juga gak punya uang KIP, mata uang di Laos. Kami  ikut arus orang saja, namun dicegat saat mau naik bus menanyakan karcis bus. Jadilah kami membeli tiket di loket yang ada disitu seharga 20Baht/orang. Bus ini yang membawa kita menuju Imigrasi Laos. Tiba di Imigrasi Laos, ada arrival card yang harus diisi. Ada juga yang menawarkan jasa pengisian, kami memilih mengisi sendiri dan pada saat di loket Imigrasi kita diminta untuk membayar ke petugas 20Baht/orang. Dan welcome to Laos.

Akan banyak calo/supir yang menawarkan jasa transportasi, saya memilih naik bus ke Central Bus Station. Saya bayarnya pakai Baht saja. Kondekturnya lalu mengkorversi harga kip ke baht dengan harga yang wajar. Tiba di Central Bus Station, saya masih galau apakah kami nginap di Vientiane saja sambil nyari tiket kereta ke Luang Prabang atau kami ke Van Vieng. Karena informasinya tidak banyak yang bisa dilihat di Vientiane, lebih menarik Van Vieng. Ada calo yang menawarkan ke Van Vieng dengan mobil travel sejenis hiace dengan harga 100000KIP/orang. Saya masih sibuk mencari informasi, dimana tempat beli tiket kereta terdekat. Ternyata tidak jauh dari situ ada official outlet untuk Laos Railway, sekitar 500m. Saya sama Aya ke sana, paksu dan yang lain menunggu di dekat terminal. Tempatnya berada di dalam mall kecil. Saya membeli tiket Vientiane-Vanvieng, Vanvieng-Luang Prabang dan Luang Prabang-Vientiane disini. Dan saya memasrahkan hitungan total pembayaran sama si mbak petugas. Disitulah saya kena scam. Si mbaknya bilang total 300USD. Karena saya cuma punya 200usd maka saya tarik atm sebanyak 4,000,000 dan memberikan 2,300,000KIP, total saya ngasih 200usd+2,3jutaKIP . Kurs 1USD=23,000KIP, yang bilang kurs ini adalah si mbaknya sendiri. Saya pikir karena saya berada di kantor resmi, hitungannya pasti bener. Belakangan baru nyadar saat saya sudah tiba di Luang Prabang dan iseng menghitung sendiri, harga semua tiket totalnya adalah 3,288,000KIP atau setara dengan 143USD. Jadi saya dicharge dengan harga 2x lipat lebih mahal. Dari uang 200USD yang saya punya sebenarnya sudah cukup untuk membayar semua tiket. Duh nyesek banget, sakit tapi tidak berdarah. Dan begonya lagi entah mengapa saya gak langsung protes sama si mbak, padahal ngirim tiketnya via WA. Kepikirannya malah untuk kirim komplain via email ke kantor Laos Railway yang sampai sekarang belum dikirim juga karena malas nyari alamat email. Kepikirannya baru hari ini nyari alamat email eh ketemunya facebook. Saya nulis ulasan berdasar pengalaman ini, dan baru kepikiran eh kok saya gak protes ke mbaknya ya. Entah apa yang terjadi pada diriku yang biasanya sangat perhitungan.

Setelah beli tiket, saya juga nyari SIM Card lagi, karena yang saya beli di tokped itu bukan operator lokal Laos tapi dari Tiongkok. Kuatir susah sinyal. Di mall itu ada counter Lao Telecom. Saya beli kartu 35,000KIP untuk kartunya dan 25,000KIP untuk paket internet 7GB selama 7hari. Tak lupa beli es krim yang ada di mall itu karena cuaca Vientiane lagi panas-panasnya.

Kelar dari situ, saya kembali ke tempat paksu dan anak-anak menunggu. Kami lalu naik tuktuk untuk makan siang di warung pak Eko. Eh ternyata warung pak Eko sudah tutup, dan keliatannya sudah lama tutup. Keliatan dari betapa berdebunya meja di rumah makan ini. Nyebelin, udah bela-belain datang membayangkan makanan Indonesia, eh tutup. Dari situ saya nyoba naik taxi online ke stasiun kereta Vientiane. Pesen taxi online di Laos via aplikasi LOCA, sementara di Bangkok bisa via aplikasi Grab dan Bolt. Katanya sih Bolt lebih murah tapi menurut saya gak user friendly jadi saya milih Grab yang sudah terinstall di hp saya.

Kereta cepat Laos Railway ini baru beroperasi sejak tahun 2021, pembangunannya dimulai dari tahun 2016. Jadi kereta cepat pertama di ASEAN adalah yang di Laos ini dengan panjang 414km. Rutenya sampai ke Boten kota perbatasan Laos dengan Tiongkok. Modelnya mirip Whoosh karena teknologi dan buatan sama-sama dari China. Kalau soal kecepatan, Whoosh max 350km/jam, Laos Railway max 160km/jam. Namun ini naik kereta ini sudah sangat menghemat waktu dan nyaman. Vientiane-Luang Prabang jika ditempuh dengan bus/mobil pribadi butuh waktu 6.5 jam, dengan naik kereta hanya butuh waktu 2.5jam.

Stasiun keretanya besar tapi tidak banyak tenant yang menjual makanan minuman. Dan hanya dibuka sekitar 1 jam menjelang kereta datang. Jadi yang datang lebih awal harus menunggu diluar. Ada cafe di lantai 2 tapi penuh orang yang menunggu untuk masuk. Setelah di dalam stasiun kereta, nyaris tidak ada stop kontak untuk charge gadget. Ada dispenser air minum dan juga air panas. Stock pop mie yang masih ada segera kita seduh buat makan anak-anak.

Perjalanan Vientiane ke Vanvieng lamanya 1 jam. Saya baru memesan hotel di Vanvieng saat sudah di kereta. Hotel Sansan resort IDR640ribu/malam untuk 1 kamar dengan 2 queen bed. Pas lah buat berlima dan sudah termasuk sarapan. Dari stasiun kereta Vanvieng ke hotel Sansan naik tuktuk 40,000KIP/orang. Di resepsionis, saya memesan motor untuk sore ini sampai besok. Pilihannya bisa sewa 24jam atau 12jam saja. Sayang, motor sudah habis dipesan, baru bisa disewa besok itupun jam 9 pagi baru ready di hotel. Dan cuma ada 1 motor. Mau tidak mau kami mengambilnya. Tempat wisata yang mau dikunjungi gak bisa dicapai dengan berjalan kaki, ada tuktuk tapi gak bisa diandalkan karena keterbatasan waktu. Besok sorenya kami harus melanjutkan perjalanan naik kereta ke Luang Prabang.

Di lobby hotel juga banyak penawaran paket tur dengan harga fix seperti kayaking, caving, trekking, tubing dan naik balon udara. Harganya pun masih terjangkau. Hanya saja kami juga gak bisa mengambil paket itu karena terbatasnya waktu.

Sore itu paksu dan Ghazy berenang di kolam renang hotel. Yah lumayanlah hotel ini. Bersih, ada kolam renangnya dan sarapannya enak dan banyak. Malam itu kami keluar untuk cari makan. Letak hotel ini berada di pinggir jalan utama, terpisah dari pusat keramaian turis yang berada di sekitar night market. Jalan kaki ke night market gak terlalu jauh kok sekitar 700m saja. Kami mencoba vegan food, karena sepertinya makanan itu yang aman dimakan oleh kami. Tidak ada halal food di Van Vieng. Vegan food itu masih sekitar 500meter lagi dari night market. Kami memesan nasi goreng, mie goreng, tahu siram dan lain-lain. Rasa makanan agak hambar, menurut saya tidak enak. Namun kami keluarga anti mubasir dan daripada lapar yah anak-anak dan paksu saya semangati untuk menghabiskan makanan yang sudah kami pesan.

Pagi-pagi saya sama Nayla keluar jalan-jalan mau liat balon udara. Kami berjalan mendekati tempat dimana balon udara dalam proses turun. Momennya pas saat kami sampai di jembatan kayu, ada 1 balon udara yang sudah hampir mencapai titik pendaratan. Suka banget sama suasana dan pemandangannya.

Balik ke hotel kita bersiap-siap menunggu motor sambil sarapan. Sarapannya ada banana pancake, waffle, french toast, scrambled egg yang dimasak by order. Enak dan panas. Disamping itu masih ada buah-buahan, teh, kopi, sereal, makanan prasmanan (ini cuma ngambil nasinya saja) dan roti oles. Makannya di samping kolam renang. Nikmatnya.

WhatsApp Image 2024-03-22 at 08.35.06 (13)

Karena motor cuma 1, jadi paksu berfungsi sebagai ojek. Kami secara bergantian diangkut sama paksu. Paksu mengantar sampai sekitar 2-3km di spot yang aman, trus nurunin anak-anak dan balik mengambil yang lain. Yang menunggu pun tidak tinggal diam, sambil jalan kaki menyusuri jalan sampai paksu menjemput. Begitu seterusnya sampai kami sampai di Pha Nam Xay. Jarak ke Pha Nam Xay ini sekitar 10km dari hotel. Pha Nam Xay adalah view point yang ada di Van Vieng. Ada beberapa view point tapi yang paling populer adalah yang ini. Trekkingnya lumayan sulit, dengan kemiringan 45-60derajat. Alhamdulillah Ghazy bisa kuat sampai puncaknya. Dan viewnya luar biasa. Di puncak, ada motor trail yang dipasang untuk digunakan sebagai properti foto. Ada juga disediakan bendera Laos dan bendera Korea sebagai properti tambahan.

WhatsApp Image 2024-03-22 at 08.35.06 (14)

Kami jalan pulang tapi masih mampir ke Blue Lagoon 1. Di Van Vieng ini ada banyak Blue Lagoon. Dari referensi ada 6 blue lagoons, yang terpopuler adalah Blue Lagoon 1. Soalnya lagoon ini yang paling dekat dengan Van Vieng, yang lainnya berada setelah Pha Nam Xay.  Paksu dan Ghazy kami biarkan berenang disini cukup lama, sementara saya mengantar anak-anak yang lain pulang untuk mandi. Waktu sudah menunjukkan waktu jam 12.30. Saya dikasih toleransi check out sampai jam 1siang. Habis itu balik menjemput paksu dan Ghazy.

Jam 2 baru kami semua ready untuk check out. Motor belum kami kembalikan, kami masih cari makan siang dulu di sekitar night market. Semalam saya melihat ada cafe Happy Mango yang cukup ramai. Makanya kami kesitu. Paling tidak mencoba menu Mango Sticky Rice. Ternyata ada ikan goreng, maka saya memesan ikan goreng plus nasi putih. Menu lain tidak berani kami coba, hehehe. Enak dan nikmat. Setelah itu saya masih memanfaatkan motor untuk ngantar anak-anak ke stasiun kereta satu persatu. Lumayan berhemat biaya tuktuk ke stasiun kereta 80,000KIP. Sewa motor 150,000KIP untuk 12 jam. Jarak ke stasiun kurang lebih sekitar 5km, dan bukan paksu saja yang repot untuk mengantar karena kami berempat bisa bawa motor, jadi diatur siapa mengantar siapa. Kemudian motor saya kembalikan dan meminta agar petugas hotel memesan tuktuk ke station untuk saya, paksu dan Ghazy. Dan kami pun melanjutkan perjalanan ke Luang Prabang.

Leave a comment