LOKSADO: SERUNYA NAIK BAMBOO RAFTING

Gak lengkap rasanya berkunjung ke Banjarmasin tanpa menyempatkan diri ke Loksado. Meski jaraknya kurang lebih 190 km dari Banjarmasin dan katanya mistis gak menyurutkan niat untuk kesana. Secara Loksado yang menarik minat saya ke Banjarmasin. Apalagi adik saya ada yang tinggal bekerja di Banjarmasin dan bersedia menjamu…asikkk.

Sekedar info dari hasil googling, beberapa travel menyediakan paket Loksado Bamboo rafting+LokBaintang Floating Market, akomodasi, transportasi dan kuliner seharga Rp 1.350.000/pax untuk 3H/2M.

Jam 4 pagi bangun langsung berangkat. Mampir di masjid yang pertama gak jadi shalat disana karena shalawat antara adzan dan iqamat panjang banget. Ada kali sekitar 30menitan. Akhirnya pindah ke masjid gak jauh dari situ, jamaah subuhnya baru saja bubar, jadi kami langsung shalat saja.

IMG_8347

Gak terasa udah sampai di Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dari sini ke Loksado sisa 35km. Kami mampir untuk sarapan. Yang khas disini adalah Ketupat Kandangan yaitu opor ikan haruan (ikan gabus) pakai ketupat dan dodol asli kandangan. Disepanjang jalan poros banyak warung ketupat atau warung dodol asli kandangan. Gak sempat google mana yang terbaik, jadi kami mampir di warung yang kelihatan ramai saja, meski Amel bilang warung yang ramai itu belum tentu enak. Rasa Ketupat Kandangan lumayan, rasa nasi kuningnya biasa saja, gak terlalu menarik.

IMG-20140201-00415

Jalanan super mulus dari banjarmasin sampai di Loksado membuat perjalanan cukup nyaman, Kandangan-Loksado agak berkelok-kelok sih. It’s Ok. Beberapa kali kami melewati rumah super mewah dengan banyak mobil mewah bertumpuk di pekarangannya. Lampu jalannya aja mewah gimana isi gedungnya ya. Sangat kontras dengan rumah sekitarnya. Salah satunya yang ada di desa Binuang, penasaran kami googling cari tau siapa pemiliknya. Rupanya pengusaha batu bara yang kalo gak salah sedang nyaleg DPR RI No Urut 1 dari partai kuning.

Satu lagi yang menarik dari Kota Banjarmasin dan kabupaten lainnya adalah masjid-masjidnya yang indah dipandang mata. Kubah-kubah dan perpaduan warnanya cantik.

Kami sampai di Loksado sekitar pukul 08.30. Langsung ada bapak yang mendekati kami menanyakan tujuan kami dan apakah sudah booking bamboo rafting sebelumnya. Bapak itulah yang akan menjadi joki (pemandu) bamboo rafting. Kapasitas rakit bambu hanya untuk maksimal 4 orang termasuk jokinya, jadinya kami menyewa 2 rakit untuk kami berlima. Sempat terjadi insiden, rakitnya Amel nyangkut di batu, bapak tua yang jadi jokinya gak mampu membereskan. Kami berhenti sebentar di pinggir sungai, joki kami ikut membantu membereskan.

Arus sungai cukup deras dan banyak jeramnya. Hari itu ada sekitar 8 rakit yang menyusuri sungai Amandit. Ada juga yang menggunakan perahu karet lengkap dengan peralatan safety-nya. Saya gak tertarik untuk rafting dengan perahu karet secara udah punya 2x pengalaman, mending mencoba sensasi bamboo rafting. Rafting dengan perahu karet merupakan kegiatan kelompok. Semuanya turut andil dan memegang dayung masing-masing, biaya per orang Rp150,000. Rafting dengan rakit bambu gak terlalu aman karena tanpa peralatan safety dan harus mengandalkan kelincahan jokinya, biaya per rakit Rp 250,000 bisa diisi maksimal 3-4 orang. Penumpangnya sisa duduk manis dan fokus untuk membantu menjaga keseimbangan rakit. Beruntung kami dapat joki (namanya Pak Sapuan) yang cukup handal. Seru juga memperhatikan saat Pak Sapuan itu beraksi untuk melewati jeram dan berusaha menyeimbangkan rakit. Kadang-kadang sampai melompat ke sana sini.

Kami menyusuri  sungai selama kurang lebih 2,5 jam. Sampai di titik akhir, papanya aya nyewa ojek seharga Rp 25,000 untuk ngambil mobil di tempat start lalu menjemput kami. Agenda kami selanjutnya adalah ke air terjun Haratai. Ke Air terjun ini tidak bisa menggunakan mobil, jadi kami nyewa ojek seharga Rp 70,000pp perojek. Jalanan yang kami lalui adalah jalan setapak beton selebar 1m dan melewati kurang lebih jembatan gantung sekitar 6-7 buah. Perjalanan kurang lebih 25 menit untuk sampai ke air terjunnya. Gak banyak yang bisa dilakukan di air terjun ini, mau mandi berisiko juga secara airnya deras sekali. Jadi hanya foto-foto sebentar lalu balik lagi ke Loksado.

Kami numpang mandi di rumah dekat tempat kami parkir mobil atas seijin Pak Sapuan. Yang disebut kamar mandi itu adalah kamar mandi semi terbuka. Bagi kami gak masalah yang penting gak bau, gak jorok dan pakai air gunung bukan air sungai.

Masih ada lagi tempat tujuan wisata lainnya disekitar Loksado yaitu air panas Tanuhi dan Balai Desa Malaris (ini yang saya gak ngerti kenapa banyak traveller yang mengunjungi balai desa). Pemandian Air panas Tanuhi lagi ditutup oleh pengelolanya karena mau direnovasi & jembatan sungai yang menuju Balai Desa telah hanyut dibawa banjir bulan lalu, kalo mau ke balai desa Malaris harus mutar.

Jam 14.00, kami balik menuju Banjarmasin.

Tips ke Loksado:

Gak harus nginap di Loksado, bisa datang pagi pulang sore. Menurut P Sapuan, kegiatan bambo rafting mulai pukul 8pg sampai paling lambat jam 3 sore. Kalopun mau nginap, bisa di Wisma Loksado maupun Penginapan Alya. Pak Sapuan dapat dihubungi di:

Bawa baju ganti, karena harus siap basah jika ber bamboo rafting.

Jangan terlalu banyak  bawa barang ke rakit, simpan di mobil atau dititip saja. Bawa makanan dan minuman secukupnya. Siapkan kantung plastik pelindung.

Leave a comment