Sumatra Overland

IMG_3069

Salah satu travel bucket list saya adalah roadtrip ke Sumatra. Dan alhamdulillah, finally dreams come true. Libur panjang 2 tahun lalu, saya ambil tambahan cuti 2 hari sehingga total libur menjadi 8 hari. Kesempatan untuk roadtrip ke Sumatra. Trip ini juga sebenarnya dadakan. Tetiba, adikku yang di Makassar mau ke Bandung dan mengajak ke jalan ke Sumatra.

Saya kasih 2 alternatif tujuan. Alternatif pertama Bandung-Lampung-Palembang-Jambi-Padang-Bukittinggi. Alternatif ini menurut saya challenging, but memorable and unforgettable. Once in a life time. Alternatif kedua, Bandung-Lampung-Palembang. Pilihan ini relaxing but not challenging.

Adik saya, Amel usul untuk memilih alternatif ke 2. Katanya biar lebih santai dan jangan sampai terlalu capek. Dia sih enak tahun lalu baru pindah dari Lampung, udah sering banget ke Palembang dan juga pernah ke Padang dan Bukit tinggi. Sementara saya baru pernah ke Lampung. Saya disupport sama Diana, adek saya yang juga akan ikut di trip ini. Dia setuju alternatif 1. Berarti dua lawan satu. Amel juga kuatir dengan bagaimana kalo ada pos pemeriksaan di jalan. Saya bilang sejauh ini udah beberapa kali keluar kota di Jawa, gak pernah ada pemeriksaan di jalan. Dia kuatir juga bagaimana dengan cerita bajing loncat, begal dan sebagainya. Saya bilang, kita akan upayakan tidak jalan malam kecuali di jalan tol. Dan dari beberapa artikel yang saya dapat, lintas sumatera sudah relatif aman. 

Drivernya siapa? tunjuk diri sendiri. Suami lagi di Makassar gak bisa ikut.

Kalo soal roadtrip kami sekeluarga sudah biasa. Waktu tinggal di Palu selama 4 tahun, kalo ada libur minimal 4 hari kita berangkat ke Makassar yang jaraknya 1000km. Udah pernah roadtrip Palu-Manado jaraknya 1000km. Awal tahun kemarin juga kami sekeluarga roadtrip di Eropa selama 8 hari dengan total jarak 3750km. Bulan September kemarin juga sempat ke Semarang, berangkat Sabtu pulang Minggu. Tapi suami saya yang nyetir untuk rute-rute diatas. Sering nyetir sendiri di mulai sewaktu tinggal di Pare-Pare, tiap Jumat ke Makassar dan balik lagi hari Senin Subuh, jaraknya 150km. Stabil tuh tiap minggu, paling bisa dihitung dengan jari kami menghabiskan weekend di Pare-Pare. Terus pindah makin jauh ke Palopo, gak tiap minggu sih pulang ke Makassar karena jaraknya lumayan Palopo-Makassar sekitar 398km. Paling sering 3 minggu sekali buat keperluan nyari hiburan di Makassar. Nonton, makan makanan favorit, cari buku, ngemall dan lain sebagainya.  

Amel adik bungsu saya datang ke Bandung dari Samarinda sehari sebelum Overland Sumatra ini. Dari Bandung kami start jam 6 pagi menuju bandara Soekarno Hatta, saya bawa 1 mobil dan Amel  membawa 1 mobil lainnya. Saya mau menjemput adik saya sekeluarga yang datang dari Makassar kemudian langsung berangkat menuju pelabuhan Merak. Perjalanan dari bandara ke pelabuhan Merak sekitar 1 jam 30 menit.  Kami sambil membeli tiket ferry Merak-Bakauheni  melalui aplikasi Ferizy.com sambil jalan. Aplikasinya user friendly, namun untuk mempercepat proses pembelian siapkan ktp/kk supaya bisa menginput NIK dan tanggal lahir dengan lebih cepat. Semua penumpang yang berangkat wajib terinput. Nomor kendaraan juga wajib diinput. Tiket yang kami beli jenis layanan ferry ‘regular’, kalo datang dengan kendaraan pilih pengguna jasa ‘kendaraan’ dan pilih golongan kendaraan (untuk mobil pribadi adalah golongan IVA). Kemudian pilih jumlah penumpang. Harga tiket ferry sudah termasuk kendaraan dan penumpangnya. Tarif ferry regular per Oktober 2020 adalah 419ribu. Proses bayarnya kami pilih via internet banking.

Kami tiba pas banget dengan jadwal keberangkatan yang kami pilih. Di pintu gerbang kami hanya menunjukkan barcode bookingan tiket ferry dan langsung masuk kapal. Suasana pelabuhan Merak sangat lengang. Kapal ferry yang kita naiki saja hanya terisi 25% nya. Perjalanan sekitar 3 jam jika dihitung dari naik kapal hingga turun kapal. Di dalam kapal juga lengang, kami bebas memilih tempat duduk. Tampak beberapa supir truk  bawa bantal langsung ambil posisi wenak dan bobo. Kapal relatif bersih, hanya kamar mandinya gak terlalu bersih dan semakin lama semakin jorok. Entah karena kehabisan air bersih ataupun karena perilakunya penumpang yang menggunakan. Ruangan shalat juga cukup luas dan bersih. Ada kantin yang menjual popmie dan beberapa jenis minuman. Sebaiknya sebelum naik kapal, mampir beli snack karena harga diatas kapal cukup mahal. Saya sempat jalan-jalan berkeliling kapal. Di bagian atas ada ruangan seperti aula dengan kasur-kasur tipis untuk tidur.

Tiba di Pelabuhan Bakauheni, kami memutuskan untuk cari makan di Kota Lampung. Sebenarnya pengen di rest area jalan tol saja, tapi ternyata nyaris semua rest area Bakauheni-Lampung sedang dibangun jadi belum buka. Sekalian ketemu kak Dodong kakak saya yang kerja di Lampung. Makan KFC yang praktis, cepat dan pastinya disukai anak-anak. Saya sebenarnya agak kelelahan, rasanya pengen nginap aja di Lampung. Tapi yang lain masih pada semangat sehingga saya pun memutuskan tetap lanjut. Jam 6 sore kami berangkat lagi meneruskan perjalanan ke Palembang. Gak masalah berangkat malam, karena jalan tolnya sampai Palembang sehingga relatif aman. Jam 9 malam saya berhenti di rest area yang cukup ramai. Mata udah lelah banget, saya butuh waktu untuk memejamkan mata sekitar 30menit, kemudian turun dari mobil untuk cuci muka dan shalat isya. Saya udah terpisah dengan mobil satunya yang udah sampai di Palembang.  Setelah segar kembali, saya pun melanjutkan perjalanan. Saya tiba di Palembang jam 11 malam.

Hotel juga kami baru pesan saat di jalan. Alasannya karena jadwal kami buat fleksibel, bisa cenderung berubah. Dan ternyata adik saya tidak kuat melanjutkan perjalanan ke Padang, sehingga dia dan suami memilih menunggu kami di Palembang sambil beristirahat. Jadi adik saya itu tiba-tiba kambuh tipesnya sehari sebelum berangkat ke Jakarta, dan dia tetap memaksakan berangkat. Akhirnya satu mobil tinggal di Palembang, sisa penumpangnya pindah ke mobil saya. Alhasil empet-empetan deh. Total bersembilan kami melanjutkan perjalanan.

Kami mencoba ferry express untuk perjalanan pulang Bakauheni-Merak, harganya cuma lebih mahal 100ribu di banding ferry regular tapi lebih cepat 1 jam tiba di pelabuhan tujuan, tempat duduk lebih berkelas, kantinnya bekerja sama dengan Alfa express sehingga jualannya lebih beragam termasuk popcorn alfa tapi tentu saja dengan harga lebih mahal. Ferry ekspress lebih kecil ukurannya dibanding ferry regular, ruangan tempat parkir mobilnya tidak terlalu luas. Penumpang ferry ekspress hanya mobil pribadi dan gak ada truk. Truk gak mungkin masuk sini karena jalan masuknya hanya seluar mobil pribadi. Ferry ekspress lebih sedikit lagi penumpangnya saat itu. dibanding ferry regular yang kami naiki sebelumnya. Menurut saya, sangat recommended naik kapal ferry ekspress ini. Belakangan saya baru tau ferry express bisa juga untuk bus/truck tapi punya jalur masuk yang berbeda ke ferry.

Cerita kita ngapain aja di Palembang, Jambi, Padang dan Bukittinggi nanti di next story yach.

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s