Tanggal 22 Maret, saya terbang ke Jakarta dari Manado. Ke Jakarta sekaligus bertemu dengan anak-anakku di long weekend. Mereka bersama papanya dari Makassar ke Jakarta lalu ke Bandung pada hari yang sama. Mereka duluan tiba di Bandung, saya baru jam 04.30 pagi nyampe. Jakarta Bandung sampai 6 jam ditempuh karena macet. Tujuan utama jalan-jalannya adalah ke Trans Studio Bandung dan melihat lumba-lumba di Ancol.
Jumat, ke Sindang Reret menemani anak-anak bermain di Jones Park. Satu tempat yang bagus untuk melatih kemampuan motorik anak lebih baik, melatih untuk lebih berani dan melatih untuk kerjasama tim.
Sabtu, ke Trans Studio Bandung. Sebenarnya sayang sih harus ke Trans Studio Bandung, secara kurang lebih mirip dengan Trans Studio Makassar, tapi anak-anak tidak bahagia kalo tidak kesitu juga. Dan sudah bisa dibayangkan betapa ramenya Bandung pada saat itu. Antrian 1 wahana panjaang banget. Kami disana dari jam 12 siang sampai jam 8 malam dan hampir semuanya kami mainkan.
Minggu, jam 3 pagi sy bela-belain bangun untuk menyelesaikan kelengkapan berkas termasuk booking hostel di Lucerne dan di Florence lalu mencetak segala yang diperlukan. Jam 08 pagi berangkat ke Jakarta. Gak ada macet, so jam 10 udah tiba di Xtrans Kartika Chandra. Kami juga menginap di hotel ini, untuk memudahkan transportasi Xtrans dari Bandung, transportasi Xtrans ke Airport, bisa titip ransel setelah check out nanti dan dekat dengan Kedubes Belanda. Dari situ naik taxi ke Ocean Dream Samudera Anco. Saya taunya Ocean Dream ini ex Gelanggang Samudra. Waktu jaman saya SD, saya rajin berenang di Gelanggang Samudra dan sekalian bisa nonton beraneka macam satwa disana. Ternyata di Ocean Dream hanya tersisa pertunjukan aneka satwa, berenangnya dipindahkan di Atlantis. Padahal saya udah nyiapin keperluan berenang. Tapi gpp, anak-anak sangat excited disini, menonton lumba-lumba sampai puas. Juga ketemu sama artis Nico Siahaan disini yang datang 1 rombongan keluarga besarnya.
Sampai di hotel, anak-anak lanjut berenang. Saya melanjutkan melengkapi berkas, masih ada beberapa email yang harus dicetak dan fotokopi. Saya keluar keliling cari warnet dengan ojek, dapat di daerah Benhil.
Senin, jam 07.30 kami naik ojek menuju kedubes belanda. supaya nulisnya gak dobel, saya sharing aja email yang saya kirim ke milis backpackerdunia tentang pengalaman mengajukan visa schengen via kedubes Belanda. Here it is:
Sharing pengalaman mengajukan visa schengen via kedubes belanda hari senin kemarin.
Sy daftar untuk mengajukan tanggal 26 jam 08.00. jam 07.45 datang, diberi no antrian, dapat antrian no.15. Antrian itu untuk pengecekan document dan pengecekan waktu janjian untuk pengajuan. Yang ngecek adalah security, mereka gak ngecek detail. hanya tanya foto dan asuransi, kemudian ngasih checklist dan minta berkas diurutkan berdasarkan itu.
Abis itu nunggu sampai bisa dipanggil masuk kedalam ruangan, pada saat di dalam ruangan diberi no antrian lagi. karena sy mengajukan bersama adik saya, pada saat wawancara, diminta maju berdua. Dan yang diwawancara cukup saya saja sekitar 5 menit. Yang ditanyain antara lain, hubungan sy berdua, apakah sudah pernah ke eropa, mau kemana saja, pernah kemana saja, apakah belanda merupakan tempat terlama yang akan dikunjungi.
Setelah itu bayar, diminta datang kembali jam 14.30-15.30. Dan alhamdulillah dapat visanya. Senangnya, terbayar semua rasa capek browsing2, jauh-jauh datang ke jakarta, melengkapi berkas di last minute (booking hostel n naik ojek untuk nyari warnet, print email dan fotocopy pas malam seninnya).
beberapa keraguan:
* formulir schengen diketik, namun ada sedikit bagian yang ditulis tangan. Gak masalah karena ternyata pengajuan visa melalui orang travel, rata-rata tulis tangan.
* berdasarkan itinerary sy, belanda dan italy sama-sama terlama stay 3 malam. Pada saat ditanya apakah belanda merupakan tempat terlama yang akan dikunjungi saya jawab saja ya, karena secara hitungan jam, belanda akan menjadi tempat terlama dan first entry country.
* sy booking hostel melalui booking.com, hostelworld dan hostelbooker. beberapa hostel memberikan konfirmasi langsung ke email saya dan ada juga yang tidak. Yang tidak memberikan konfirmasi langsung, sy email untuk permintaan itu. Tapi sampai sy mengajukan, ada email sy yang belum dibalas. Ternyata gak dipermasalahkan pada saat wawancara.
* ibu yang wawancara bilang, foto yang sy lampirkan kayaknya belum sesuai ukuran seharusnya dan harus siap standby ditelp apabila harus menyiapkan foto baru. ternyata fotonya gpp.
* sy sedikit parno mengajukan visa, berhubung pernah mengajukan visa di Kedubes Australia via pos 2 tahun lalu dan ditolak. Berkasnya sih kurang lebih sama dengan berkas yang saya ajukan sekarang. Belajar dari pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman yang sharing dimilis ini serta yang lainnya, membuat sy semangat, sampai-sampai sy bilang sm adik saya kalopun ini ditolak juga, kita akan ajuin lagi sampai diterima. hehe.
demikian sharingnya.
dewi
Pulang ke hotel, check out, titip tas di xtrans KC, lalu mutar-mutar di Plaza Semanggi. Begitu waktu untuk pengambilan visa tiba, saya n Amel naik taxi ke kedubes Belanda sementara K Idrus n anak-anak nonton di Plangi Mall. Setelah semuanya beres, balik lagi ke KC dan naik bus Xtrans ke bandara. Kami berpisah di bandara, Amel balik ke Ternate, saya ke Manado jam 01.45, K Idrus n anak-anak ke Makassar. Sayangnya ada sedikit problem, K Idrus n anak-anak ketinggalan pesawat. Untung masih ada penerbangan Merpati berikutnya jam 05.00 subuh, sisa nambah selisih harga tiket. Kesian anak-anak harus tidur di bandara, untungnya Merpati membolehkan mereka istirahat di dalam kantor/counter tiket Merpati.